Kejutan untuk Aulia

702 79 16
                                    

Menjadi staf divisi training dengan sub divisi in-house, membuat gue, Aulia Adreena Salim, harus pergi ke luar kota minimal satu kali di setiap bulannya. Paling cepat, tiga hari dan paling lamanya pernah sampai tiga pekan. Kalau ditanya, apa yang membuat gue betah berkerja di PT. Austenito Utama, maka jawabannya ada tiga.

Pertama, gue punya atasan yang super the best. Wajahnya cantik, otaknya cerdas dan pemikirannya juga selalu taktis. Nggak heran, kalau para karyawati di sini, termasuk gue, menjadikan Bu Shapire sebagai role model. Beliau mempunyai gaya kemimpinan yang asyik dan yang terpenting, Bu Shapire tidak pernah pelit dalam berbagi pengetahuan, pengalaman, oleh-oleh, dan juga bonus kepada kami yang telah sukses menjalankan sebuah proyek.

Yang kedua, gue punya rekan-rekan satu divisi yang benar-benar sudah seperti saudara sendiri. Sebagai staf paling muda, gue yang sebenarnya anak sulung dari dua bersaudara ini, dapat merasakan bagaimana menjadi seorang adik bontot di sini. Ada Mas Arief yang sudah berkeluarga dan memiliki satu anak. Mbak Mega yang baru saja menikah dengan staf dari divisi sebelah. Mas Dayat yang baru saja bertunangan dan yang terakhir adalah Mas Yusuf yang sudah berbuntut tiga.

Dan yang ketiga, gaji dari pekerjaan ini sangat membantu perekonomian keluarga gue. Selain untuk melunasi utang-utang yang ada, gue juga bisa membiayai perkuliahan adik gue. Satu semester lagi adik gue wisuda dan gue berharap bisa menghadiri acara penting itu bersama Mas Bayu.

“Lo langsung balik ke rumah, Ul?” Tiba-tiba suara Mas Yusuf membuyarkan lamunan gue.

“Kayaknya nggak deh, Mas. Aku mau ketemu Mas Bayu dulu.” Mas Yusuf yang sudah kenal dengan Bayu pun mengangguk-anggukkan kepala.

“Inget kata Bu Shapire. Kalau cowok yang serius itu yang langsung lamar. Jangan kelamaan pacaran. Nimba dosa, tahu, nggak?”

Gue sontak tertawa. “Hahaha iya, Mas. Doain saja bisa nyusul Mas Dayat naik pelaminan.”

“Aamiin. Aamiin…”

Saat ini, gue dan Mas Yusuf berada di dalam kereta yang membawa kami kembali ke Jakarta setelah delapan hari di Tegal. Dalam tugas kali ini, tanpa disangka, gue bisa pulang lebih awal dari jadwal yang sudah ditetapkan. Bukan karena kami yang mempercepat semuanya. Namun, proses sertifikasi yang diperkirakan akan memakan waktu selama tiga hari, ternyata bisa diselesaikan dalam waktu satu setengah hari saja.

“Mas Yusuf mampir kantor dulu, nggak?”

“Tadinya mau mampir, tapi kata Bu Shapire nggak usah. Katanya, istri dan anak-anak di rumah lebih merindukan Mas daripada orang-orang di kantor.” Kami berdua pun tertawa. Seperti itulah Bu Shapire. Selalu menomor satukan keluarga dibandingkan urusan kantor. Katanya, “Uang dan emas itu wajib untuk dicari dan ditimbun. Tapi kalau nggak ada keluarga, harta yang sudah terkumpul tuh nggak bisa habis dengan cara yang benar dan membahagiakan.”

Tanpa terasa, kereta yang membawa gue pun tiba di Stasiun Gambir sesuai dengan jam yang diperkirakan. Tidak mau membuang waktu, gue langsung memesan taksi online dengan tujuan kantor Mas Bayu.
“Salam buat Bayu, Ul,” ucap Mas Yusuf sebelum gue masuk ke mobil dengan merek yang sama dengan tempat Mas Bayu bekerja. Sudah tiga setengah tahun ini, Mas Bayu  menjadi sales executive dari sebuah brand mobil keluaran negeri sakura.

Pertemuan kami pun terjadi ketika BigBoss, Pak Darmantyo Barusman, membeli mobil dari Mas Bayu. Saat itu kami berkenalan dan bertukar kartu nama. Dari bertukar kabar, akhirnya kami merasa nyaman satu sama lain. Mas Bayu juga tidak pernah mempermasalahkan pekerjaan gue yang mengharuskan pergi ke luar kota itu.

Satu jam membelah ibu kota, akhirnya gue sampai di kantor Mas Bayu yang berada di kawasan Ciputat. Sayangnya, laki-laki yang sudah menjalin hubungan denganku selama satu setengah tahun belakangan itu sedang tidak masuk. Kata Mbak Eva yang merupakan senior sales di sini, Mas Bayu menginfokan kalau dirinya sedang sakit.

Gue yang memang tidak bertukar informasi sejak subuh tadi pun bergegas memesan ojek online dengan tujuan kostannya. Sungguh, gue pikir, adegan yang sedang tersaji di mata gue ini hanya terjadi di sinetron. Seorang Bayu Pradipto tengah menggagahi dan tentunya merasakan kenikmatan dari seorang perempuan yang gue kenal sebagai karyawan baru di kantornya.

“Dasar Mas Bayu brengseeeek! Mas Bayu jahaaat!” teriak gue yang membuat dia tersentak kaget. Dia pun akhirnya menyadari kalau sejak tadi gue mengintip di sudut jendela yang tidak tertutup gordyn.

Dengan tubuh yang gemetar dan hati yang hancur berkeping-keping, gue langsung meninggalkan tempat menjijikan ini. Dewi batin gue sangat bersyukur karena gue tidak pernah memberikan apa yang Mas Bayu dapatkan dari perempuan itu. Namun, tetap saja, pengkhianatan yang dilakukannya, menciptakan rasa sakit di seluruh tubuh ini. Dasar Bayu Brengseeek! Brengseeek! Gue benci banget sama lo! Musnah sana! Musnah saja dari muka bumi ini!

Sambil terus memaki di dalam hati, gue pun mengirimkan foto dan video pendek yang menjelaskan bagaimana Mas Bayu mampu menggagahi perempuan itu kepada ibunya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Yang jelas gue akan sangat sulit jatuh cinta dan mempercayai mulut seorang pria!

Hai, Rurs Geng! Kembali lagi dengan Mbak Aulia yaa!
Happy reading!
.
.
Kak Rurs with💎

Speed Dating (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang