episode 10 𐙚 ˚.

17.5K 1.2K 1K
                                    

Pagi ini Shea bangun pukul sembilan pagi. Gadis itu berjalan keluar kamar ketika dirinya sudah rapi dengan pakaian kampusnya, pakaiannya hari ini terlihat sangat tertutup berbeda dengan beberapa hari sebelumnya. Pada hari ini Shea mengenakan celana jeans panjang berwarna biru muda dengan balutan cardigan berwarna pink untuk atasannya dan kaos putih polos sebagai bagian dalamnya.

Beres dengan masalah pakaian dan riasan diwajah Shea langsung berjalan ke arah ruang makan untuk melakukan sarapan pagi, seperti biasa meskipun Sadewa sibuk dengan dunianya laki-laki itu tetap tidak melupakan Shea sebagai adiknya.

Padahal, jabatan sebagai ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa dimana itu adalah suatu Lembaga Kemanusiaan tertinggi di Universitas sukses menyita seluruh waktu milik Sadewa, ia bahkan seperti seorang gay karena tidak pernah terlihat berdekatan dengan gadis manapun.

Senyuman Shea mengembang kala melihat diatas meja makan Sadewa telah menyiapkan Sandwich juga lengkap dengan segelas susu Vanila favoritenya. Namun, gadis itu sempat celingukan karena biasanya meskipun Sadewa pergi duluan ke kampus laki-laki itu pasti selalu meninggalkan note kecil di gelas susu. Tapi, mengapa kali ini tidak?

"Abang lupa?" gumam Shea dalam hati, ia mengerucutkan bibirnya tanda kecewa.

Tiba-tiba dari arah balkon yang berada diantara ruang televisi dan ruang makan keluarlah Sadewa yang berjalan ke arah Shea tanpa mengenakan apa-apa selain celana pendek berwarna hitam. Laki-laki itu langsung berjalan mendekat ke arah Shea dengan raut wajah datar disertai tatapan dinginnya, meskipun itu hal biasa namun tetap saja Shea merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Gue tau semua yang lo lakuin di belakang gue, sekali lagi lo ulangin bakal gue sita semua fasilitas lo termasuk mobil," ucap Sadewa dengan tatapan mautnya.

Mata Shea langsung melotot bahkan ia langsung berkata "Mati gue," dalam hatinya. Pasalnya, Sadewa tahu darimana tentang kenakalannya yang ia lakukan secara diam-diam?

"Cepet dimakan abis itu ke kampus," ucap Sadewa dengan suara lantang namun tetap dengan tatapan datar.

Shea meneguk salivanya, ia langsung duduk di kursi makan lalu memakan Sandwich buatan Sadewa dengan lahab bahkan hanya sekali kunyah lalu telan. Sementara itu, Sadewa duduk tepat di kursi yang berada di hadapan Shea.

"Abang nggak ke kampus?" tanya Shea basa-basi untuk mencairkan suasana.

"Ke kampus," ucap Sadewa singkat.

"Tumben ke kampus siang?" tanya Shea sekali lagi walaupun nadanya masih terdengar gugup.

Sadewa menghela napas lelah. "Iya, gara-gara mantan lo."

"Kak Jevgar?" tanya Shea sambil menunjuk ke arah samping tepat dimana apartemen Jevgar berada.

Sadewa mengubah raut wajah datarnya menjadi tatapan kesal.

"Lo juga ngapain sih nyuruh Jevgar cuciin boneka lo?" tanya Sadewa emosi.

Shea diam sejenak, ia memikirkan perkataan Sadewa. Gadis itu baru ingat bahwa kemarin ia sempat meminjam mesin cuci untuk mencuci bonekanya, namun yang terjadi justru Jevgar yang bersih keras ingin mencucikan boneka miliknya.

Alhasil, karena tidak mau ambil pusing Shea mengiyakan kemauan Jevgar. Tapi, apa yang terjadi sekarang? Bonekanya dirusak?!

"BONEKA SHEA KENAPA?!" pekik Shea reflek dengan raut wajah terkejut.

Sadewa menunjuk ke arah balkon. "Tuh, ketumpahan anggur merah."

Detik itu juga mata Shea langsung melotot bahkan gadis itu langsung berlari ke arah balkon untuk melihat apa yang terjadi dengan boneka-boneka kesayangannya. Rasanya ia ingin mencakar-cakar raut wajah Jevgar detik ini juga, dariawal juga Shea tidak pernah percaya Jevgar dapat melakukannya dengan baik.

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang