empat belas

69 8 1
                                    

"Hooaaaoaah" Jihoon yang menguap. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Soonyoung yang masih tertidur lelap. Setelah 5 menit terbangun, ia baru sadar bahwa ia tidur dipangkuan Soonyoung. Ia pun langsung terbangun dengan brutal dan membuat Soonyoung ikut terbangun. "Euunghh, lo udh bangun Ji?" tanya Soonyoung dengan suara seraknya. Jihoon hanya menelan ludahnya. Kapan lagi ia melihat Soonyoung muka bantal dan suara serak seperti ini? 

"Lo ada kelas pagi gak hari ini?" tanya Jihoon. Soonyoung hanya membalas anggukan dan melanjutkan tidurnya. Jihoon pun menyentil dahi Soonyoung dan berkata, "Bangun ih!". Soonyoung hanya mengusap dahinya. Ia pun akhirnya terbangun. "Oiya Ji, pinjem baju lo dong. Gue males pulang" pinta Soonyoung. Jihoon pun memberi kemeja kotak flanel oversizenya serta celana jeansnya. "Ini emang kemejanya ada logo kucingnya apa lo tambah sendiri?" tanya Soonyoung terkekeh. "Dari sana nya lah unyoong" jawab Jihoon. 

Soonyoung pun mandi sedangkan Jihoon memasak sarapan mereka. Jihoon membuat sereal serta sandwich. Selesainya Soonyoung mandi, ia keluar tanpa menggunakan baju. Perut yang menyerupai roti sobek terpampang jelas di mata Jihoon. Ia pun langsung menutup matanya dan melanjutkan masaknya. Soonyoung hanya terkekeh dan mendekat ke Jihoon. "Bikin apa Ji?" tanya Soonyoung yang sekarang sudah berada di belakang Jihoon persis. Jihoon benar-benar gugup dan tidak ingin menghadap Soonyoung kali ini. "Sereal sama sandwich," ucapnya. Namun tiba-tiba Soonyoung merangkul leher Jihoon dan memberi kecupan di pipi nya, "Semangat sayang" ucapnya lalu pergi meninggalkan Jihoon. Muka tomat Jihoon mulai tampak. Matanya membelalak dan badannya membeku. Napasnya tak beraturan. "Wah bisa gila gue," batin Jihoon dan melanjutkan meracik sandwichnya. 


---- 


Soonyoung sudah sampai kampusnya. Suasana hatinya sedang baik, sangat baik. Ia berjalan menuju gedung kampus sambil bersenandung. Namun sesampainya depan gedung ia melihat segerombolan pria yang terlihat seperti pengawal sedang berjaga. Ia pun tidak peduli dan berusaha masuk. Namun, salah satu tangan pria itu tidak memperbolehkan Soonyoung. Ia pun memiringkan senyumnya dan bertanya, "Lo siapa ngatur gue?" tanya Soonyoung. "Saya anak buah Direktur Kwon diberi amanat agar anda tidak memasuki gedung ini" ucap salah satu pria itu yang tetap konsisten menatap depan. Soonyoung pun menatap dingin pria itu dan mencoba menerobos mereka. Namun mereka sangat kuat hingga membuat Soonyoung terhuyung ke belakang. "GUE MAU KULIAH! MINGGIR LO PADA" teriak Soonyoung. Namun tidak di gubris oleh mereka. Soonyoung pun menghubungi dosennya bertujuan untuk mengadu kejadian barusan. Namun dosennya berkata jika Soonyoung sudah dikeluarkan dari fakultas kedokteran, tentu saja atas perintah papa mama nya. 

Soonyoung pun menendang sebuah tong dengan keras. Ia memijat pelipisnya. Ia pun berlari ke tempat sepi agar bisa melampiaskan amarahnya dengan puas. Setelah sampai di tempat sepi, ia berjongkok dan menangis sejadi-jadinya, "Bangsaaat, lo pikir masuk kedokteran gampang?" ucapnya sambil menangis. Ia merasakan sesak di dadanya. Kepalanya pusing kembali tiap ia merasakan stress. 

Setelah puas menangis, ia berjalan menuju mobilnya dengan lesu. Ia pun mulai mengendarai mobilnya namun entah kemana ia pergi. Ia hanya ingin melarikan dirinya menjauh dari kehidupan orang tuanya. Sesekali ia masih mengeluarkan sisa air matanya. Sesampainya di sebuah jalan raya, ia melihat ada keramaian orang. Ia pun turun dan ikut melihat apa yang terjadi. Ternyata ada seorang kakek yang terbaring pingsan dengan mulutnya yang berbusa. Ia pun langsung memberi pertolongan pertama oleh kakek tersebut. "Tolong panggil ambulans. Tenang, saya dokter" ucap Soonyoung yang menenangkan warga sekitar. Setelah ambulans datang ia langsung memberi tahu gejala yang di derita kakek tersebut. Petugas medis pun paham dan meninggalkan mereka. 

"Wahh anda bukannya anak Kwon Elgard? Keren sekali." ucap salah satu orang, "Ini harus viral sih, cakep pula anaknya" sahut orang yang lain. Soonyoung pun segera meninggalkan area tersebut. Entah mengapa setelah menyelamatkan orang, suasana hatinya membaik. Rasanya seperti membantu menarik kembali nyawa mereka yang berharga. 

Setelah berpikir panjang, ia akhirnya menuju apartemennya dan menyewa kamar di sebelah Jihoon. Ia mengistirahatkan dirinya. Namun tiba-tiba ada sebuah telepon dari papanya. Tentu saja tidak ia angkat. Ia masih benci dengan orang tua nya itu. Lalu papa nya memberi pesan kepadanya. 

--- 

Papa

Soonyoung, pulang. 

Ada yang ingin papa mama bicarakan 

Ini penting. 

ya

---

Soonyoung mengehela napasnya. Ia merasa lelah sekarang jika harus berhadapan dengan orang tua nya. Namun ia tetap mematuhi perintahnya. Ia pun beranjak keluar dan menuju rumah orang tuanya, yang sebenarnya masih rumah dirinya. 

Sesampainya dirumah, ia langsung dihadapkan papa dan mama nya yang terdiam di ruang keluarga. Soonyoung pun ikut diam dan menghadap mereka dengan tatapan dingin. "Gausah basa-basi, kamu harus ke London buat sekolah bisnis. Habis di kick dari kampus kamu sekarang kan?" ucap Elgard. Soonyoung pun sangat terkejut bukan main. Ternyata ini yang direncanakan oleh mereka. Ia benar-benar kehabisan kata. "Mama udah daftarin kamu, minggu depan udah masuk. Tolong jangan kecewain kami" sahut Jennie. Mereka berdua pun meninggalkan Soonyoung tanpa memberi Soonyoung kesempatan untuk mengelak. 

Soonyoung pun menghela napas berat dan duduk di sofa. Ia benar-benar lelah. Bukan hanya sekedar lelah fisik, namun mentalnya benar-benar sudah hancur. Rasanya ingin mengakhiri dirinya namun ia masih mempunyai Jihoon yang harus ia jaga sebaik mungkin. Jihoon hanya satu-satunya alasan ia ingin hidup. Ia pun berjalan lesu menuju mobilnya kembali. Sudah tidak ada semangat lagi untuk berbuat apapun. 

Sampai di apartemen pun ia berjalan lesu menuju kamarnya. Setelah sampai depan kamarnya, Jihoon keluar kamar dan mendapati Soonyoung. "Nyoung," sahut Jihoon. Soonyoung pun hanya menoleh dan tersenyum sedikit. "Lo gapapa?" tanya Jihoon. Lagi-lagi ia ditanya begitu oleh Jihoon. "Gapapa," ucap Soonyoung lalu membuka pintunya. "Lo butuh gue?"  tawar Jihoon dengan cepat. Soonyoung pun terdiam. Beberapa detik kemudian ia langsung mendekat kearah Jihoon dan memeluknya dengan erat. Ia mulai mengeluarkan air matanya yang ia pendam sedari tadi. Jihoon pun membalas pelukan Soonyoung dan berusaha menenangkan Soonyoung. "Gu-gue hiks, gue capek Ji, hiks" tangis Soonyoung. "Gue hiks, gak diperlakukan lagi, hiks, sebagai anak. Gue,, cuman boneka," sahut nya kembali dan masih mengeluarkan air matanya deras. Jihoon hanya terdiam dan mengusap lembut kepala Soonyoung. 

Setelah puas menangis, Soonyoung terduduk di sofa kamar Jihoon. Matanya bengkak dan mukanya lesu. Ia memijat pelipisnya dan sesekali mengusap wajahnya kasar. Jihoon memberi secangkir teh hangat untuk Soonyoung. Ia kembali menepuk pelan pundak Soonyoung. "Makasih Nyoung, lo udah kuat. Lo mungkin udah ngerasa putus asa, tapi lo gak ada niatan buat akhirin semua ini" ucap Jihoon. Soonyoung pun menatap Jihoon. "Kalau gada lo, mungkin gue udah lompat dari rooftop daritadi Ji" sahut Soonyoung sambil sedikit tersenyum pasrah. "Pasti ada jalan dari semua ini. Lo bisa cerita ke gue kapan-kapan. Tapi lo tenangin diri lo dulu" ucap Jihoon. "Ji, gue boleh nginep disini lagi?" pinta Soonyoung dengan mata yang masih berkaca dan muka lesunya. "Boleh,, ini tanda selamat dari gue karena lo udah mau kuat" jawab Jihoon sambil tersenyum. Soonyoung lagi-lagi memeluk Jihoon, "Makasih Ji, cuman lo yang nenangin gue. Cuman lo yang peduli sama gue. Makasih udah datang di hidup gue" ucap Soonyoung yang menelungkupkan wajahnya di pundak Jihoon. "Ur welcome, sayang."



beda jurusan ~ [soonhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang