17. Arumi

220 15 6
                                    

baca nya pelan-pelan aja! 😠
hepii ridinggggg~

•••

Arumi menghela nafas. Pikirannya kini berkecamuk riuh. Pengungkapan Farel pagi tadi membuatnya terus berpikir keras.

Mengapa lelaki itu bisa sampai menaruh perasaan lebih pada dirinya yang hanya menganggap lelaki itu sebatas seorang teman.

Ayolah. Melibatkan sebuah perasaan hanya akan membuat sebuah pertemanan hancur.

Apalagi sebuah fakta, tentang Lydia (sahabatnya) yang sudah lama menyimpan rasa pada lelaki yang menyukai dirinya itu.

Yap. Benar, Lydia menyukai Farel. Dibalik sifat ketus seorang Lydia, ternyata terdapat rasa suka yang tak bisa ditampilkan secara langsung.

Itulah yang Arumi takuti sekarang. Takut hal ini membuat persahabatannya dengan Lydia hancur. Arumi tak sanggup membayangkan jika hal itu terjadi.

" Woi ! Bengong mulu gue liat-liat." cibir Lydia menepuk bahu Arumi.

" Kamu tuh, suka banget ngagetin aku, Ly. "  kata Arumi mengelus dadanya yang berdetak kencang.

" Yeuuu, sorry. Lo lagian ngapain bengong, tong. "

" Gapapa, kamu tadi habis dari mana? " alih Arumi.

" Noh, dari sana ngambil undangan. Si Naura ngadain pesta buat ulang tahunnya. Nih satu buat lo,  " Lydia menyodorkan satu undangan pada Arumi.

" Kapan? "

" Malam ini, Ar. Lo ikut 'kan? "

" Gatau, Ly. "

" Ayolah temenin gue, pleaseee~"

Arumi mengangguk. " Nanti aku coba izin sama Alaska dulu."

" Sipp. " kata Lydia mengacungkan kedua jempolnya.

•••

" Mas.. aku izin pergi ke acara ulang tahun teman. " ucap Arumi meminta izin.

"Terserah." jawab Alaska tanpa mengalihkan pandangannya pada televisi.

Arumi menghela napas berat, ia tahu Alaska tidak akan peduli.

"Aku pulang jam sembilan.." ujar Arumi memberi tahu. Acara ulang tahun temannya dimulai dari jam delapan hingga jam dua belas malam. Awalnya ia juga tak ingin pergi, namun, Lydia terus memaksa dirinya untuk ikut pergi menemani.

"Saya tidak peduli. Tidak ada hak saya melarang kamu. " sahut Alaska dingin. Lalu pria itu beranjak pergi dari ruang tamu. Mood-nya seketika hancur, dan Arumi lah penyebabnya.

" T-tapi...."

Ayolah, Alaska tentu berhak. Berhak untuk melarangnya. Karena Alaska masih suaminya.

Arumi memejamkan matanya, dengan sabar ia menyusul Alaska ke dalam kamar.

"Mas," panggil Arumi sambil membawa segelas air hangat.

Ia mendekati Alaska yang sedang sibuk mengutak-atik laptop. Lalu, menaruh segelas air hangat itu di nakas sebelah kasur.

ARUMI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang