PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan untuk karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa
***.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Walau aku menyesal telah menjadikanmu bagian dalam hidupku
Namun aku takkan pernah menyalahkan pertemuan kala itu."***
Seorang gadis cantik dengan seragam sekolah terlihat bersedekap dada di depan sebuah ruangan berdinding putih itu. Gadis itu memasang raut wajah super sebal, sembari sesekali mengerling tajam.
"Cepetan, Ra! Nanti kalau telat gimana?" teriak gadis itu.
"Iya, iya, ini juga udah mau selesai kok...!" sahut gadis lain dari dalam kamar.
Gadis dengan netra hitam itu menghela napasnya gusar untuk yang kesekian kalinya. Seorang wanita paruh baya dengan senyum meneduhkan berjalan mendekat ke arah gadis itu. Wanita itu mengusap pundak gadis itu lembut, membuat gadis itu menoleh padanya.
"Araaaa....!!! Cepetan dikit, Nak! Kasihan Adira nungguin kamu siap-siap lama banget." teriak wanita paruh baya pada gadis yang berada di dalam ruangan itu.
"Iya, Ma... ini Ara sudah selesai kok!" sahut gadis itu. Detik berikutnya, pintu ruangan berdinding putih itu terbuka. Seorang gadis manis dengan rambut yang dibiarkan tergerai dengan bando di atasnya keluar dari ruangan itu.
"Cepet banget yaa." sindir Adira sembari mendengus sebal.
Arana tertawa,"hehehehhe, maaf deh, Di. Janji nggak bakal ulangin!"
Adira merotasikan bola matanya malas,"ye lah tu."
"Hei, hei, sudah, sudah. Ayo sekarang berangkat. Keburu telat lho." sergah wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di belakang mereka, menyaksikan pertengkaran kecil keduanya.
"Ini udah telat, Tante. Kami berangkat dulu ya, Tante!" pamit Adira sembari menyalami Jiha-mama Arana
"Kami berangkat ya, Ma. " ujar Arana sembari mencium punggung tangan sang mama.
Jiha tersenyum,"iya, hati-hati ya." ucapnya dan dibalas gerakan hormat oleh kedua gadis itu.
"Siap!!!"
***
Dua orang gadis cantik dengan seragam sekolah itu terlihat menyeka peluh mereka-hasil dari lari seperti dikejar anjing tadi. Keduanya terlihat begitu kelelahan akibat lari-larian dengan secepat kilat guna mengejar waktu agar dapat masuk melewati gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara & Hujan (TERBIT)
Teen FictionTak pernah mengharapkan kehadiran hujan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, disebabkan hujan selalu mengingatkannya akan luka masa lalu itu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu berpikir, bahwa hujanlah penyebab luka sedalam itu pada dir...