PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan untuk karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Fase termanis dalam jatuh cinta itu
Ketika kau takkan sulit menemukannya
Bahkan dalam kerumunan manusia sekalipun."***
Benar saja perkataan Adira. Mereka harus cepat-cepat meletakkan tas ransel mereka di dalam kelas, karena beberapa detik usai keduanya sampai di ambang pintu kelas, bel yang menandakan seluruh murid untuk berbaris di lapangan berbunyi. Alhasil, keduanya segera meletakkan tas mereka di bangku dan bergegas menuruni tangga guna menuju lapangan.
Pidato pada upacara kali ini berlangsung lebih lama dikarenakan kata sambutan Kepala Sekolah pada murid baru-kelas 10 yang tepat pada hari ini akan memulai pembelajaran aktif di sekolah. Tata tertib dan peraturan sekolah berulang kali diingatkan pada para murid agar mereka tak semena-mena pada peraturan dan tata tertib sekolah.
Arana sejak awal pidato Kepala Sekolah sudah menguap lebar dan menutupnya dengan telapak tangannya berulang kali. Gadis itu memang suka bosan jika mendengarkan pidato Kepala Sekolah yang menurutnya membosankan, sejak SD. Ditambah lelah akibat berdiri puluhan menit membuat gadis manis itu semakin malas.
"Kapan selesainya sih?" bisik Arana pada Adira yang tengah fokus mendengarkan pidato Kepala Sekolah di sampingnya. Bukannya jawaban, yang didapatkan oleh Arana justru tatapan maut Adira yang menyuruhnya untuk diam.
Arana menghela napasnya sebal. Gadis itu kemudian memilih untuk mengalihkan pandangannya ke barisan lain. Tatapan matanya terhenti pada sesosok lelaki di barisan kelas 12. Lelaki berambut coklat tua dengan mata elang hijaunya, terlihat menutup matanya sembari menguap di seberang sana. Arana membulatkan matanya dan menajamkan pandangannya. Benar! Itu lelaki yang tadi tabrakan dengannya! Aksara Dinandra.
Seulas senyum terbit di wajah cantik itu. Sontak tatapan matanya terfokus pada objek yang terlihat acuh pada pidato Kepala Sekolah di barisan seberang itu. Dan tanpa disadari Arana, ia memandangi wajah tampan lelaki bernama Aksara itu hingga pidato Kepala Sekolah selesai.
***
"Lu tadi ngelihatin apaan sih pas upacara, Ra? Kok sambil senyam-senyum gitu."
Arana tersenyum jahil sembari menatap Adira,"kamu nanyeeeaaakkk??"
Adira menatap malas Arana,"gue serius, Ra."
Arana terkekeh,"oke, oke. Bakal gue jawab kalau lu mau nemenin gue ke suatu tempat."
Adira menaikkan satu alisnya,"ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara & Hujan (TERBIT)
Teen FictionTak pernah mengharapkan kehadiran hujan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, disebabkan hujan selalu mengingatkannya akan luka masa lalu itu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu berpikir, bahwa hujanlah penyebab luka sedalam itu pada dir...