Tukang Pamer Bikin Lupa Waktu

230 51 37
                                    

Dulu, Bu Shapire pernah bilang begini, "Setampan dan semapan apa pun seorang laki-laki, kalau dia sombong dan tukang pamer, maka dia terdefinisikan minus." Sekarang, gue bertemu dengan pria minus itu. Kenalin nih, namanya Satria!

Dari ketiganya, entah mengapa gue memilih untuk membalasnya terlebih dahulu. Namun, nyatanya itu adalah keputusan yang salah! Dalam chat kami, manusia itu terus saja membahas perihal pencapaian hidupnya. Jenggah? Oh, sudah pasti! Bahkan gue ingin muntah setiap melihat notifikasi pesan masuk darinya, tapi dasar bodoh, tetap saja gue balas!

Aulia
Hai, Kak Satria!
Thanks for swiping me right and nice to match you

Satria
Aulia ini nama asli kamu?
Kerja di mana?

Iya, Kak, ini nama asli aku.
Kalau Kakak, pakai nama asli juga kan?
Aku karyawan swasta biasa

Iya, ini juga pakai nama asli
Swasta bidang apa?

Training untuk welding

Sudah lama kerja di sana?

6 tahun
Soalnya sejak lulus aku sudah kerja di sini Kak

Nggak ada niatan buat pindah?

Nggak sih, Kak

Kenapa?

Kenapa harus pindah?

Gajinya tiga digit?

Ya, belum sampai tiga digit sih

Kerja kalau gajinya nggak tiga digit, namanya dikerjain!
Pindahlah ke kantor yang kasih benefit gede.

Kak Satria gajinya sudah tiga digit ya?

Ya, belum sih.
Makanya nih mau pindah
Kemarin ada interview sama kantor yang basednya di Boston
Tapi belum tahu lagi kelanjutannya bagaimana

Oh
Memangnya, Kak Satria kerja di bidang apa?

Bidang business development
Eh, kamu lulusan kampus mana?

Aku lulus dr kampus negeri di Depok
Kalau Kak Satria, lulusan kampus mana?

S1nya atau S2?

Dua-duanya boleh sih, Kak

S1 aku dari Institute terbaik di Indonesiaa
S2 aku di Columbia University

Wuiih keren bangeet!

Oh iya jelas
Keren itu nama tengah aku

Itu kuliahnya dapat beasiswa atau bayar sendiri, Kak?

Bayar sendiri, dong
Ngapain pakai duit pajak negara
Kalau kamu kuliahnya beasiswa?

Biaya dari orangtua juga, Kak

Ada rencana buat lanjut S2 nggak?

Belum, sih

Kenapa belum?
Masih ngumpulin uang?
Sudah punya 100 juta pertama?
Waktu aku usia 26, sudah ada 250 juta di tabungan
Nah, karena sekarang sudah kepala tiga, jadi aku invest juga
Di saham, obligasi, property dan emas
Masih kecil banget, sekitar 4 miliar gitu deh

Semakin dibalas, maka asam lambung gue semakin naik. Apa sih maunya? Apakah dia berpikir gue akan klepek-klepek dengan kekayaannya? Cuih! Jangan mimpi! Kalau soal harta, gue juga sudah punya! Bedanya, gue nggak haus validasi kayak nih manusia.

Satria
Kamu sudah punya rumah?
Mobil kamu merek apa?
Kemarin aku baru aja nih, beli Mercy ini.
Ada temenku yang ngelepas 1,2, jadi aku ambil aja deh
Mayan murah soalnya.

Gue menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Baru kali ini gue butuh meditasi setelah chat-chatan dengan sesama makhluk hidup.

Aulia
1,2 Miliar?

Satria
Oh, iya, jelas
Masa mercedes 1,2 juta?
Motor supra bobrok juga nggak dapat

Well, kesabaran gue sudah habis dan sepertinya kalau pembicaraan ini dilanjutkan, gue bisa dilarikan ke IGD! Tanpa menimbang-nimbang, gue pun memencet tiga titik yang berada di atas sebelah kanan. Begitu menemukan pilihan unmatched, maka itulah yang dipilih oleh jempol gue! Demi kesehatan jiwa, begitu alasan yang gue punya.

Selesai dengan Satria tukang pamer, gue pun beralih ke room chat dengan Sentanu. Eh, tunggu-tunggu. Gue harus panggil dia dengan sapaan apa, ya? Pak Sentanu? Om? Mas? Akang? Kakanda? Atau... mari kita tanyakan padanya saja. 

Aulia
Maaf karena baru balas
anyway, enakan aku panggil dengan sapaan apa ya?

Tanpa menunggu lama, Duda tanpa buntut itu membalas chat gue.

Sentanu
Panggil Mas saja
Oh, iya, sore ini bisa ketemuan?
Biar aku jemput ke kantor kamu

Sontak saja, gue mengerutkan dahi sekaligus bergidik ngeri. Terlebih dia adalah Duda. Kemungkinan besarnya, dia sudah berpuasa dari olahraga cabang gelut di kasur cukup lama, lalu begitu ada anak gadis yang manis dan baik hati kayak gue, insting berburunya pasti hidup. Alamaaaak! Gue takuuut!

"Lo, kenapa, Ul? Belum ketemu juga pengajarnya?" Suara Mas Yusuf tiba-tiba saja terdengar dan menganggetkan gue tentunya.

"Eh, bukan. Bukan itu kok, Mas." Ternyata Mas Yusuf mampir ke kubikel gue karena dia mau pamit pulang duluan. Katanya, anak sulungnya mendadak demam.

"Oh, kalau begitu, hati-hati, Mas." Yang lainnya juga mengucapkan hal yang sama. Eh, tunggu-tunggu. Jadi, gue sudah menghabiskan waktu sekitar tiga jam hanya untuk menanggapi chat dari Satria dan sekarang Sentanu? Apakah lupa waktu adalah salah satu efek dari bermain dating apps? Kalau iya, wah, kacau juga, ya!

Siapa yang mendukung Aulia dengan Mas Duda?
Yuk, ramaikan dulu dengan komentar-komentar kalian!
.
.
.
Kak Rurs with💎

Speed Dating (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang