Suara derap kaki kuda yang disambut meriah di halaman istana sore itu menjadi pertanda pulangnya sang pangeran setelah menempuh perjalanan dua hari dari kerajaan tetangga.
Kuda berwarna eboni itu meringkik pelan ketika sang tuan telah menapaki tanah. Ekornya mengibas senang ketika hidungnya disapa dengan lembut. Meringkik lagi seolah membalas ucapan sang pangeran muda.
"Kau sudah bekerja keras, Clem. Good boy."
Kaki yang terbalut boots hitam dengan sol bergerigi itu berjalan menapaki satu demi satu anak tangga. Wajah tampannya mendongak lebih tinggi, dengan senyuman yang menenggelamkan kedua mata berwarna serupa dengan surainya yang telah memanjang.
Puluhan pasang mata menunduk hormat ketika berpapasan dengan si muda. Terutama ketika wujudnya telah berdiri tegak di hadapan sang penguasa.
"Selamat datang kembali anakku, Vale."
Sang pangeran hendak berlutut dengan satu kakinya, namun gerakannya segera ditahan oleh pria yang lebih tua.
"Apa kau tidak mau memeluk ayahmu ini, nak?"
Valerian, sang pangeran muda, menunjukkan cengiran yang begitu sang ayah rindukan. Pelukan erat dari anaknya disambut dengan suka cita.
Sang Raja menepuk punggung kokoh sang anak. Selagi berpikir berapa lama anaknya mengadu nasib di negeri sebelah hingga membuatnya tumbuh menjadi seorang pangeran yang lebih gagah dari yang bisa ia ingat.
"Di mana Ratu-ku?" Vale bertanya ketika pelukan mereka terlepas.
Sang Raja menarik bahunya, membawanya berjalan beriringan memasuki aula istana. Ketika pintu dengan ukiran naga di atasnya ditarik oleh dua penjaga, Vale tau bahwa dirinya tidak meninggalkan istana tempatnya tumbuh selama tujuh belas tahun ini terlalu lama.
Tidak banyak berubah, hanya beberapa vas besar di sudut ruangan berganti dengan motif lain, yang sama terlihat mahalnya.
Semakin memasuki aula istana, semakin banyak pula yang menyambutnya dengan tangan terbuka. Perdana menteri, penasihat istana, dan para pejabat-pejabat lainnya berebut ingin menjabat tangan sang pewaris tahta yang baru saja pulang usai mencari pengetahuan di luar sana.
Pertanyaan awal yang ia ajukan segera terjawab ketika Vale melihat sang Ratu berjalan dengan gaun garnet menjuntai indah menyapu lantai aula. Surai brunette yang serupa dengan warna bola matanya digelung rapi dengan tusuk rambut emas berbentuk bunga teratai menahannya tetap anggun. Terlihat sangat cantik meski di usia yang tak lagi muda.
Vale menunduk sedikit dengan tangan terulur menyambut tangan lembut sang Ratu yang sudah sangat ia rindukan. Bubuhkan kecupan di punggung tangannya sebagai rasa hormat dan sayang.
"Selamat datang, Pangeran."
Oh, suara merdu itu kembali ia dengar setelah enam bulan hanya mendengar suara profesor menyebalkan yang terus menerornya dengan tugas dan tugas. Vale merasa telinganya telah sembuh dalam sekejap. Masuk ke dalam rengkuhan kecil sang ibu yang menyambutnya dengan kasih sayang.
"Aku merindukanmu, Ibuku yang paling aku sayang."
Sang Ratu tersenyum dan membalas, "Ibu juga merindukanmu, sayang."
Sedang sang pangeran tengah melepas rindu dengan ibunya, terdapat sang raja di sisi mereka, menatap pemandangan hangat itu dengan senyum yang tak disadari telah memudar.
....
Hari telah berganti gelap ketika makan malam kerajaan digelar di meja yang memanjang di sepanjang ruang perjamuan.
Lilin-lilin berpendar, sesekali seolah berdansa ketika para pelayan berjalan kesana kemari untuk menyuguhkan hidangan perjamuan sebagai tanda sambutan atas kepulangan sang pangeran tunggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Lily (Heejay)
FanfictionIni adalah kisah tentang seorang raja dan seorang pemuda yang akan memberinya pewaris tahta. Asa Calder adalah seorang omega male, omega yang sangat jarang ditemukan keberadaannya. Suatu hari, Asa harus menerima takdirnya ketika ia dibawa paksa men...