bagian 22

667 61 0
                                    

Saat ini, tidak ada yang mengajar di kelas christy, maka dari itu christy memutuskan untuk keluar kelas, berniat mencari udara segar. Namun, saat dia berdiri di balkon, pemandangan nya tertuju terus ke arah lapangan. Di sana, dia melihat kakak keduanya, marsha tengah asik bermain bola basket bersama teman-teman sekelasnya.

Dari balkon kelasnya yang berada di lantai dua, christy terus memandang ke arah lapangan olahraga. Matahari di pagi hari bersinar cerah, memancarkan cahaya yang menghiasi seluruh halaman di sekolah.

Christy berdiri sendirian seraya menunmpukan kedua lengannya pada pembatas balkon. Rambut hitam sepunggung yang di biarkan terurai.

Marsha tampak lincah dan berenergi, dia berlari cepat, memasukan bola ke dalam ring, dan terlihat begitu sangat bahagia.

Teringat pada kejadian semalam, ketika ia disiksa oleh kakak sulungnya. Kala itu, marsha hanya diam tidak berbuat apa-apa, yang ada ia ikut menyiksanya meski masih terasa sakit di tubuhnya.

"Beneran ga tau diri lo. DASAR PEMBUNUH".

ucapan marsha kembali terngiang dalam ingatannya. Rasa kecewanya tumbuh subur saat mendengar kakak keduanya terus mengucap kalimat tersebut. Padahal marsha dengan jelas melihat bagaimana christy gemetar ketakutan dan begitu pucat saat kejadian hari itu.

"Christy". Ucap seseorang membuat christy tersentak. Dia refleks langsung berbalik. Ternyata, flora berdiri di sampingnya sambil membawa dua bungkus cemilan di tangan kirinya, di ikuti oleh freya, indira, dan ella

"Kerjaan lo bengong aja, ketempelan loh nanti". Ucap flora. Matanya terus melirik memar samar di wajahnya dan plaster yang membalut di kening christy. Pemandangan tersebut sangat mengganggunya sejak dia menjemput christy tadi pagi menggunakan mobil miliknya.

Flora sangat ingin mengetahui penyebab luka christy begitupun teman-teman yang lainnya. Tetapi mereka tidak ingin memaksakan sahabatnya itu, mungkin nanti saat waktu dan susana yang tepat, mereka akan berusaha memancing christy untuk bercerita.

"Oh iyaa christy, berhubung besok hari terakhir buat nyelesaiin tugas dari bu haruka, hari ini kita buat alat buat praktikumnya, yuk? Lo bisa kan?". Tanya flora yang ikut menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon

"Bisa, tapi nanti ingetin aku buat izin ke orang rumah yaa". Ucap christy ragu-ragu

"Kalo soal itu tenang aja christy, nanti gue jemput lo". Ujar freya

***

Sesuai rencana di sekolah, sore hari christy di jemput oleh freya untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah flora. Sementara indira dan ella sudah lebih awal berada di rumah flora. Kini diskusi berjalan dengan lancar. Namun, saat flora yang hendak meraih pensil di dekat christy, tidak sengaja menyenggol pelan lengan temannya itu. Flora mengernyitkan keningnya saat melihat christy terlihat kesakitan.

"Maaf, gue ga sengaja. Tapi lo kenapa kaya kelihatan kesakitan gitu yaa?". Tanya flora penasaran

"Eh, gapapa flo". Ucap christy menyakinkan sahabatnya itu, walupun sebenarnya ia merasa kesakitan

"Gue gak sebodoh itu christy. Awalnya gue gak mau ikut campur waktu liat plester di kening lo dan memar samar di bagian wajah lo. Kali ini lo harus cerita sama kita karena gue yakin pasti ada hal yang gak bener. Bahkan, tadi gue nyenggol pelan lengan lo, tapi lo keliatan kesakitan banget. Lo kenapa sebenernya, christy?". Lanjut flora

"Gue setuju omongan flora, pasti ada hal yang gak bener dan kali ini lo harus cerita sama kita. Hari ini waktu dan suasana nya tepat untuk lo bercerita sama kita". Sahut ella menyetujui pembicaraan flora

"Sejujurnya, waktu di sekokah gue ingin mengetahui penyebab luka lo, tapi gue ga mau memaksakan lo untuk bercerita. Tapi kali ini lo harus cerita sama kita, gue juga setuju sama omongan ella, hari ini waktu dan suasananya tepat untuk lo bercerita". Lanjut indira

BERTAHAN ATAU MENYERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang