16. Kata yang Tak Terucap

630 53 13
                                    

Ethan terbangun ketika fajar belum menyingsing barang sedikit dari arah timur. Kicauan burung gereja pun belum terdengar. Hawa dingin dari sisa semalam pun begitu terasa di kamar yang menjadi saksi bisu pergumulan panas antara sepasang insan yang kini masih berada di atas ranjang.

Ethan duduk untuk mendapati kondisi ranjang yang berantakan, juga pakaian yang berceceran di sekitarnya.

Matanya melirik pada sosok omega yang masih terlelap di sampingnya. Ingatan sisa semalam masih melekat jelas pada otaknya, hingga tanpa sadar Ethan tersenyum walau tipis.

Manik karamelnya memindai sang rupawan yang terlelap. Setiap sisi yang terlihat tak luput darinya. Dari mata kecilnya yang seperti kelopak bunga lily yang terkena embun di pagi hari. Bibir kecilnya yang seperti buah beri merah yang baru dipetik. Surai hitamnya yang begitu kelam, kontras dengan kulitnya yang langsat. Dan keseluruhan wajahnya yang manis terbingkai apik dan mungil.

Ethan menghabiskan beberapa menit dalam keheningan untuk melihat baik-baik bagaimana sang omega tertidur dalam damainya.

Hingga ia tersadar ketika rintik hujan tiba-tiba jatuh dan menghantam jendela, menimbulkan suara bising di luar sana.

Asa mengerut dalam tidurnya dan Ethan sadar akan itu. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain mulai bergelung seperti janin yang mencari kehangatan.

Ethan menarik selimut yang hampir jatuh di sisi ranjang, kemudian memakaikan itu untuk sang omega. Tak sengaja tangannya bersinggungan dengan bahu Asa. Dan Ethan tak membiarkan kesempatan untuk jarinya menyentuh simbol bintang yang terukir indah di bahu sang omega.

Indah, mungkin paling indah. Lebih indah dari simbol yang dimiliki oleh Katherina.

Ethan menarik tangannya sendiri kala tanpa sengaja ia mengingat akan sosok Katherina.

Istrinya, ratunya.

Ethan bangkit dari ranjang dan mulai mengenakan semua pakaian yang semalam ia kenakan dengan cepat.

"Siapa yang ada di luar?" Ethan sedikit berteriak untuk memanggil seorang pelayan atau penjaga di depan pintu selagi tangannya sibuk mengancingkan kemejanya.

Tak lama kemudian pintu terbuka, dan seorang penjaga masuk hingga ambang pintu.

Ethan reflek menutupi pandangan penjaga itu dari Asa yang masih tidur di atas ranjang.

"Apa kau yang berjaga sejak semalam?"

"Benar, Yang Mulia."

Ethan mengangguk. "Tutup jendelanya, suhu begitu dingin di sini. Jangan lupa nyalakan perapiannya."

Perintah sang raja pun langsung dilakukan oleh si penjaga. Jendela yang semula terbuka untuk membawa hawa dingin pun tertutup hingga suara bising air hujan yang mengenai atap sudah tidak terdengar dalam kamar.

Perapian di sudut kamar mulai dinyalakan dengan api sedang. Suhu di ruangan pun perlahan naik menjadi lebih hangat dari sebelumnya.

"Keluarlah," perintahnya ketika penjaga itu telah menyelesaikan tugasnya.

Sepeninggal si penjaga dengan pintu tertutup, Ethan membereskan pakaian-pakaian milik Asa yang masih berserakan dan meletakkannya pada keranjang yang terletak di samping lemari coklat tua.

Setelah memastikan semua nampak rapi, Ethan segera berjalan menuju pintu untuk keluar. Sejenak langkahnya terhenti untuk melihat sekali lagi pada Asa yang nampak tak terganggu sedikit pun.

Dan setelahnya, Ethan benar-benar pergi meninggalkan Asa sendirian di dalam kamarnya.

...

Little Lily (Heejay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang