tujuh

64 5 0
                                    

"Soonyoung pulang kapan? Besok minggu? Okay." ucap Mama Soonyoung dalam telepon, "Gimana proyek rumah sakitnya Soonyoung?? Hey, gamau tau dia lulus sekolah spesialis harus udah jadi direktur." sambung Mama Soonyoung dalam teleponnya. 

Tanpa disadari, Jihoon sedang menguping pembicaraan tadi. Sebenarnya ia hanya ingin berangkat jogging di sekitar kos. Namun setelah mendengar kata 'Soonyoung' keluar dari mulut Mamanya, ia tertarik untuk menguping. Dan tidak menyangka akan mendapat informasi sejauh itu. 

Jihoon berencana untuk menjemput Soonyoung di bandara. Namun ia hanya memiliki motor dan itu tidak mungkin ia bawa ke bandara. Ia pasti beranggapan bahwa Soonyoung akan membawa banyak barang. Tetapi Jihoon tetap bersikeras dengan menggunakan taksi, walaupun biaya ongkos kirim nya sangat mahal. 

Keesokan hari telah tiba. Jihoon sudah bersiap untuk menjemput Soonyoung. Ia meraih ponselnya untuk memesan taksi online. Namun saat membuka ponsel, ia mendapat notifikasi yang tidak ia kenal nomer teleponnya. 

0812-****-***

Halo, apakah anda atas nama Lee Jihoon? Ini kami dari Rumah Sakit Salute menginformasikan bahwa Ayahanda atas nama Lee Jung Hoon dirawat dirumah sakit karena kecelakaan. Anda sebagai wali diminta permohonan izin atas operasi Ayahanda. Terimakasih. 

----

Jihoon langsung terduduk di kasurnya. Tatapan matanya kosong. Ia masih mencerna apa yang terjadi. Papa nya mengalami kecelakaan dan harus di operasi. Tanpa berpikir panjang ia mengambil kunci motor dan mengendarai menuju kampung halamannya. Air matanya bertebaran karena ditebas oleh kencangnya angin. Sesekali ia mengusap mata berairnya. 

Sesampainya ia dirumah sakit, ia langsung berlari menghampiri papa nya. Ternyata beliau sudah di lantai 8 untuk menjalani operasi. Ia pun berlari menaiki tangga darurat menuju lantai 8. Dengan napas tersenggal-senggal, ia tetap berlari apapun yang terjadi. Sesampainya di depan ruang masuk operasi, ia hanya menangis. Ia merasa dirinya tidak berguna sebagai anak. 

"Maaf paa.. Jihoon terlambat dateng,," ucapnya sambil menyenderkan tubuhnya di tembok. Ia menunduk sambil mengusap air matanya. Keringat dan air mata membasuhi wajah putihnya. 

"Permisi mas, ini wali Lee Jung Hoon ya?" tanya dokter yang mendatangi dirinya. Jihoon pun segera membasuh air matanya dan mengangguk. "Ini Pak Junghoon mengalami kecelakaan, tulang lengan kanannya sedikit retak, tadi juga terjadi pendarahan, untungnya organ dalam lainnya masih aman. Ini saya akan lakukan operasi setelah proses anestesi. Mohon ditunggu ya mas," penjelasan dokter tadi dengan panjang dan jelas. Jihoon pun hanya mengangguk lega. Setidaknya organ dalam nya masih aman walaupun tangannya tetap butuh di gips untuk sementara. 

Jihoon pun duduk diruang tunggu operasi. Ia  hanya bisa terdiam dan menunduk. Pikirannnya kacau. Berkali-kali ia juga menghela napas dan mengacak rambutnya. Sesekali air matanya masih saja keluar menghiasi wajahnya. 

"Nih" seseorang memberi satu pack tisu untuk Jihoon. Jihoon pun mendangak untuk melihat siapa sosok itu. "Lo gapapa?" tanya nya sambil duduk di sebelah Jihoon. 

"Seokmin? lo masih tinggal disini?" tanya Jihoon yang suaranya sedikit serah karena pengaruh tangisannya. "Enggak sih, cuman kebetulan gue kemarin balik sini." jawab Seokmin, tetangga yang sangat dekat dengan Jihoon sejak kecil. 

"Kok lo tau gue disini?" tanya Jihoon sambil mengusap air matanya dengan tisu pemberian Seokmin. "Kebetulan mama gue lagi konsultasi sama dokter terus liat lo lari-lari kesini" ucap Seokmin. Jihoon sedikit malu, "Ahh ga seharusnya lo liat gue tadi." Ia tidak ingin ada orang yang mengenalnya melihat dia sehancur tadi. Tapi memang Jihoon akui tadi ia seperti kehilangan waras. 

Seokmin menepuk bahu Jihoon sambil memeluknya, "It's okay, your dad is strong. Gue yakin dia kuat ngejalanin operasi ini. Gausah khawatir" Jihoon lagi-lagi menunduk sambil mengangguk. "Thanks Seok," ucap Jihoon sambil sedikit tersenyum. "Nah gitu dong senyum, biar papa lo seneng nanti" ucap Seokmin yang dibalas tawa kecil oleh Jihoon. 



----

Gue udah pulang dari Jepang. Dan tololnya gue sampai bandara berharap bakal ada yang jemput gue, atleast Jihoon lah. Hahaha tapi ternyata cuman halu aja gue. Emang ada yang peduli sama gue selama ini? Ada sih sahabat gada akhlak gue. Tapi katanya Seokmin lagi pulang kampung, Mingyu lagi jalan-jalan keluar kota sama pacarnya. Terus gue sama siapa dong? 

Sumpah gue habis operasi otak kenapa jadi tolol gini sih? Kenapa gue malah pulang ke kos Jihoon? Yaudalah gue samperin aja Jihoonnya. 

Tok tok tok 

"Ji? Lo ada di dalem kan? Haloo??" tanya Soonyoung yang tidak ada balasan apapun dari dalam kamarnya. "Tadi temen kamu pergi dari pagi. Kayanya terburu-buru gitu. Sampai sekarang belum pulang" ucap Mama Soonyoung yang datang dari lantai bawah. Soonyoung hanya membalas tunduk badan kepada Mamanya. 

"Gimana kemarin? Sakit? Salah sendiri nurun papa kamu" ucap mamanya sambil menyilangkan tangan. Soonyoung hanya diam. Ia hanya meringis. Padahal didalam hatinya ia sangat sakit memiliki Ibu seperti itu. Soonyoung pun segera pergi meninggalkan Ibunya. Namun Ibunya tiba-tiba berkata, "Jangan lupa kamu lulus sekolah spesialis harus menjadi direktur rumah sakit Papa mu." ucap Ibu nya sambil meninggalkan anaknya lebih dulu. 

Soonyoung hanya terdiam. Ia mengepalkan tangannya. Tidak bisakah dirinya menjalani hidupnya sendiri? Ia ingin menjadi dokter agar menyelamatkan banyak nyawa. Namun jika ia menjadi direktur, Ia hanya duduk menghadapi monitor sambil mengelola rumah sakit. Ia akan sangat jarang bertemu pasien. Soonyoung hanya merasa dirinya sia-sia menjalani sekolah kedokteran. 

----

Keesokan harinya, ia sudah mulai menjalani kuliah seperti biasa. Namun yang tidak biasa kenapa tidak ada sosok Jihoon sedari tadi? Biasanya ia akan menemukan di kantin. Namun hanya Seungkwan dan Jeonghan yang nongki disana. Ia sudah mengirim pesan ke Jihoon namun belum dibalas hingga saat ini. Ada apa dengan Jihoon? Hanya itu yang ada dibenak Soonyoung selama ia menjalani kelas. 

"Nyoung, lo gak kepo Jihoon kemana?" tanya Seokmin yang tiba-tiba nyamperin Soonyoung. Namun Soonyoung masih sedikit gengsi kepada teman-temannya itu. "Gak, ngapain juga gue peduli?" ucap Soonyoung yang masih menatap buku anatomy nya. 

"Yaudah dehh~ Padahal gue tau dia dimana dan ngapain sekarang" Goda Seokmin yang membuat Soonyoung menatap tajam kearah nya. "Yaudah kasih tau, dia kemana dan ngapain?" tanya Soonyoung yang sekarang melepas kacamata silindernya. 

"Gue sama Jihoon satu kampung halaman. Kemarin papa dia kecelakaan sampe di operasi. Sekarang dia ijin buat rawat papanya dulu," ucap Seokmin sambil memakan permen susu nya. Soonyoung sedikit shock atas apa yang dikatakan Seokmin. Ia pun bergegas menyusul Jihoon sekalian menjenguk papa mertuanya, upss. 

---- 

"Pah, mau Jihoon beliin bubur apa sup makaroni?" tanya Jihoon yang sedang mengelap tubuh papanya menggunakan handuk kecil. "Bubur aja nak. Makasih ya" jawab Papa Jihoon yang langsung diiyakan Jihoon. Ia langsung bergegas pergi keluar untuk mencari makan. 

Tok Tok Tok 

"Permisiii,," ucap Soonyoung yang sudah masuk ke kamar Papa Jihoon. "Eh siapa ini?" tanya Junghoon. "Halo om, saya temannya Jihoon. Saya kesini mau jenguk om" balas Soonyoung dengan sopan. "Oh iya iya sini Nak, haduh gausah repot-repot kali" sahut Junghoon sambil membenarkan duduknya. 

"Tangannya gapapa om? Duh pasti di operasi sakit banget ya?" tanya Soonyoung basa basi. "Haha gapapa kok nak" balas Junghoon. "Saya kemarin juga habis di operasi. Pasti semua orang bilang gapapa biar pada gak khawatir. Padahal aslinya sakit banget" curahan hati Soonyoung. 

"Kamu habis operasi apa nak?" tanya Junghoon. "Tumor otak om" balas Soonyoung sambil tersenyum. Berbeda dengan papanya yang terkejut bukan main. Beliau reflek mengelus kepala Soonyoung yang tertutup topi untuk menutupi bekas operasi. Soonyoung tidak biasa dengan situasi ini. Ia tidak pernah diberi kasih sayang orang tua seperti ini. 

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Junghoon. "Soonyoung om, Kwon Soonyoung" jawabnya. "Soonyoung, kamu kuat banget di usia muda udah berjuang menghadapi tumor. Itu keren banget Nak. Om jadi bangga sama kamu" ucap Junghoon yang masih mengelus kepala Soonyoung. Soonyoung tersenyum. Ia bersyukur bisa bertemu Papa Jihoon. 


beda jurusan ~ [soonhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang