06. Singgah Sejenak

492 53 4
                                    

Luna masih terjaga di tempatnya. Lilin di dalam lentera berdansa ringan terkena sapuan angin yang dibawa oleh sosok tegap penjaga penjara.

Asa masih jatuh dalam mimpi semu ketika gemerincing rantai menyapa telinga miliknya. Tubuh meringkuk itu bergerak pelan dan mata sayunya mengerjab pula ketika suara ketukan dari sol sepatu boot milik pria itu bergerak menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suaranya terdengar mencicit serak. Menggema di ruang sempit yang membatasinya bergerak.

Satu pertanyaan dibiarkan mengambang di udara tanpa ada jawaban. Alih-alih begitu, mata sang raven menyalang tajam kala si penjaga mulai melepas satu persatu bagian baju zirah yang melekat apik di tubuh tegapnya.

Asa tau itu bukan hal yang baik. Insting omega dalam dirinya menyala sebagai bentuk pertahanan diri dan memaksanya untuk berdiri menghadapi.

"Hentikan niat tercelamu!" Ungkapnya.

Namun seakan ungkapan Asa bak ocehan bocah kecil yang mampir di telinganya, penjaga itu tertawa.

"Kau tau? Feromon milikmu tercium dari sudut hingga sudut. Ada banyak tahanan di sini yang dapat menciumnya. Bagaimana menurutmu jika aku melepaskan mereka?"

Asa gusar, ia berjalan mundur ketika alpha di hadapannya mulai menunjukkan dominasi. Dan seakan tak puas menakuti Asa dengan sisi dominasinya, si penjaga mulai mengeluarkan feromon alpha miliknya yang membuat Asa melemah.

Sesuatu dalam dirinya melenguh pelan. Gairah datang tanpa bisa ditahan. Tubuhnya meremang kala si alpha bergerak mendekat, menyelimuti sosoknya dalam balutan kekuasaan.

Air mata mulai menitik ketika sang omega tak dapat mengendalikan tubuhnya. Raganya disentuh dengan kuat, tangannya dicengkram dan lehernya menjadi tujuan utama dari niat hina sang alpha jahat.

Tidak bisa, Asa tidak bisa menolak. Heat sialan membuatnya lemah dan bergairah. Aroma alpha asing mulai memenuhi seluruh isi otaknya. Baunya semerbak memenuhi ruangan. Tak ada yang bisa Asa cium selain aroma gairah yang membuat omeganya melenguh suka.

"Ahh hentikan.." Asa memohon di sisa kewarasan, di saat jiwa dan raga miliknya telah berhasil dikendalikan.

Kain satin putih yang menutupi bahunya ditarik turun. Mata alpha yang berkabut penuh nafsu semakin membuta ketika mendapati simbol bintang yang terlukis cantik di bahu sang omega.

"Cantik sekali, kau omega yang sangat cantik sayang."

Linangan air mata kembali meluruh dalam kerjab. Asa menangis meratapi hidupnya bak dalam sebuah mimpi buruk tiada akhir. Apa yang ia perbuat pada sang Dewa hingga takdirnya dibuat menderita seperti ini?

Apakah tidak cukup baginya terlahir menjadi seorang omega male yang dipandang sebelah mata? Tidak cukup ia akan menjadi budak sang raja? Mengapa ia harus disentuh oleh tangan kotor alpha yang tidak ia suka?

"Tidak uhh.. aku mohon jangan lakukan ini.."

Tuli bagi si alpha. Lolongan penuh derita tak dihiraukan.

Rasa hangat justru mulai menjalar di sepanjang leher hingga bahunya. Asa kembali menangis ketika ia tak dapat lagi menahan aksi alpha di depannya yang jelas sekali ingin melakukan mating dengannya.

Memberontak pun percuma. Tangannya digenggam dengan begitu kuatnya. Tubuhnya didorong hingga menempel pada dinding yang terasa dingin pada punggungnya. Tak ada jalan keluar untuknya, bahkan jika itu adalah kematian.

Mating bersama dengan alpha yang tidak ia kehendaki adalah hal terakhir yang ia pinta. Asa tak lagi bisa membayangkan bagaimana omega dalam dirinya akan merasakan derita di sisa hidupnya jika ia berhasil melakukan mating bersama pria itu.

Little Lily (Heejay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang