Episode 02 𐙚 ˚.

17.2K 1.2K 1.3K
                                    

Malam itu secara tiba-tiba Shea mendapatkan pesan dari Jevgar. Laki-laki itu mengatakan bahwa ia menaruh makanan tepat di depan pintu apartment milik Shea, tentu saja mendapati pesan itu Shea langsung mengabaikannya.

Gadis itu benar-benar membenci Jevgar hingga rasanya ia tidak mau lagi bertemu Jevgar dikehidupan manapun.

Memberikan seluruh hatinya pada Jevgar rasanya seperti ia tengah menikam jantungnya sendiri. Shea menyesal, ia sungguh menyesal memberikan seluruh perasaannya pada Jevgar kala itu.

Ting! Jevgar mengiriminya pesan ancaman, ia berkata jika dalam lima menit Shea masih mengbaikannya ia bersumpah akan mendobrak paksa pintu apartment milik gadis itu.

"Gue tau lo cuma mau nakutin gue doang," ucap Shea meremehkan. "Lagian orang gila mana yang sanggup dobrak pintu apartment?"

Di tempat lain— Seorang laki-laki tengah duduk santai diatas sofa tepat didepan ruang televisi, ia adalah Jevgar si pemaksa yang selalu bersikap kasar pada siapapun termasuk pada mantan pacarnya— Sheana.

Jevgar mengambil bungkus rokok Marlboro yang terletak diatas meja tepat dihadapannya, ia memasukan satu batang rokok itu ke dalam mulutnya lalu membakar ujung rokok dengan menggunakan korek api kesayangannya.

Laki-laki itu tampak serius menatap layar ponsel, sepertinya Shea benar-benar menantang dirinya untuk melakukan hal-hal gila di gedung apartment ini.

Lihat saja! Bahkan, sekalipun Jevgar sudah mengancam gadis itu sama sekali tidak peduli? Seolah apa yang diucapkan Jevgar adalah kebohongan.

Jevgar bangkit dari sofa yang didudukinya. Malam itu Jevgar mengenakan kaos oblong berwarna hitam— sengaja ia mengenakan kaos oblong agar otot lengannya tampak jelas, tak lupa ia juga mengenakan celana pendek selutut agar bulu kakinya terlihat— tujuannya agar dirinya tampak lebih jantan dibandingkan laki-laki lain.

Dengan gontai Jevgar melangkah keluar dari apartmentnya, raut wajahnya tampak dingin seperti biasanya ditambah kepalanya yang selalu ditegakkan membuat kesan laki-laki itu seperti songong dan sok jagoan— walaupun nyatanya memang benar.

Lima menit berlalu begitu cepat hingga tiba-tiba suara kencang terdengar ditelinga Shea. BRAKK!!

Terdengar suara pintu yang didobrak paksa oleh seseorang dari luar, detik itu juga Shea langsung loncat dari sofa dan berjalan cepat ke arah sumber suara.

"Kak Jevgar nggak bisa ya sehari aja jadi manusia berakal!" gerutu Shea dengan emosi.

Benar saja saat Shea datang pintu apartmentnya sudah terbuka lebar dan Jevgar sudah berdiri di depan pintu sambil menenteng paperbag berwarna coklat yang sudah pasti makanan yang dimaksudnya tadi.

Tanpa rasa bersalah laki-laki itu bahkan langsung menyelonong masuk ke dalam apartment dan menghampiri Shea yang saat itu masih melongo dibuatnya.

"Makan," ucap Jevgar merangkul pundak Shea guna menuntunnya berjalan ke ruang makan.

Malam ini laki-laki itu memakai pakaian hitam senada seperti biasanya, semakin mendekat Shea semakin sadar bahwa tubuh Jevgar lebih besar dan lebih tinggi dibanding satu tahun lalu.

Shea yang sadar pundaknya dirangkul oleh Jevgar seketika langsung menghempaskan tangan laki-laki itu dari pundaknya.

"Bisa nggak lo jangan muncul didepan muka gue lagi?" Shea menatap tajam ke arah Jevgar. "Gue muak liat muka lo, tingkah lo dan semua hal yang berkaitan sama lo."

"Lo bisa hapus perasaan gue ke lo detik ini juga?" tanya Jevgar sambil menatap lekat ke arah Shea.

Jevgar menghentikan langkahnya. "Ngejar cewek kaya lo bukan kemauan gue— salahin aja perasaan gue yang susah diatur."

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang