sembilan

68 7 0
                                    

"Anjir ni bocah gak bangun-bangun, nyenyak bener sih Nyoung" ucap Jihoon menatap Soonyoung yang masih terpejam. Jihoon pun berinisiatif untuk membeli makanan terlebih dahulu. Ia pun keluar meninggalkan Soonyoung sendirian. 

Beberapa saat kemudian Soonyoung baru membuka matanya. Pandangannya kabur. Ia mencari seseorang yang berada di sampingnya namun tidak ada. "Hah? Gue cuma mimpi?" tanyanya dengan diri sendiri. "Jihoon mana? Dia nganterin gue kesini bukan mimpi kan tapi?" lantur Soonyoung. Ia pun ingin meraih ponselnya di nakas samping ranjang. Namun, barangnya terlalu jauh. Alhasil ia terjatuh dan membuat infus di tangannya lepas. Tangannya berdarah banyak. "AKKHHH,,," rintih Soonyoung. 

Teriakan itu terdengar oleh salah satu perawat. Jihoon yang baru saja sampai rumah sakit pun langsung berlari ke arah ranjang Soonyoung. Betapa paniknya Jihoon melihat tangan Soonyoung berdarah. Ia pun langsung mendekat dan memeluk Soonyoung yang masih merintih kesakitan, "Gapapa gapapa. Tahan ya?" ucapnya sambil menepuk punggung Soonyoung. 

Setelah tangannya diobati, Jihoon pun melihat mata Soonyoung yang berair dan itu membuatnya terkekeh, "Lo kaya bocil aja". Soonyoung tak terima, "Bangsat tadi sakit banget. Lagian lo kemana sih? Gue mau ambil hp aja sampe jatoh". "Banyak polah sih lo"  sahut Jihoon sambil mengelus lembut tangan Soonyoung. 

"Nih makan," ucap Jihoon yang menodohkan semangkuk ricebowl. Dejavu. Soonyoung baru saja memimpikan ini. Ia pun hanya tersenyum dan memakan lahap ricebowl yang di beli Jihoon. Sebenarnya otaknya sangat berisik. Ia ingin mengungkapan perasaannya namun dari tingkah laku Jihoon, sepertinya tidak memiliki perasaan apapun. Andai ini mimpi, pasti ia sudah mengatakan dengan mudah seperti mimpi tadi. 

Soonyoung sudah boleh pulang, Namun ia merengek tidak ingin pulang ke rumahnya. Akhirnya Jihoon pun menawarkan tumpangan Soonyoung di kosnya. Setelah sampai kamar kos, Ia sangat terpana karena tidak menyangka Jihoon sangat rapi. "Mau tiduran? tidur aja. Gue mau belajar. Gara-gara lo gue jadi bolos kelas sore" ucap Jihoon yang langsung duduk di meja belajar dan menghadap laptopnya. Soonyoung hanya tersenyum sambil rebahan di kasur empuk Jihoon. Ia menatap jendela disamping kasur Jihoon lalu menatap sekitar kamarnya. "Seru juga jadi anak kos, gue bosen dirumah besar gue plis" lantur Soonyoung yang membuat Jihoon menatap tajam kearahnya. "Lama-lama gue timpuk otak lo biar sadar" ucap Jihoon sambil membawa buku dan sudah persiapan memukul Soonyoung. 

"Gue capek jadi anak pengusaha. Gue harus dituntut ini itu. Gue gabisa bebas apalagi masalah karir" curahan hati Soonyoung dengan nada lesunya. Jihoon pun hanya diam mendengarkan, "Masa gue harus jadi direktur pas gue udah spesialis? Terus gunanya gue susah-susah belajar cuma biar dapet gelar doang gitu? Gue maunya nyelametin nyawa orang bukan ngelola rumah sakit" sambat Soonyoung. Jihoon pun menatap Soonyoung yang masih menyenderkan dirinya di kasur. "Buktiin aja ke ortu lo kalau lo bisa sukses tanpa harus dituntut ini itu. Yaa,, walaupun butuh waktu lama sih" sahut Jihoon. "Caranya?" tanya Soonyoung. "Buktiin pas lo koas/internship. Buktiin kalau lo bisa nyelametin nyawa orang yang berharga itu. Nanti pasti lo bakal naik pangkat paling engga dokter residen, disitu ortu lo harusnya udah sadar kalau anaknya punya passion disitu" nasehat panjang Jihoon yang membuat Soonyoung heran. "Lo kok paham banget tentang kedokteran?" tanya Soonyoung. 

"Cita-cita gue emang mau jadi dokter, tapi pas gue daftar fk ga keterima" ucap Jihoon sambil menundukkan kepala. Soonyoung pun beranjak dari kasurnya lalu ke sofa sambil meja belajar Jihoon. "Jadi sebenernya takdir kita ketuker gak sih harusnya?" tanya Soonyoung. "Enggak, lo emang pengen jadi dokter tapi lo muak karena tekanan ortu lo. Kalau gue emang ga ditakdirkan aja jadi terpaksa harus jadi anak bisnis." ucap Jihoon yang masih menatap layar laptopnya. 

"Semangat woyy, siapa tau nanti lo gantiin gue direktur terus gue jadi dokter di rumah sakit lo" sahut Soonyoung dengan semangat. Jihoon hanya membalas toyoran ke Soonyoung, "Halu lo kejauhan." 

beda jurusan ~ [soonhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang