sepuluh

58 4 0
                                    

"Apasih non, udah gue bilang kita zoom aja? Maksa banget sih lo" singgah Jihoon. "Ji, kita dulu tiap ada tugas selalu ngerjain bareng walaupun individu. Sekarang kok lo berubah sih?" keluh Vernon. "Sori sekarang gue gabisa." ketus Jihoon. "Gara-gara si Soonyoung sialan itu?" tanya Vernon yang membuat Jihoon mengerutkan dahinya. Tatapannya tajam. Ia pun langsung meninggalkan Vernon saat itu juga. 

Jihoon pun bergegas ke suatu tempat. Ia sedang memesan kue untuk ulang tahun Soonyoung. Ia mengetahui itu dari Seungkwan yang dikenal tau segalanya. Namun dalam perjalanan, ia merasa seperti ada yang menguntitnya. Sebuah motor sport selalu mengikuti dirinya dimanapun ia jalan. Mengetahui itu, Jihoon merasa gelisah. Ia pun memastikan kembali dengan mengambil jalur yang rame. Namun ternyata motor tersebut masih saja menemukan sosok Jihoon. Saat sedang mengambil jalan alternatif, Ia malah bertemu gang yang ditutup karena sedang perbaikan. Ia pun tertangkap oleh sosok misterius ini. 

"MAU NYA APA SIH LO?!!" teriak Jihoon. Pria yang masih memakai helm itu mendekat. Jihoon benar-benar panik. Ia pun memutuskan untuk melarikan diri. Namun ujung bajunya sudah ditarik oleh pria tersebut. "Jauhin Kwon Soonyoung atau nyawa dia gue abisin" ancam pria tersebut. "Kenapa lo benci sama dia?" tanya Jihoon dengan gigih. "Karena dia ganggu gue, dia orang jahat" ucapnya. "Lo yang jahat ya anjir" ucap Jihoon ceplas ceplos tanpa tau akibatnya. Pria itu mendekat. 

PLAKK BUGHH 

Beberapa pukulan sudah mendarat di pipi dan perut Jihoon. Pria itu menginjak perut Jihoon. "Lo mau gue abisin nyawa lo sebelum gue abisin dia? Kalau enggak mending lo diem. Turuti gue" ucapnya lalu meninggalkan Jihoon. 

Jihoon sudah lemas. Ia tidak pernah berkelahi apalagi dipukuli. Ketahanannya sangat minim. Darah dari pipinya mulai mengalir. Ia pun kesusahan berdiri namun tetap ia paksakan. Sambil menahan rasa sakit di perutnya, ia mulai mengendarai motornya. Dengan susah payah dan memakan waktu lama, ia sampai di kosnya dalam keadaan babak belur. 

Oh Shit, sudah ada Soonyoung yang menunggunya di taman. Jihoon langsung berlari menghindari Soonyoung. Namun ia malah tersandung ditangga. Triple Kill. Sekarang tambah kakinya yang terluka. Soonyoung pun langsung bergegas mengobati Jihoon di loby bawah. Jihoon yang masih terduduk lemas hanya pasrah apa yang dilakukan Soonyoung. Soonyoung memulai dengan mengobati wajahnya dengan alkohol dan plester. Lalu memar di kakinya. Yang terakhir ia harus membuka sedikit baju Jihoon. Ia terpana dengan kulit putih bersih Jihoon yang ternodai oleh memar-memar biru. "Siapa yang giniin lo? Gue samperin orangnya" ucap Soonyoung yang sedikit marah. "JANGAN!! Pokoknya lo jangan ada urusan sama orang begituan" ucap Jihoon yang sedikit panik. Soonyoung pun memapahkan Jihoon sampai atas. Tanpa mereka sadari, Mama Soonyoung memperhatikan itu semua. "Cih, dasar bocah lagi main dokter-dokteran" ketus Jennie. 

Mengingat kejadian tadi, Jihoon menatap lesu Soonyoung. Bagaimana cara agar ia dapat menjauh darinya? Sepertinya tidak bisa. "Nyoung, lo seminggu ini aja gausah deket-deket gue bisa gak? Seminggu aja." ucap Jihoon sambil menundukkan kepalanya. "Lo ada masalah apa sih? Eung? Tadi lo diancem apa sama preman itu?" tanya Soonyoung sambil mengelus rambut Jihoon. "Gue harus jauhin lo, kalau enggak nyawa lo diabisin sama dia" jawab Jihoon yang ditertawakan oleh Soonyoung. "Tenang ji, gini-gini gue sering menang turnamen tinju dulu. Gue pasti bisa jaga diri gue. Tapi lo? Siapa yang jaga diri lo selain gue?" tanya Soonyoung. Jihoon hanya terdiam. Dia ingin semua baik-baik saja. Namun melihat situasi barusan, perkataan Soonyoung tidak salah. Dirinya sama sekali tidak bisa bela diri. Siapa yang menjaganya selain Soonyoung?, "Gue mau tidur. Lo balik aja. Hati-hati ya" ucap Jihoon. Soonyoung mengangguk dan meninggalkan Jihoon. 

"Dimana lo sekarang? Ayo ketemuan" ucap Soonyoung dalam teleponnya dengan nada dingin. 

Sesampainya di gudang tua, Soonyoung sudah bertemu dengan sosok lelaki tadi. Ternyata ia sudah mengenalnya. "Lo ngapain ngancem Jihoon? Perlu banget dia dilibatin dalam masalah kita?" tanya Soonyoung yang dibalas smirk oleh lelaki itu. "Dia milik gue. Bukan milik lo" ucap Vernon dengan tatapan dinginnya. "Lo pikir dia mau sama modelan kaya lo?" tanya Soonyoung dengan senyum percaya dirinya. Vernon pun sudah tidak sabar. Ia pun langsung memukul Soonyoung dengan keras. Namun Soonyoung dapat menghindar. Sekarang gilirannya untuk membalas Vernon. Akan gue buat lo lebih sakit dari Jihoon tadi, batin Soonyoung. 

Vernon dan Soonyoung sudah saling berdarah. Namun mereka masih melanjutkan pertarungan ini. Hingga pada akhirnya Vernon mengeluarkan senjata pisau. "Shit, curang lo kalau pake pisau gitu. Cowo sejati itu suportive bro" sahut Soonyoung. Vernon tidak peduli dan mulai menusuk Soonyoung. Untungnya ia bisa menghindari dengan baik. Namun tiba-tiba Soonyoung terpojokkan. Pisau yang hampir saja menusuk leher Soonyoung ia tahan dengan tangannya. Darah mengalir dengan deras di tangannya. "Non, cukup. Lo boleh egois. Tapi bukan ini cara yang tepat buat lo dapetin dia." ucap Soonyoung yang mengambil pisaunya dan menusuk balik ke tangan Vernon. "Bangsat" ucap Vernon. "Sorry," sahut Soonyoung yang langsung melarikan diri. 

Soonyoung pun merobek bajunya untuk menutupi luka di tangannya. Ia akhirnya merintih kesakitan setelah menahannya tadi. Ia pun melarikan diri menuju rumah sakit terdekat. Namun tidak ada rumah sakit didaerah itu. Ia benar-benar buta arah. Darah dari tangannya masih mengalir cukup deras. Ia sudah lemas. "Siapapun itu tolongin gue" lirih Soonyoung yang akhirnya tak sadarkan diri. 




beda jurusan ~ [soonhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang