PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan untuk karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Apakah hujan membenciku
Hingga ia selalu menyiksaku dengan mengingatkanku akan semua luka masa lalu itu?"
-Aksara & Hujan-***
Tik...
Tik...
Tik...
Arana mengalihkan pandangannya pada jendela besar yang berada di samping bangkunya. Jendela besar yang langsung mengarah ke lapangan sekolah itu menampilkan hujan yang turun di luar sana.
Raut wajah Arana sontak berubah masam. Gadis itu melirik sinis hujan yang turun di luar sana lewat jendela besar di sampingnya itu. Gadis itu juga tampak menghela napas gusar. Bagaimana tidak? Ia adalah seorang pembenci hujan.
Arana tidak menyukai hujan sejak dulu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu paling malas kalau pulang atau pergi sekolah saat hujan turun. Bagaimana caranya ia pergi atau pulang dari sekolah dengan keadaan hujan deras? Itu hanya akan membuat basah pakaiannya.
Arana benar-benar tidak menyukai sensasi basah akibat hujan. Terlebih saat SMP,gadis yang pulang pergi kemana-mana naik angkutan umum itu semakin susah bepergian akibat hujan. Apalagi saat pulang sekolah saat hujan turun. Gadis itu harus berlindung dengan payung dan berjalan melewati hujan hingga ke termin angkot guna mencari angkot yang lewat untuk dinaiki. Itu kalau dirinya ingat bawa payung. Bagaimana kalau lupa? Maka gadis manis itu akan berlari dengan kedua tangan di atas kepala menuju terminal angkot sembari menggerutu sebal seolah permukaan tangannya itu dapat menghindarinya dari hujan.
Arana menghela napasnya gusar sekali lagi. Sebenarnya, bukan itu alasan utamanya tidak menyukai hujan. Ia tidak menyukai hujan sejak duduk di bangku SMP, tepatnya saat rumah tangga mama dan papanya sedang di ambang kehancuran.
Flashback on...
Arana berlari menuju pelataran rumahnya guna menghindari rintik air hujan menyentuhnya. Papanya akan sangat marah jika melihatnya pulang dengan tubuh basah sedikitpun. Papanya akan mengira ia bermain hujan dan akhirnya memukulnya lagi seperti saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Arana tidak ingin hal itu terulang lagi.
Kepala gadis itu menyembul guna mengintip keadaan rumahnya. Ia takut jika ia menerobos masuk begitu saja maka langkahnya diketahui oleh Papanya dan berakhir diceramahi lagi. Arana tidak ingin itu terjadi. Maka, ketika gadis itu merasa sudah cukup aman untuk memasuki rumahnya, gadis itu perlahan masuk ke dalam rumah itu sembari menghela napas dengan lirih.
PRANGG!!!
PRAK!!!!
BRUKKK!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara & Hujan (TERBIT)
Teen FictionTak pernah mengharapkan kehadiran hujan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, disebabkan hujan selalu mengingatkannya akan luka masa lalu itu. Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu berpikir, bahwa hujanlah penyebab luka sedalam itu pada dir...