Masih terlalu pagi di istana, bahkan kabut masih memenuhi halaman belakang hingga rimbunan pohon di dalam hutan tak terlihat oleh mata.
Ethan berjalan seorang diri, dengan piyama dan juga jubah satin marun miliknya, menelusuri lorong yang akan membawanya menuju kamar sang omega.
Hanya ada salah seorang penjaga berdiri di depan pintu kala ia datang, yang segera membukakan pintu untuk sang raja yang kedatangannya begitu tak terduga di pagi buta.
Ethan melangkah masuk tanpa menimbulkan sedikit suara. Tak ingin membiarkan dua makhluk kecil nan rapuh yang kini masih terlelap di atas ranjang terbangun. Mereka saling memeluk dan menghangatkan. Begitu kecil, rapuh, dan manis.
Ethan duduk di sisi ranjang hingga menimbulkan bunyi berderit. Matanya tak lepas memandangi Asa yang kini terlelap dengan bayi kecil mereka tertidur di rengkuhannya.
Bayinya terlihat sangat menggemaskan. Wajahnya yang kecil terbenam di dada Asa yang sedikit terbuka, mungkin bayi itu tertidur ketika kenyang menyusu. Tangan mungilnya pun turut memegangi piyama sang ibu dengan erat.
Ada sebuah buku di tangan kiri Asa. Sepertinya omega itu juga tertidur ketika asik membaca dan menyusui bayinya.
Ethan mengambil buku itu, dan pergerakannya pun membuat sang omega terjaga dari tidurnya.
“Maaf,” ujar Ethan ketika ia tanpa sengaja membuat Asa terbangun. Omega manis itu menatapnya sayu dengan satu tangan yang terulur seperti hendak menyentuhnya.
Ethan membalas tangan itu dengan genggaman ringan. Alisnya pun terangkat seolah ia bertanya apa yang sedang omega itu inginkan.
“Temani aku tidur,” pinta Asa dengan suara berbisik agar bayi kecilnya tidak terbangun. “Aku kedinginan.”
Ethan tersenyum tipis mendengar aduan si ayu yang kini menatapnya dengan pandangan memohon.
Ethan mengambil posisinya tanpa berpikir dua kali. Pergerakannya yang perlahan pun tak lantas membuat ranjang tidak menimbulkan suara hingga membuat bayi kecil di antara mereka sedikit terganggu hingga Asa turun tangan untuk menepuk-nepuk pantat serta punggungnya dengan lembut.
Ethan memerhatikan segalanya dengan jeli. Bagaimana sentuhan tangan Asa mampu nembuat bayinya kembali terlelap dengan dengungan kecil yang terdengar lucu. Pun ia ingin mencoba, mengusap rambut segelap jelaga yang dimiliki bayi kecilnya. Begitu terpana dengan tebal rambutnya yang halus, melingkupi kepala kecilnya yang tak lebih besar dari lebar telapak tangannya.
“Apa dia membuatmu kesulitan?” Ethan melemparkan tanya ketika Asa terlihat sibuk menyusui bayinya lagi. Bayi itu terlelap dengan bibir kecilnya yang tak bisa diam. Ethan bergerak makin mendekat. Menyaksikan sendiri bagaimana bayinya menyusu dengan asik dengan kedua mata terpejam erat.
“Dia tidak pernah membuatku kesulitan,” jawab Asa, menatap sang alpha yang kini tengah memainkan jemari mungil anak mereka. “Dia bayi yang pintar dan baik.”
“Seperti ibunya,” balas Ethan.
Asa menatapnya sendu, dan Ethan mengetahuinya. Ia tersenyum dengan teduh, mengerti apa yang kini tengah ada di dalam kepala bersurai gelap itu.
“Bukan ratu, melainkan kau. Bukankah kau ibunya? Yang melahirkannya?”
Kata-kata itu tak lantas membuat Asa merasa lebih baik. Ia menunduk dan ikut menggenggam tangan mungil Valerian yang masih berada dalam genggaman sang ayah. Ethan tersenyum ketika merasakan tangan mereka bertiga bertemu dalam genggaman yang hangat.
Sesuatu dalam dirinya merasa puas. Mungkin karena dua belahan jiwanya kini telah melengkapi relung hatinya yang sempat kosong dan hampa.
“Lantas mengapa kau memberikan izin padanya untuk memberi nama bayi ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Lily (Heejay)
FanfictionIni adalah kisah tentang seorang raja dan seorang pemuda yang akan memberinya pewaris tahta. Asa Calder adalah seorang omega male, omega yang sangat jarang ditemukan keberadaannya. Suatu hari, Asa harus menerima takdirnya ketika ia dibawa paksa men...