tujuh belas

64 6 1
                                    

Jihoon terbangun karena dering teleponnya yang tak kunjung berhenti. Ia menguap dan mengambil handphonenya dengan malas. "Halo?" tanya Jihoon dengan suara seraknya. 

"ANAK NAKAL!" teriak Jieun dalam teleponnya. Jihoon yang kebingungan sedang mencerna apa yang sedang terjadi. "Apasih mah? Ganggu Jihoon tidur aja" sahut Jihoon malas. "Mama sedang bersama teman kamu, siapa namanya? Soonyoung?" ucap Jieun yang membuat Jihoon terbangun dari tidurnya. Ia baru sadar bahwa Soonyoung tidak berada di kamarnya. 

"Mama dimana? Kenapa bisa ketemu Soonyoung? Apa yang kalian omongin?" tanya Jihoon dengan tergesa. "Mama ada di taman apartemen kamu"  ucap Jieun yang membuat semakin terkejut. Bagaimana Ibunya bisa tahu bahwa ia tinggal di apartemen ini

Kemudian Jihoon langsung berlari menuju taman dengan menggunakan kaos dan celana pendek. Sampai di pintu taman, ia melihat Soonyoung sedang menunduk dan Ibunya seperti mengintrograsi. Ia pun langsung berlari menuju mereka. 

"Mah, ngapain disini? huuh.. hahh... Soonyoung diapain?" ucap Jihoon dengan napas yang tak beraturan. "Ji, minum dulu" ucap Soonyoung yang menyerahkan botol mineral. "Jadi kalian pacaran lalu tinggal bersama?" tanya Mama Jihoon yang membuat Jihoon menyemburkan sedikit airnya. "Uhuuk uhukk" Jihoon tersedak. "Iya tante, tapi tenang aja. Demi tuhan Jihoon gak saya apa-apain" ucap Soonyoung. Jieun hanya menyilangkan tangannya dan menyipitkan matanya. 

"Jihoon, jadi ini alasan kamu gamau pulang? Kamu lebih milih pacar dibanding orang tua kamu sendiri?" tanya Jieun. Jihoon menghela napas kasar dan memalingkan wajahnya. "Sejak kapan Mama peduli sama Jihoon? Udah puas kaburnya? Tolong jaga Papa." ucap Jihoon. Soonyoung sangat terkejut karena ia tidak pernah melihat Jihoon seperti ini. "Oiya, Jihoon gak pulang karena ini musim skripsian. Jihoon sibuk." ucapnya lalu meninggalkan mereka berdua. 

Mama Jihoon sudah meninggalkan Jihoon dan Papanya sejak Jihoon lulus SD. Mereka cerai tanpa sepengetahuan Jihoon. Jihoon mengira Ibunya pergi untuk bekerja lalu akan pulang sesekali. Namun sampai detik ini belum ada kabar. Dan sampai saat ini Jihoon belum mengetahui bahwa orang tuanya sudah cerai. Namun karena ia sudah dewasa, ia bisa tahu bahwa hubungan orang tuanya memang kurang baik. Ia memberi waktu untuk orang tuanya agar bisa berdamai. 

Jihoon berlari menuju area gym. Ia menggunakan boxer gloves lalu ia mulai meninju dengan kekuatan tinggi. Jihoon iri dengan sikap Soonyoung yang bisa sabar dengan perlakuan orang tua nya dulu. Jihoon saja sudah sangat marah dengan perlakuan Ibunya yang tidak seberapa. Ia merasa dirinya lemah. Ia pun menelungkupkan wajahnya dan menangis. Ia melepas boxernya dan melempar asal. 

Soonyoung yang sedari tadi sudah menemukan Jihoon berada di area gym, ia hanya mengamati Jihoon dari kejauhan. "Gue yakin kemarin lo mabuk karena ini kan Ji?" tanya Soonyoung dari jauh. Ia masih melihat Jihoon menangis. Ingin rasanya ia menghampiri. Namun ia tahu, Jihoon ingin sendiri. 


----

Jihoon sudah kembali ke kamarnya. Namun ia tidak melihat sosok yang ia cari sedari kemarin. Ia hanya bertemu tadi pagi itupun hanya sebentar. Ia melihat meja makan sudah terdapat satu set breakfast dan surat. 

Pacar gue yang semangat ya hari ini-!! Soonyoung ada kelas pagi, pasti lo kangen gue kan? hehe gue juga kangen bgt sama lo. Love u sayaang ❤️

Jihoon tersenyum. Ia mengakui bahwa dirinya benar-benar merindukan Soonyoung. Tapi ia tahu bahwa jurusan kedokteran lebih sibuk dari dirinya. Beginilah nasib beda jurusan. Tak bisa bertemu tiap hari. Ia membayangkan betapa sibuknya mereka di dunia kerja. Bisakah mereka mempertahankan hubungan ini? 


----

Sejujurnya Soonyoung sedari tadi tidak bisa fokus. Ia terus memikirkan Jihoon. Apakah Jihoon baik-baik saja? Kalau dipikir-pikir, semenjak ia mulai masuk kuliah ia tidak memiliki waktu bersama Jihoon dengan banyak. Apalagi di semester akhir ini. Namun dalam dunia kedokteran justru sehabis lulus ia harus koas dan lain lain. Ia sangat sibuk. 

---

Jihoonie 

sayang 

gue kangen bgt sama lo 

ayo kita ketemu di kantin

eung? 

---

Pesan Soonyoung belum dibalas Jihoon sampai ia selesai waktu istirahat. Soonyoung tidak tenang. Ia menelpon Jihoon namun tidak diangkat. Ingin sekali ia kabur dari kelas, namun ia tidak ingin menyia-nyiakan studinya. Setelah bertengkar dengan pikirannya, ia pun memutuskan ijin ke toilet dengan modus ingin colut. Ia pun langsung berlari menuju gedung fakultas bisnis. Ia menemukan Seungkwan yang tidak bersama Jihoon. "Kwan, Jihoon dimana?" tanya Soonyoung. "Tadi gue liat dia pergi, tapi dia gak ngasih tau mau kemana" jawab Seungkwan. 

Soonyoung pun langsung meninggalkan kampus untuk mencari Jihoon. Ia berlari ke apartemen namun tidak menemukan Jihoon. Lalu ia menuju area gym namun juga tidak ada. Soonyoung pun langsung meninggalkan apartemen dan menuju tempat yang pernah mereka kunjungi. Namun ia tidak menemukan sosok Jihoon. 

"Apa Jihoon pulang ya? Tapi kata dia gak bakal pulang karena sibuk. ARRGHH JIHOON LO DIMANAA SIH" lantur Soonyoung. Namun beberapa saat kemudian ia ingin berkunjung ke rumah Jihoon. Siapa tau ia benar-benar disana. Ia hanya ingin memastikan. Soonyoung pun menelpon Seokmin dan bertanya dimana kediaman Jihoon. "Lo mau minta restu ke orang tuanya?"  tanya Seokmin. "Udah anjir jawab aja dimana. Ini penting" 

Soonyoung pun mendapat alamat Jihoon. Untung Seokmin dulu tetangganya. Soonyoung langsung menancap gas menuju rumah Jihoon. Soonyoung sedikit curiga karena rumah Jihoon ramai. Betapa terkejutnya ia melihat karangan bunga didepan rumah Jihoon. Lee Junghoon, papa Jihoon telah meninggal dunia. Soonyoung tanpa sadar meneteskan air mata. Ia mengingat bagaimana papa Jihoon memperlakukan dirinya dengan baik. Ia bahkan pertama kali mendapat kasih saya seorang papa dari Junghoon. 

Soonyoung pun keluar dari mobilnya. Untung ia menggunakan sweater hitam. Jadi tidak begitu mencolok. Ia masuk ke rumahnya dan pemandangan yang ia lihat adalah Jihoon dengan mata sembab nya. "Ji, lo gapapa?" tanya Soonyoung. Jihoon pun menyeka air matanya. "Kok lo bisa tau gue disini?" tanya Jihoon. Soonyoung pun memeluk Jihoon. "Turut berduka Jihoonie, papa lo pasti bahagia disana" ucap Soonyoung. Jihoon pun menangis. Ia bahkan belum mengucapkan selamat tinggal kepada papanya. Apakah Ibunya memaksa Jihoon pulang karena Papanya sudah kritis? Tetapi kenapa Ibunya tidak bilang saja? Jihoon menyesal. Sangat menyesal. Ia lebih mementingkan kuliahnya dibanding orangtuanya sendiri. 

"Gue, anak durhaka Nyoung..." ucap Jihoon. Soonyoung pun mengelus rambut Jihoon. "Jangan bilang gitu. Lo udah berjuang kuliah buat banggain ortu lo kan? Jangan nyalahin diri sendiri. Semua ini udah takdir" ucapan Soonyoung semakin membuat Jihoon menangis. Ia menelungkupkan wajahnya di dada Soonyoung. 

"Andai gue nurut Mama gue, gue pasti bisa ketemu Papa diakhir hayatnya" sesal Jihoon. "It's Okay Jihoon, ini bukan salah siapa-siapa. Mama lo juga gatau kan? Kalau tau pasti dia bakal bilang ke lo" Soonyoung yang menenangkan Jihoon. 

Disisi lain, Jieun melihat kemesraan Soonyoung dan Jihoon. Sekarang ia bisa melihat bahwa Soonyoung anak baik. Jihoon sangat beruntung bisa mendapatkan Soonyoung. "Mama harap hubungan kalian berdua gak kaya Mama sama Papa ya. Jihoon, jangan menderita kaya orangtua mu ya nak" pesan Jieun dari kejauhan. 

beda jurusan ~ [soonhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang