Matahari bersinar terang di atas lapangan fakultas Teknik, beberapa mahasiswa/i nampak duduk santai dibawah pohon rindang di pinggir lapangan. Udara segar berhembus lembut, membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran di sekitar kampus.
Di pinggir lapangan, beberapa dari mereka terlihat tengah membaca buku sambil menikmati hangatnya sinar matahari, ada pula yang bermain gitar sambil bernyanyi dan beberapa lainnya ada yang terlihat asyik mengobrol, tertawa lepas, dan berbagi cerita tentang kehidupan kampus hingga suara tawa mereka memenuhi udara, menciptakan suasana yang ceria dan menyenangkan.
Lapangan kampus pada siang hari itu tampak sangat ramai dibanding hari biasanya, dan di tengah keramaian itu seorang laki-laki dengan raut wajah dinginnya tengah berdiri tepat di pinggir lapangan.
Laki-laki itu adalah Jevgar. Sepertinya, ia sedang memberanikan dirinya untuk mengungkapkan perasaannya pada Shea pada siang hari ini.
Benar saja, tidak lama setelahnya terlihat dari kejauhan tampak Sadewa yang berjalan ke arah Jevgar sambil merangkul pundak Shea. Sementara itu, dari balik pohon rindang Armos sudah mengisyaratkan untuk para mahasiswa/i yang berjumlah sekitar tiga ratus orang mengerumuni lapangan dan membentuk pola lingkaran.
Shea diam terpaku saat mendapati Jevgar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, sejenak gadis itu melirik ke arah sekelilingnya yang sudah dipenuhi oleh para mahasiswa/i.
Tentu saja detik itu juga Shea menatap ke arah Jevgar dengan tatapan bertanya-tanya, ditambah tanpa sadar Sadewa sudah tidak lagi ada di sampingnya.
"Sheana, ayo balikan! Gue gak bisa hidup tanpa lo," ucap Jevgar dengan suara lantang.
Seketika, suasana menjadi hening. Semua mata kini tertuju pada Jevgar dan Shea yang berdiri berhadap-hadapan dengan jarak sepuluh kali langkah kaki. Namun, itu hanya berlangsung selama beberapa detik karena setelahnya suara riuh langsung terdengar dari mulut para mahasiswa/i.
'TERIMA!!!'
'TERIMA...TERIMA...!!!'
'TERIMA. TERIMA. TERIMA!!!'
Dilain sisi, senyum mengembang dari raut wajah Shea, seiring dengan perasaan bahagia yang meledak-ledak, detik itu juga rasanya dunia tampak begitu indah dan setiap warna tampak begitu cerah, di dalam lubuk hatinya terasa seperti dihinggapi berbagai kupu-kupu yang terbang bebas, mengepakkan sayap kegembiraan.
Shea menatap ke arah langit selama beberapa detik, matahari terlihat bersinar terang, seolah ikut merayakan kegembiraan hatinya. Seketika sebuah tawa lepas terpecah dari bibir mungil gadis itu, membuncah keluar bersamaan dengan perasaan senang yang tak terbendung.
"Y-Yaudah," ucap Shea dengan nada sedikit gugup, namun senyumannya tetap menghiasi raut wajah cantik gadis itu.
Jevgar berjalan mendekat ke arah Shea. "Yaudah apa?"
"B-Balikan," ucap Shea yang kini tengah tersipu malu.
Tepuk tangan dan sorakan bahagia dari teman-teman mereka menggema di seluruh lapangan fakultas. Jevgar langsung memeluk erat tubuh mungil milik gadisnya, tubuh itu terasa sangat kecil tapi anehnya Jevgar tetap merasa nyaman.
Saat itu, Shea merasakan bagaimana kuatnya lengan Jevgar memeluk dirinya, seolah ingin melindungi Shea dari hal apapun. Ditambah postur tubuh Jevgar yang lebih tinggi darinya membuat wajah Shea terbenam di bahunya, sehingga dapat membuat Shea menghirup aroma tubuh Jevgar yang menenangkan.
Detak jantung Shea berdebar kencang, beriringan dengan detak jantung milik Jevgar. Dalam keheningan itu, seolah waktu berhenti sejenak, hanya ada rasa nyaman dan bahagia yang memenuhi hati mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevgar III : Rainbow After The Storm
Roman d'amourSetelah hubungan keduanya berakhir mereka benar-benar memutus komunikasi selama satu tahun penuh, hingga akhirnya keduanya di pertemukan lagi didalam satu kampus yang sama. Jevgar yang merasa menyesal telah memutuskan Sheana akhirnya mencoba berbag...