04. Arumi

492 185 16
                                    

•••

Flashback di malam terjadinya keributan besar di kediaman Alvarez.

Alaska memasuki perkarangan mansion besar kediaman Alvarez. Ia menghela nafas berat sebelum benar-benar memasuki kediaman nya itu.

Berjalan mengitari setiap sudut mansion. Mencari keberadaan sang bunda. Karena biasanya ia akan disambut hangat oleh bundanya itu. Namun, sekarang dimanakah keberadaannya?

Tak banyak ambil pusing. Ia melanjutkan langkahnya. Tiba-tiba salah seorang pelayan datang menghampiri dan menjawab pertanyaan yang tadi ada dalam benaknya.

"Nyonya sedang pergi arisan, sedangkan tuan Abyan berada di ruangannya. Beliau juga sudah menunggu kedatangan anda— " beri tahu pelayan itu.

" Ya, "

" Kalau begitu saya pamit kebelakang dulu, tuan. " ucapnya sopan sebelum benar-benar menjauh dari hadapan tuannya itu.

Saat berada tepat di depan ruangan yang dimaksud, Alaska terdiam sejenak untuk berpikir.

Tok.. tok.. tok..

Alaska mengetuk pintu terlebih dahulu.

" Masuk. " sahut seseorang dari dalam.

Abyan sepertinya sudah mengetahui kedatangannya. Tanpa berniat untuk duduk terlebih dulu, ia bertatapan dengan kedua bola mata ayahnya yang menatap tajam.

" Kenapa ayah nyari, Al? " tanya Alaska tak ingin basa-basi.

Langsung keinti pembicaraan saja.

" Bagaimana keadaan kamu? "

Alaska menertawakan akting ayahnya. Sangat profesional. Sejak kapan Abyan peduli soal keadaannya?

" Peduli? "

Abyan memandang putra sulungnya dingin.

" Ayah ingin memastikan bahwa kamu memperlakukan istri mu dengan baik. "

Alaska mengumpat dalam hati. Abyan menyuruh dirinya jauh-jauh kesini hanya untuk menanyakan Arumi? Sungguh, ini benar-benar memuakkan. Pertanyaan yang sama sekali tidak bermutu baginya.

Abyan membuat Alaska semakin membenci Arumi.

" Aku memperlakukan dia dengan sangat baik. Jadi apa yang akan aku dapatkan?" tanya Alaska terkekeh miris.

Baik apanya? Alaska berbohong.

Abyan menghela nafas lelah.

" Ayah ingin kamu segera memutuskan hubungan dengan kekasih mu itu. " tutur Abyan santai yang membuat emosi Alaska naik drastis.

" Kenapa ayah harus selalu ngatur kehidupan Alaska?! Bukannya Alaska udah nurutin semuanya keinginan ayah? Tanpa terkecuali. Alaska mohon, yah.. Biarin Alaska milih kebahagiaan Alaska sendiri!  "  nadanya naik beberapa oktaf.

Alaska sedang menahan emosi agar tidak meledak di depan ayahnya ini. Ia berharap ayahnya segera mengerti.

" Kamu tahu? Ayah ngelakuin semua ini bukan tanpa alasan. Ini untuk kebaikan kamu. Wanita itu tidak baik, Alaska! "

ARUMI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang