18. BERBEDA

130 5 0
                                    

UANG YANG DISEMBUNYIKAN SUAMI DARI ISTRINYA - Berbeda (18)

POV TEGUH

Akh, Enggak-enggak! Aku enggak mau menemui Andin! Yang ada dia menjadi besar kepala. Apalagi, Aku yang pernah mengucapkan jika ia yang akan mengemis-ngemis padaku. Aku geng-si dan juga takut pada kedua orangtuanya karena sudah berlaku buruk pada anaknya. Lagian, Percuma juga jika aku menemui Andin.

Perempuan itu pasti masih kampungan! Tidak bisa merawat diri! Hah, aku juga sudah tidak mau tahu lagi tentangnya.

Semua sosial medianya sudah aku blokir agar ia tidak bisa seenaknya mengetahui keadaanku jika dia tengah rindu padaku. Ya, Aku yakin, Andin gak mungkin bisa melupakan aku.

Dan soal nafkah Talia, Aku sengaja tidak memberikan nafkah untuk Talia. Biar Si Andin itu ngerti gimana susahnya cari uang dan membesarkan anak sendirian. Orangtuanya juga bukan orang berada, jadi hidupnya Andin pasti masih selalu serba kekurangan.

Sepertinya memang benar, Si Andin itu memang sudah ditakdirkan menjadi sengsara dan pembawa kesengsaraan. Siapapun yang dekat dengannya, pasti hidupnya akan sengsara. Itu sebabnya selama aku menikah dengannya, hidupku juga selalu sengsara.

Tidak apalah sekarang Sindy boros, Malas-malasan mengurus rumah, Jarang melayani ku seperti memijat, dan lebih perhatian padaku. Mungkin dengan seiringnya waktu dia akan berubah. Mungkin setelah memiliki anak dariku dia akan berubah menjadi lebih baik seperti ibu rumah tangga seharusnya. Untuk sekarang, Sindy belum juga hamil anak dariku. Mungkin memang belum saja. Aku yakin, Nanti juga dia pasti akan memiliki anak. Selama ini aku subur dan sangat berkemungkinan untuk memiliki keturunan. Lagian, Aku tidak ikhlas jika setiap uang hasil dari jeri payahku mesti diberikan pada Adit --- anak tiriku itu.

***

POV TEGUH

Malam pun tiba. Seperti biasa, diluar warung banyak laki-laki yang nongkrong untuk mero-kok dan minum kopi bahkan sampai taruhan dengan main kartu. Ada bapak-bapak, ada juga yang seumuran denganku. Diantara 6 orang yang ada diluar warung ini, seperti biasa teman sohibku Bram dan Anton juga ada disini. Aku duduk ngibrol berjajaran di kursi panjang yang ada disini dengan mereka sembari mero-kok dan minum kopi, juga sembari melihat orang-orang yang tengah main kartu. Kehadiran orang-orang yang nongkrong membuat suasana menjadi rame.

"Ada yang mau dibuatin kopi lagi ?" Aku terkejut melihat Sindy dengan penampilan yang sangat sek-si keluar dari pintu. Ia hanya memakai tangtop berwarna hitam, kemudian celana levis berwarna abu jauh diatas lutut. Lekukan tubuhnya yang montok itu jadi terlihat.

Aku langsung melihat pada para lelaki yang sekarang tatapannya tak berkedip memperhatikan tubuh Sindy. Perasaanku langsung kesal. Sindy benar-benar tidak bisa menjaga diri. Harusnya dia bisa berpenampilan yang lebih tertutup. Harusnya dia mengerti jika hal itu akan membuatku cemburu.

Tak lama kemudian ada yang memesan dibuatkan kopi. Ia mengiyakan dan kembali masuk ke dalam rumah. Aku langsung mengikutinya ke dapur untuk menegur dirinya.

Ia mengambil satu sashet kopi, kemudian mengambil gelas dalam rak yang ada di dapur.

"Kamu bisa gak sih, Penampilan kamu gak usah sek-si kayak gini! Diluar banyak laki-laki!" tegurku. Ia langsung menoleh.

"Maksud kamu apa sih, Mas ?! Biasanya juga kamu enggak ngomel kayak gini kalo aku berpenampilan kayak gini! Lagian bukannya kamu juga suka kalo liat aku sek-si kayak gini ?!"

"Iya, Aku emang suka liat kamu berpenampilan sek-si. Tapi aku cuma mau kamu berpenampilan sek-si cuma buat aku. Aku gak suka kamu berpenampilan kayak gini buat orang lain juga!"

"Siapa juga sih yang buat orang lain ? Orang aku berpenampilan kayak gini emang karena aku nyaman kayak gini, 'kok. Teman-teman kamu pasti juga bangga sama kamu, karena kamu bisa dapatin wanita sek-si kayak aku." Jawabnya, yang membuatku tidak habis pikir.

"Pokoknya aku tetep gak suka! Kamu cepetan ganti pakaian kamu! Pake pakean yang lebih bener! Kamu hargai aku sebagai suami kamu!"

"Apaan sih, Mas! Aku gak suka ya kamu ngatur-ngatur aku! Kalo kamu gak suka liat aku kayak gini, yaudah sana pergi, balikan lagi aja kamu sama si Andin!" ucapnya. Setelah aku tinggal dirumahnya, Ia sering mengatakan hal seperti ini setiap kali ada masalah. Sedikit-sedikit menyuruhku untuk pergi. Hanya karena aku numpang, Sindy jadi berbuat seenaknya padaku. Sindy pun kembali menyeduh kopinya. Setelah selesai ia kembali keluar sembari membawa kopi tersebut. 

Aku hanya terdiam kesal. Masalahnya, aku tidak mau diusir. Sudah lama kedua orangtuaku meninggal dunia. Rumah peninggalan mereka sudah dijual olehku karena kedua orangtuaku memiliki hutang kesana-kemari. Hal itu terjadi saat aku belum menikah dengan Andin. Sisanya aku pakai untuk mengontrak rumah dan beberapa keperluan hidupku, Kemudian juga dihabiskan pada hal-hal yang tidak penting. Seperti untuk nongkrong, jalan-jalan kesana sini. Jika aku tau hidupku akan menderita seperti ini, mungkin uang itu tidak akan aku hambur-hamburkan. Akhirnya, Tidak ada apapun yang masih tersisa dari uang hasil jual rumah itu. Coba saja jika selebihnya itu aku belikan untuk tanah, atau investasi apapun, mungkin sekarang aku masih punya harapan untuk memiliki uang banyak dan hidup lebih baik.

Sindy berbeda dengan Andin, Andin selalu berpakaian tertutup sehingga tak pernah membuatku merasa resah karena pandangan laki-laki lain terhadapnya. Andin cantik, banyak lelaki yang mengagumi dirinya. Namun, Karena penampilannya yang sopan dan tertutup, ia bisa membuatku merasa tenang. Karena aku percaya, dia bisa menjaga dirinya. Sedangkan Sindy, Untuk penampilannya sendiri saja, dia tidak bisa menjaga.

Sindy seperti tidak punya harga diri, sehingga dengan mudahnya dia membiarkan lelaki lain memperhatikan keindahan tubuhnya itu. Jadi mungkin saja dia juga bisa dengan mudah tergoda oleh lelaki lain.

Tunggu, Kenapa aku jadi membandingkan Sindy dengan Andin. Hah! Benar-benar menyebalkan! Harusnya aku tidak merasa menyesal seperti ini! Harusnya aku bahagia setelah Andin pergi, karena sudah tidak ada lagi yang selalu membuatku jenuh dan selalu menyusahkan hidupku!

***

Aku dan Sindy hendak tidur. Kami sudah berada diatas tempat tidur. Tubuhku juga sudah terasa mengantuk. Tetapi, Karena melihat Sindy masih sibuk dengan ponselnya, aku jadi tidak bisa tidur. Ia terlihat sangat fokus sekali dengan handphonenya itu. Terkadang ia juga senyum-senyum sendiri. Tak hanya satu atau dua kali aku melihatnya sering senyum-senyum sendiri saat main ponsel. Lagi-lagi perasaanku resah, aku menaruh curiga. Sepertinya Sindy memang ada main dengan lelaki lain dibelakangku.

Aku pun pelan-pelan menengokan kepala, hingga akhirnya aku melihat ia tengah chat an. Namun, ia langsung dengan cepat menyimpan ponselnya di depan dadanya dengan nampak terkejut, setelah aku menengoknya..

"Apaan sih, Mas! Kamu kepo banget!" ucapnya dengan marah. Aku heran, Kenapa dia sampai semarah ini. Tadi aku sempat melihat ia tengah chat an, tapi aku tidak bisa melihat ia chat an dengan siapa dan apa isi pesan dalam chat-nya itu. Sindy keburu menyembunyikan ponselnya. Tapi aku curiga, ia chat an dengan cowok. Karena itu dia sampai senyum-senyum begitu. Aku juga pernah selingkuh dari Andin dengannya, dan aku juga suka senyum-senyum sendiri jika tengah chat an dengan wanita lain.

"Lagiaan, udah waktunya tidur, kamu masih main handphone aja!" ucapku kesal. "Lagi chat an sama siapa, Sih ?!" Ia terdiam nampak ketar-ketir.

"Sama temen!" jawabnya. Aku membangunkan badan hingga posisi duduk karena merasa kesal. Aku tau dia berbohong.

"Bohong! Aku gak percaya! Kamu chat an sama cowok 'kan ?!"

"Apaan sih, Mas! Kok kamu jadi nuduh-nuduh aku kayak gini ?! Kamu kali yang suka chat an sama cewek lain! Kamu 'kan tukang selingkuh!" Ia malah balik menuduh. Padahal, Sekarang aku tidak dekat dengan perempuan manapun.

"Gak usah nuduh balik! Sini handphone kamu!" Aku menarik ponselnya dengan paksa dari genggaman tangannya.

"Mas, Jangan, Mas! Sini hp aku!" ucapnya sembari berusaha mengambil alih handphonenya. Ia terlihat ketakutan. Aku bersikeras memegangi ponselnya sembari melihat ia chat an dengan siapa. Hingga kemudian, aku melihat ada sebuah chat mes-ra di ponselnya dari kontak yang tidak diberi bernama dan hanya deretan nomor.

{08xxxxxxxxxx : Sayang, Suami kamu pasti udah tidur ya, makannya kamu bisa chat an sama aku}

***

Bersambung...

_____

Baca langsung di apk kbm app untuk menikmati keseruan ceritanya.

Username : ruang_kata
Judul : Menyesal setelah menyia-nyiakan anak dan istri

MENYESAL SETELAH MENYIA-NYIAKAN ANAK DAN ISTRI II TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang