17. SEKOLAH

134 4 0
                                    

UANG YANG DISEMBUNYIKAN SUAMI DARI ISTRINYA - Sekolah ( Part 17)

POV ANDIN

"Mah, Talia mau ketemu ayah. Talia mau ayah liat Talia pake baju sekolah ini. Talia mau ayah tau kalo sekarang Talia udah sekolah." ucap Talia dengan lirih. Ia pasti sudah sangat rindu sekali pada ayahnya, setelah beberapa bulan tidak pernah bertemu.

Bukannya aku tega terhadap Talia dengan tidak mempertemukan dirinya dengan ayahnya. Tetapi, Semenjak aku berpisah dengan Mas Teguh, Mas Teguh juga seperti tidak ada rasa peduli sedikit pun pada Talia. Soal nafkah jelas ia tidak pernah memberikan seperak pun.

Jangankan sampai datang kesini demi menemui Talia, Bahkan, Hingga saat ini Mas Teguh tidak pernah sekali pun menelponku agar bisa berkomunikasi dengan Talia, anaknya sendiri. Lantas, Untuk apa aku mengemis padanya agar ia bisa peduli pada Talia ? Seharusnya jika dia memang peduli, aku tidak perlu sampai mengemis padanya.

Ditambah lagi, aku sendiri sudah tidak mau lagi berurusan dengannya. Bukankah dia yang bersalah karena sudah mengkhianati pernikahan kami ? Jika aku meminta padanya agar ia bisa menemui Talia, ia pasti akan menganggapku seperti perempuan yang tidak punya harga diri. Ia pasti akan menginjak-injak harga diriku.

"Mah, Kenapa kita gak pulang-pulang ke rumah kita ? Talia kangen sama ayah, Mah.." lirih Talia lagi. Sekarang aku tengah mengepang rambutnya. Aku menjadikannya dua bagian.

Hari ini adalah pertama dia masuk sekolah TK. Dulu aku berniat menyekolahkannya saat dia masih berusia 3 tahun, Tapi karena tidak memiliki biaya yang cukup, kala itu niat itu aku urungkan. Dan sekarang untungnya Talia sudah bisa disekolahkan setelah aku mempunyai cukup uang dari hasil menjahit. Apalagi semenjak Hendra membantuku, Perbulannya penghasilanku bisa mendapatkan lebih banyak daripada seharusnya. Menurutku, Hendra sangat pintar dalam berbisnis, setiap kali ia sering menyetorkan uang lebih besar dari seharusnya.

Karena itu, perekonomianku semakin cukup membaik hingga akhirnya bisa menyekolahkan Talia.

Aku berganti arah, Saling berhadapan dengan Talia karena sudah selesai mengepang rambutnya. Ia terlihat sangat cantik sekali. Apalagi sekarang ia terlihat semakin berisi dan terawat. Tidak kurus seperti dulu lagi.

"Talia, Talia yang sabar ya, Ayah sedang kerja dan belum bisa pulang." jawabku seperti biasanya. Entah sudah berapa kali.

"Lagi-lagi itu alasan mamah... Sampai kapan ayah kerjanya, Mah.. mamah enggak bohongin Talia 'kan ?" Air mata jatuh dari pelupuk matanya, mengalir hingga membasahi baju seragam TK-nya. Hatiku mendadak terasa sesak setiap kali melihat Talia bersedih karena ingin bertemu dengan ayahnya. Aku menyeka air matanya.

"Talia, Yang penting sekarang, Talia harus sekolah yang pintar. Talia harus jadi anak yang pintar. Ayah pasti bangga kalo liat Talia jadi anak yang pintar." Ia mulai tersenyum. Kemudian manggut-manggut.

"Iya, Mah. Talia mau jadi anak yang pinter biar ayah bangga sama Talia." Balasnya. Aku pun tersenyum kemudian memeluk dirinya.

Tak lama setelah itu, Aku mengendongkan tas gendong berwarna pink muda ke punggungnya. Ia semakin terlihat seperti anak sekolahan.

Setelah beberapa menit kemudian, Aku mengantarkannya ke sekolah dengan sepeda motorku. Mengurus segala pendaftarannya hingga selesai. Tak terasa, sekarang Talia semakin tumbuh besar. Namun sayang sekali, ia harus sudah kehilangan ayahnya disaat usianya masih kecil.

Dan soal Hendra, Entah kenapa hati kecilku kala itu ingin memberikan kesempatan padanya agar ia bisa lebih dekat denganku dan Talia. Mungkin karena aku menyukai sosoknya yang baik, sopan santun, sederhana dan pekerja keras. Aku tidak pernah menyangka sama sekali, jika ternyata ia menaruh hati padaku. Untuk menikah lagi aku memang belum siap. Tapi, mungkin tidak ada salahnya juga jika aku mencoba membuka hati kembali. Aku tidak boleh ma-ti rasa hanya karena Ma Teguh.

MENYESAL SETELAH MENYIA-NYIAKAN ANAK DAN ISTRI II TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang