"Soonyoung?" Jihoon terkejut bukan main tiba-tiba sosok Soonyoung sedang duduk disamping papanya sambil tertawa. "Eh Jihoon, habis darimana lo?" sahut Soonyoung. "Beli bubur buat papa, lo ngapain?" jawab Jihoon. "Pake nanya" balas Soonyoung sambil membantu menyiapkan meja yang berada di kasur rawat jalan.
"Lo ga beli susu? Itu kan bagus buat kalsium tulang papa lo" nasehat Soonyoung. "Oh iya lupa, gimana dong mas dokter?" canda Jihoon. "Loh loh, Soonyoung anak kedokteran? Keren banget kamu nak" puji Junghoon. "Makasih om" senyum Soonyoung yang membuat Jihoon sedikit kesal.
"Anak papa Jihoon apa Soonyoung sih? Perhatian banget sama anak orang" ketus Jihoon sambil menyuapi sang Papa. "Dua duanya. Menurut papa, Soonyoung anaknya baik. Papa pasti bersyukur punya anak kaya Soonyoung."
Yes direstui, batin Soonyoung yang tersenyum sendiri. "Lo gak sibuk Nyoung? Setau gue anak kedokteran sibuk bener" tanya Jihoon. "Gue kan pinter. Belajar sendiri bisa kali" sombong Soonyoung. Jihoon hanya membalas tatapa tajam ke Soonyoung
Langit sudah mulai gelap. Soonyoung harus segera berpamitan dengan Papa Jihoon. Jihoon pun mengajak Soonyoung keluar sebentar, "Lo kok bisa ada disini? Tau darimana lo?" tanya Jihoon. "Bukannya makasih malah marah mulu lo" basa basi Soonyoung. "Jawab Nyoung" tegas Jihoon. "Gue dikasih tau Seokmin. Katanya kalian tetanggaan ya?" ucap Soonyoung. "Lah Seokmin temen lo? Gue kira Mingyu doang"
"Ji, lo dulu suka Seokmin kan?" tanya Soonyoung yang membuat Jihoon terkejut. "Apasih, ngaco lo" jawab Jihoon canggung. "Pas SMA lo deket banget sama Seokmin sampe jauhin gue. pdkt ya cil" ejek Soonyoung yang sebenarnya menaruh rasa cemburu.
Gue deket Seokmin biar menjaga jarak sama lo Nyoung. Soalnya dulu gue suka sama lo, batin Jihoon. "Temen doang anjir, kenapa sih? Cemburu lo?" tanya Jihoon yang hanya iseng. "Iya, gue cemburu. Mau apa lo" jawab Soonyoung yang langsung meninggalkan Jihoon. Ia malu sudah mengatakan itu didepan Jihoon. Ia langsung lari menuju mobilnya. Ia memukul-mukul stir nya.
Soonyoung lo tolol, malah keceplosan anjiirr, ucapnya sambil menaruh kepalanya di stir mobil.
----
"SOONYOUNG!!" teriak Jihoon. Lantas Soonyoung pun kaget. Sebuah keajaiban apa ini sampai Jihoon menyapanya duluan? Jihoon menghampiri gedung fakultas Soonyoung untuk pertama kali. Ia sempat kebingungan dimana kelas Soonyoung. Akhirnya ia menemukan Soonyoung yang sedang fokus menulis sesuatu di ipad nya. Ia juga melihat Soonyoung menggunakan kacamata bundar yang membuat ketampanannya berkali lipat.
"Kenapa Ji? Tumben nyamperin?" tanya Soonyoung. "Lo tuh tolol banget ya, bisa-bisanya dompet isinya black card semua ketinggalan dirumah sakit" ucap Jihoon sambil menyerahkan dompet Soonyoung. Soonyoung pun tertawa, menertawai kebodohan dia sendiri serta melihat Jihoon sedikit berkeringat. Sepertinya ia kesusahan mencari dirinya hingga berkeringat.
"Kenapa lo ga nyuruh gue keluar aja sih? Sampe keringetan gitu" ucap Soonyoung sambil memberi Jihoon tisu. "Heh lo aja gue telpon ga diangkat njir," Jihoon yang menggerutu. Soonyoung pun langsung buru-buru mengambil ponselnya. Ternyata benar, ponselnya sedang dalam mode dnd. Ia tiap kuliah tidak pernah menyalakan notifikasi agar tidak menganggu.
"Sorii,, eh lo udah makan? Temenin gue makan siang dong" ajak Soonyoung yang langsung memegang tangan Jihoon dan berjalan keluar gedung. Bahkan dia belum memberi kesempatan Jihoon menjawab. Jihoon hanya pasrah dan mengikuti Soonyoung.
"Makan siang lo di caffe gini?" tanya Jihoon yang heran. "Gue gak laper sih, cuman pengen makan ice cream bareng lo aja" sahut Soonyoung. Lagi lagi Jihoon hanya memaklumi kelakuan random Soonyoung. Tapi sejujurnya caffe ini benar-benar indah. Didalamnya ada taman serta kolam ikan. Interiornya juga terlihat artristik. Jihoon sangat menyukai caffe seperti ini.
"Nih Ji es krim coklat lo" Soonyoung yang menyerahkan 1 cone ice cream untuk Jihoon. "Makasih," ucap Jihoon. Mereka berdua akhirnya melahap es krim sambil melihat keadaan sekitar. Namun tiba-tiba Soonyoung terkekeh dengan tingkah laku Jihoon. Ice cream nya bercecer di sekitar mulut Jihoon. Ia pun langsung mengelap bibir Jihoon menggunakan tisu yang membuat Jihoon sedikit terkejut, "Itu dibibir lo ada krim" penjelasan Soonyoung. Jihoon pun mengangguk dan meraih tisunya sendiri. "Lo kayak anak kecil, lucu banget" ucap Soonyoung yang lagi-lagi tak terkendali. Jihoon hanya memasang raut muka bertanya dan berkata, "Hah?"
"Enggak, maksutnya lo makan es krim aja belepotan kaya bocil" ucap Soonyoung. "Sialan, gue bukan bocil ya anjir" gerutu Jihoon. "Iya iya cil, Mas Unyoung salah" ucapan Soonyoung membuat Jihoon melemparkan pukulan ke badan Soonyoung. Soonyoung hanya tertawa puas dengan tingkah Jihoon.
Dreet Dreet
Soonyoung mendapat panggilan. Namun nama kontak dalam panggilan itu benar-benar ia benci. Ia tidak ada niat untuk mengangkat panggilan tersebut. "Ga diangkat? Siapa tau penting" tanya Jihoon. "Gausah." jawab Soonyoung yang sekarang sedikit ketus. Mood dia dirusak oleh panggilan tadi. Beberapa menit kemudian panggilan itu kembali menyala. Mau tidak mau Soonyoung terpaksa menjawabnya. Ia pun ijin kepada Jihoon untuk menjawab diluar caffe.
"Halo? Kenapa ya ganggu saya terus?" tanya Soonyoung. "Maaf Tuan. Saya disuruh Direktur Kwon untuk membahas kemajuan rumah sakit-" ucap orang itu dan dipotong oleh Soonyoung, "Sudah saya bilang, saya masih mahasiswa. Saya tidak ingin membahas itu sekarang. Jangan hubungi saya lagi" ucap Soonyoung dilanjut menutup teleponnya. Ia menghela napas berat. Kepalanya pusing. Sepertinya pengaruh operasi kemarin masih terasa ditambah banyak pikiran yang berat.
Ia menghampiri Jihoon yang masih terduduk dan memainkan ponselnya. "Nyoung? Lo gapapa? Muka lo kenapa jadi pucet gitu?" tanya Jihoon. Soonyoung hanya mengangguk sambil memejamkan mata sesaat. Ia menahan pusing di kepalanya. Ia pun meraih tas nya dan mengambil pil obat pereda sakit. Hal itu membuat Jihoon sangat khawatir, "Bentar gue beliin air putih dulu. Tahan dulu" ucap Jihoon yang bergegas ke kasir.
"Nih," ucapnya Jihoon dengan air mineralnya. Soonyoung yang tadi memijit pelipisnya serta memejamkan mata langsung meraih air mineral tersebut. "Gue anter lo kerumah sakit ya?" tawar Jihoon sambil menarik Soonyoung. Namun Soonyoung menahan tangan Jihoon, "Emang lo bisa nyetir?" tanya Soonyoung yang dibalas tatapan tajam Jihoon, "BISA LAH ANJIR, GUE GA SE CUPU ITU" teriak Jihoon yang menarik kembali tangan Soonyoung.
Jihoon benar-benar khawatir melihat Soonyoung tertidur pulas dengan infus di tangannya. Muka pucatnya tidak biasa ia lihat. Ia meraih tangan Soonyoung dan memegangnya dengan erat. "Seberat itu kah beban lo?" tanya Jihoon yang sudah pasti tidak dijawab Soonyoung. Jihoon pun menidurkan kepalanya di samping Soonyoung dan masih mengenggam tangan Soonyoung.
Beberapa menit kemudian Soonyoung terbangun dari tidurnya. Ia memegang kepalanya yang masih sedikit pusing walaupun sudah mereda. Lalu ia melihat samping kanannya yaitu Jihoon yang tertidur pulas ditangan Soonyoung. Ia pun tersenyum kecil. Ia memainkan rambut halus Jihoon. "Lucu,," ucapnya.
Merasa ada pergerakan di tangan Soonyoung, Jihoon pun sedikit terbangun. Dengan mata buram ia melihat Soonyoung yang sudah menghadap ponselnya sambil berbaring. "Lo kenapa ga bilang gue kalau udah bangun?" tanya Jihoon. "Gamau bangunin lo" jawabnya. "Lo lagi sakit malah main hp sambil tidur gitu, udah udah ayo makan" omel Jihoon. "Suapin,," ucap Soonyoung sambil cengar-cengir. Jihoon hanya membalas tatapan malas ke Soonyoung.
"Nih, AAAAAA~" suapan pertama Jihoon untuk Soonyoung. Soonyoung benar-benar bersyukur karena ia sekarat disaat ada Jihoon. Coba kalau tidak? Ia pasti dibawa ke Jepang lagi. Tidak ada siapapun yang menemani kecuali perawat disana. Nafsu makan Soonyoung meningkat karena ada Jihoon. Bahkan ia mengunyah sambil senyum-senyum seperti orang gila. Jihoon sudah tidak heran dengan tingkah laku Soonyoung yang tidak waras itu. Ia hanya fokus menyuapi Soonyoung.
"Ji," ucap Soonyoung. "Euung?" dehem Jihoon. "Makasih ya udah nemenin gue" ucap Soonyoung dengan serius. "Santai aja kali, sebagai temen pasti gue bakal bantu lo" jawab Jihoon yang membuat Soonyoung sedikit terkejut.
"Temen doang?" tanya Soonyoung lesu. "Emang kenapa?" Jihoon kembali bertanya dengan mata polosnya.
"Gue mau jadi pacar lo" ucap Soonyoung yang membuat Jihoon mengerutkan dahinya dan reflek berkata, "Hah?? Apa lo bilang?" tanya Jihoon hanya untuk memastikan.
"Gue mau jadi pacar lo, Lee Jihoon" ucap Soonyoung sekali lagi dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
beda jurusan ~ [soonhoon]
Romancedosa apa sih gue ketemu lo lagi? padahal udah beda jurusan.