23. Suara Pilu

496 55 4
                                    

Ethan tau hanya ada satu orang yang paling tepat untuk memberinya sebuah pendapat yang netral, tanpa memandang jabatan atau segalanya. Seorang teman lama, yang kelak ia berencana untuk mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi.

Ethan memasuki satu-satunya tempat di mana ia tau betul di mana Alejandro Gordon berada. Pria yang maniak dengan ilmu dan buku. Lensa tebalnya pun dapat menjelaskan tanpa kata tentang seberapa banyak ilmu yang telah diserap oleh kepala berambut karamel itu.

"Your Grace," Alejandro keluar dari podium tempat di mana banyak buku terbuka untuk dibaca. Pemuda itu membungkuk hormat, namun Ethan menolaknya, menahan bahunya dan menyambar tangan Alejandro untuk berjabat tangan seolah mereka adalah teman lama, meskipun memang begitu adanya.

Ethan tau jika dibandingkan dengan Alejandro, ilmunya bukanlah seberapa. Pria itu bahkan seperti menggenggam dunia dalam kepalan tangan.

"Apa yang membawa anda kemari?" Tanya Alejandro.

Ethan tersenyum tipis, mendudukkan dirinya pada sebuah kursi kayu yang di depannya terdapat meja dengan lilin aroma terapi yang padam.

"Aku hanya ingin bertanya padamu beberapa hal," jawab Ethan.

Alejandro turut duduk di kursi yang berada di hadapan sang raja, lantas mengerutkan keningnya bingung.

"Mengapa tidak engkau tanyakan pada ayahku alih-alih anda datang kemari? Aku mungkin tak memiliki cukup ilmu untuk memenuhi keingintahuan anda, Yang Mulia."

Benar kan, Alejandro adalah definisi tepat dari tumbuhan padi. Semakin banyak yang ia tau, semakin rendah pula hatinya.

Ethan pun mengakui, mungkin di antara yang lain, Alejandro adalah satu-satunya yang dapat dipercaya. Hanya kepada Alejandro, Ethan dapat mencurahkan segala hal yang ada dalam hatinya.

"Aku tidak mempercayai ayahmu."

Alejandro tidak tersinggung sama sekali, karena ia pun tau betul betapa licik ayahnya. Pantas lah untuk seorang raja menaruh curiga, bahkan pada orang yang terdekat sekali pun.

"Apakah itu?"

Ethan terdiam begitu lama, membiarkan keheningan mengisi ruang perpustakaan yang penuh akan buku. Alejandro pun sabar menunggu.

Dari wajah pun terlihat, bahwa rajanya tengah merasa gusar. Sesuatu mengganggunya begitu dalam. Mungkin sesuatu yang amat pribadi.

"Apakah benar tidak ada raja yang boleh bersama dengan seorang omega male?"

Oh, tentang omega male itu. Lelaki manis yang dulu pernah dikenalkannya padanya.

"Anda pun tau jawabannya, Yang Mulia," ujar Alejandro dengan tenang.

"Maksudku-" Ethan tercekat, suaranya tertahan, bingung harus berkata seperti apa agar Alejandro mengerti maksudnya. "Benarkah tidak bisa sama sekali?"

"Benar," jawab Alejandro. "Mereka tidak menghendaki seorang raja dengan seorang omega male. Bukankah anda yang seharusnya paling tau? Leluhur anda lah yang mengatakannya."

"Namun bukankah aku adalah raja? Aku dapat melakukan apapun yang kumau? Sekali pun itu tidak disenangi oleh masyarakat, iya kan?" Ethan masih bersikukuh atas pemikirannya yang di luar nalar.

Siapa pun tidak akan mengerti seberapa kacau pikirannya kini. Segala hal tentang Asa dan jabatan tinggi yang ia duduki, semuanya bertentangan dan membuatnya pening.

"Termasuk menjadikan omega male itu sebagai mate?" tebak Alejandro. Ethan tak mengelak, karena memang begitu adanya.

"Yang Mulia, anda memang seorang raja. Namun bukan berarti anda dapat melakukan semuanya semaunya. Anda dipilih sebagai raja, sebagai perwakilan dari rakyat kita. Mereka mempercayai anda untuk memimpin, bukankah egois jika anda hanya mengedepankan kepentingan pribadi?"

Little Lily (Heejay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang