PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hingga pada akhirnya
Aku berada di antara dua pilihan menyakitkan
Menyiksa diriku sendiri atau membiarkan orang lain menyiksaku terlebih dahulu."
-Aksara & Hujan-***
Arkana terdiam mendengar cerita adiknya. Sekarang ia tahu, mengapa wajah adiknya mendadak berubah murung tadi siang. Siapa yang tidak sakit hati dibilangin begitu sama crush sendiri?
Arana kemudian menghela napasnya. Gadis itu menoleh pada Arkana yang menatapnya dengan tatapan prihatin. Arana tersenyum tipus. Ia benci ditatap dengan tatapan seperti itu. Ia benci ditatap dengan tatapan para perawat rumah sakit saat ia ditinggalkan ayahnya, dan menunggui mamanya dengan air matanya yang tak berhenti mengalir dari kedua pelupuk matanya 7 tahun lalu. Arana kemudian mengalihkan tatapannya dari Arkana sembari terus memeluk lututnya.
"Ara-"
"Jangan tatap Ara dengan tatapan itu, Kak. Ara benci tatapan itu." ucap Arana sembari tersenyum miris, mampu membuat Arkana terdiam.
Sisa waktu mereka habiskan dengan saling diam, memilih sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa menit setelahnya, Arkana menarik tangan Arana guna langkahnya diikuti oleh gadis itu. Arkana kemudian menelepon seseorang lewat ponselnya sembari terus menatap awas ke sekelilingnya.
Arana yang bingung karena tiba-tiba saja ditarik oleh Arkana menatap lekat wajah kakaknya dengan raut wajah penasaran. Ditambah dengan sikap Arkana yang seperti orang waspada membuat Arana akhirnya tak dapat lagi menahan rasa penasarannya.
"Kak Arka-"
"Ra, kamu pulang duluan ya, kakak pesenin ojek online, oke?" tanya Arkana sembari memesan transportasi online tersebut lewat ponselnya tanpa menunggu persetujuan adiknya.
Arana mengerutkan dahinya,"kenapa nggak pulang barengan aja?"
"Kakak ada urusan bentar, Ra."
"Urusan apa?" tanya Arana membuat Arkana terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Pokoknya kamu pulang duluan ya." bujuk Arkana sembari mengalihkan pandangan dari Arana.
Mengetahui bahwa Arkana sedang menyembunyikan sesuatu darinya membuat Arana terus memandangi wajah kakaknya lekat. Tangan gadis itu bergerak menggenggam lengan kakaknya, membuat Arkana menoleh padanya.
"Jelasin ke Ara urusan apa yang buat kakak nggak bisa anter Ara pulang ke rumah?" tanya Arana.
"Ra, kakak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara & Hujan (TERBIT)
Teen FictionTak pernah mengharapkan kehadiran hujan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, disebabkan hujan selalu mengingatkannya akan luka masa lalu itu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu berpikir, bahwa hujanlah penyebab luka sedalam itu pada dir...