PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Terima kasih kuucapkan pada Tuhan
Yang telah mengembalikan dirimu di sisiku."
-Aksara & Hujan-***
Arana melangkahkan kakinya gontai menuju rumahnya.
Gadis manis yang selalu tersenyum dan bersemangat menjalani kehidupannya itu untuk kedua kalinya menunjukkan kekecewaannya di hadapan dunia, mengisyaratkan pada dunia bahwa ia sudah lelah.
"Ara pulang," lirihnya sembari membuka pintu rumahnya.
"Eh? Udah pulang? Baru aja kakak mau jemput." sahut Arkana seraya melangkah keluar dari pintu kamarnya yang terletak dekat dari pintu rumah. Arana hanya diam, tanpa berniat untuk menjawab ucapan kakak kandungnya itu.
"Pulang naik apa, Ra? Kata mama, Ara biasanya naik angkot ya?" tanya Arkana sambil membuntuti Arana yang masuk ke ruang tamu.
"Kan sekarang Ara ada kakak yang bisa Ara andalkan apa saja, termasuk dalam hal mengantar dan menjemput Ara. Besok-besok kalau Ara pulang sekolah atau berangkat sekolah tungguin kakak ya, biar Ara berangkat dan pulangnya bareng kakak." ucap Arkana sambil memandangi wajah adik kesayangannya yang entah mengapa terlihat murung kali ini.
"Arana." panggil Arkana, membuat sang adik menoleh padanya.
"Kenapa? Ada masalah apa di sekolah?" tanyanya mampu membuat Arana terpaku.
"Masalah? Masalah apa?" Arana balik bertanya usai beberapa detik terpaku mendengar pertanyaan Arkana. Gadis itu kini mendudukkan diri di salah satu sofa yang berada di ruang tamu rumahnya. Sedangkan kakak laki-lakinya ikut duduk di sampingnya sembari tak melepaskan pandangan dari adiknya sedikitpun.
"Ya, masalah. Masalah dengan guru kamu kek, masalah dengan sahabat kek, masalah dengan kakak kelasmu kek, masalah dengan teman lain kek, kakek-kakek kek." ujarnya sembari tertawa, mencoba membuat paling tidak seulas senyum tersungging di bibir adiknya. Namun nihil, gadis itu tetap diam tanpa merespon ucapan Arkana.
Melihat bahwa adiknya yang biasa bawem itu diam mendengar gurauan garingnya, Arkana jadi ikut diam. Lelaki itu menatap lekat pahatan wajah adiknya itu. Detik berikutnya, lelaki itu menghela napas.
"Kenapa, hm? Kok adiknya kakak jadi murung gini? Coba cerita sama kakak siapa yang udah bikin kamu badmood gini, biar kakak injak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara & Hujan (TERBIT)
Teen FictionTak pernah mengharapkan kehadiran hujan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, disebabkan hujan selalu mengingatkannya akan luka masa lalu itu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu berpikir, bahwa hujanlah penyebab luka sedalam itu pada dir...