09. Terikatnya Benang Merah

542 54 2
                                    

Satu hari telah dilewati tanpa ada arti bagi Asa. Ia menghabiskan waktu ketika matahari masih bersinar terang hingga turun di langit barat dengan duduk termangu menatap jendela.

Meski kini ia telah mendapat sebuah kamar di salah satu sudut istana, namun Asa masih merasa terbelenggu karena pengawal yang tiap saat berjaga di depan kamarnya.

Mereka silih berganti membuka pintu hanya untuk melihatnya. Sesekali seorang pelayan datang dengan nampan di tangan, namun Asa tak menyentuh satu pun yang dibawa oleh mereka.

Apa yang membuatnya nafsu makan ketika hal pertama yang selalu ia ingat adalah bagaimana dirinya dilecehkan oleh rajanya sendiri.

Wajahnya pucat pasi. Matanya sayu tanpa arti. Melamun siang hingga malam tanpa henti.

Hingga malam ini, ketika Zach kembali datang, membawa ramuan entah apa untuk ia tenggak. Wajah pria itu nampak pasrah ketika lagi-lagi mendapati hidangan tak tersentuh di atas meja.

"Bisakah kau memakannya walau sedikit?"

Asa tak bergeming. Bahkan untuk menoleh menatap Zach di belakangnya pun tidak. Ia hanya termangu menatap hutan di belakang istana yang diterangi cahaya rembulan.

"Tuan Asa, saya mohon. Kami tidak bisa terus membiarkanmu tanpa menelan apapun. Raja telah bertanya sepanjang hari tentang perkembanganmu, beliau akan sangat marah jika tau kau tidak memakan apapun."

"Kalau begitu biarkan saja dia marah," Asa akhirnya angkat suara setelah sekian lama terdiam, membiarkan tenggorokannya kering dari siang tanpa merasa haus dan meminum air yang telah mereka berikan padanya. "Biar aku yang tanggung amarahnya, aku menunggunya murka padaku."

Helaan nafas terdengar begitu jelas dari Zach. Pria itu tak sanggup lagi untuk merawat Asa. Cepat atau lambat raja pun akan tau apa yang diperbuat sang omega.

Baginya, Asa adalah yang pertama di sepanjang hidupnya, yang dengan suka rela menentang kehendak raja tanpa takut nyawanya akan terenggut begitu ia membuka mata esok hari.

Tapi bagaimana pun Zach mengerti. Siapa yang tak hancur bila hidup seperti Asa? Menjadi omega male sudah terlalu buruk, dan kini ia harus dipaksa mengandung anak raja. Tidak ada yang tau nasibnya nanti, Zach mungkin akan meminta maaf pada Asa di sisa waktu hidupnya jika sesuatu yang buruk terjadi pada anak itu.

"Saya akan meninggalkan ramuan juga roti gandum untukmu. Makanlah walau hanya satu gigitan."

Asa mendengar langkah kaki yang menjauh darinya, diikuti dengan suara pintu berderit, juga dentuman pelan yang menandakan bahwa ia kembali sendiri di kamar ini.

Asa berdiri, merasakan tubuhnya yang kaku bukan main dan melewati meja dengan hidangan di atasnya. Ia tak akan sudi memakan makanan itu. Biar saja raja murka padanya esok hari. Jika perlu, Asa berharap raja membunuhnya karena kepalang murka.

Ia pun sudah lelah. Tanpa menarik selimut untuk menghalangi dinginnya malam, Asa terlelap dengan perutnya yang meronta lapar.

...

Suara lantai kayu yang bergemuruh lantang di depan kamar tak sempat membuat Asa bersiap untuk menyambut kedatangan seseorang.

Pintu didobrak dengan kencang hingga membuatnya terperanjat. Kedua matanya masih sayu, pun otaknya tak mampu memproses cepat ketika melihat sang raja datang dengan tergopoh ke arahnya.

"Akhh!"

Asa berteriak penuh rasa sakit ketika rambutnya ditarik kuat hingga ia terjatuh dari ranjang.

Isakannya tak dipedulikan oleh sang alpha. Tarikannya masih kuat. Asa memegangi tangan Ethan yang tak juga mau melepas tarikannya.

"Apa begitu sulit untukmu menurut padaku?!" Ethan bertanya penuh geram di depan wajah Asa yang meringis kesakitan. "Masih untung aku menyuruh mereka memberimu makan dan pakaian hangat. Jangan pernah menguji kesabaranku jika kau tak ingin aku melemparmu ke dalam penjara bawah tanah."

Little Lily (Heejay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang