22. Kebenaran Tentang Solomon

471 53 6
                                    

Dua gerbang istana dibuka lebar-lebar untuk menyambut kepulangan sang raja. Ethan yang memimpin untuk masuk lebih dulu dengan kuda yang ia kendarai, sedang yang lain mengikuti dari belakang.

Debu tanah berterbangan karena pijakan kaki kuda serta roda. Beberapa orang yang menyambut pun menyipitkan mata karenanya.

Ethan menarik tali kekang kuda miliknya ketika telah berhenti di depan Leopold yang menyambut kedatangannya dengan penuh hormat.

Ethan menghiraukannya dan berlalu menaiki tangga istana untuk cepat-cepat menuntaskan hasrat amarahnya terhadap sang sepupu yang sudah ia tahan di sepanjang lima hari perjalanan.

"Di mana si keparat itu berada?!"

"Yang Mulia, tidak baik untuk anda memulai keributan setelah baru saja datang," ujar Leopold, berniat mencegah aksi Ethan yang menurutnya sangat berlebihan.

Ini hanya karena masalah satu omega yang dapat membuat sepasang sepupu itu bermusuhan.

Ethan menoleh cepat pada Leopold dan menuding pria itu dengan telunjuknya, "Sebaiknya kau diam karena aku sedang sangat kesal sekarang, Gordon! Cepat katakan di mana keparat itu berada agar aku bisa menghabisinya dengan kedua tanganku."

Leopold tidak gentar sedikit pun, melainkan membawa raja muda itu untuk melipir ke tempat yang lebih sepi agar ia bisa menasehatinya.

Ethan pun menepis kasar tangan Leopold dan mendengus kesal hingga wajahnya memerah.

"Yang Mulia, ada banyak pasang mata di sini, dan banyak di antaranya berada di pihak Solomon," bisik Leopold dengan mata yang melirik para anggota parlemen yang kini tengah berkumpul di aula besar usai menyambut kedatangan sang raja. "Jika salah satu dari mereka mendengar sedikit saja pertikaian, apalagi ini dikarenakan oleh seorang omega male, bagaimana menurut Yang Mulia tentang itu?"

Ethan masih diliputi amarah meski tidak setebal di awal. Perkataan Leopold ada benarnya.

"Jangan sampai Yang Mulia mengulangi kejadian masa lampau hanya karena seorang omega male. Bagaimana pun, Solomon masih dibutuhkan di istana dan pendukungnya jauh lebih banyak ketimbang dahulu. Jangan bersikap gegabah seperti yang ayahmu lakukan terhadap ayah Solomon."

Ethan mendorong jauh pria paruh baya itu, merasa kesal lantaran semua ucapannya adalah benar dan itu berarti ia tidak bisa benar-benar menghabisi Solomon detik ini juga.

"Aku tidak akan menghabisinya," Ethan berbisik meski sedikit terdengar geraman di sana. Lelaki itu berusaha menekan amarahnya sedalam mungkin. "Aku hanya ingin memperingatkan dirinya agar jauh-jauh dari Asa."

Raut keruh begitu terlihat di wajah Leopold yang mulai menua. Pria itu jelas tidak senang dengan fakta bahwa raja muda itu terlihat mulai bergantung pada Asa. Seorang raja tidak seharusnya bergantung apa-apa, terlebih menaruh perasaan berlebih pada omega male. Itu hanya akan membawa celaka dan hinaan.

"Anda seharusnya tidak boleh terlalu menaruh perhatian pada omega itu," ucap Leopold.

"Aku tidak menaruh perhatian padanya," sergah Ethan. "Aku hanya tidak suka milikku disentuh oleh si keparat Solomon."

Ethan melirik pria itu tajam untuk melarangnya mengikuti langkahnya mencari Solomon. Karena biarpun ia tak boleh menghabisi lelaki itu, Ethan hanya ingin menekankan pada Solomon bahwa ia tak senang miliknya kembali diambil oleh lelaki itu.

Ethan selalu kalah dengan Solomon di sepanjang hidupnya. Dan kali ini, ia tak ingin membuat Solomon merasa menang lagi karena dapat mengambil perhatian Asa darinya.

...

Suara gebrakan pintu membuat Solomon yang tengah membaca buku di ruang perpustakaan kecilnya terkejut. Namun raut keterkejutan di wajah tampan lelaki itu berganti menjadi seringaian usai menyadari siapa yang datang mengunjunginya di siang bolong begini.

Little Lily (Heejay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang