Episode 04 𐙚 ˚.

13.5K 978 1.1K
                                    

"Sheana... Sheana...," ucap Jevgar dengan suara lirih.

"Shea disini," ucap Shea sambil menggenggam erat telapak tangan kanan milik Jevgar.

"Shey..." ucap Jevgar sekali lagi masih dengan mata yang tertutup.

Mata Shea kembali memerah, ia tidak bisa melihat Jevgar lemah seperti ini. "Berhenti buat gue nangis, kak."

"Jangan buat gue khawatir," ucap Shea sambil menangis sesenggukan di samping ranjang tempat Jevgar terbaring lemah.

***

Pukul satu malam Shea baru keluar dari ruangan Jevgar lantaran ketukan pintu dari salah seorang perawat mengganggu ketenangannya. Malam itu Shea datang ke rumah sakit nekat dengan membawa mobil milik Sadewa, ia bahkan datang dengan pakaian tidurnya saja.

Saking paniknya mendengar kabar Jevgar kecelakaan mobil, Shea sampai tidak sadar bahwa ia membawa mobil Sadewa dengan kecepatan diatas rata-rata. Terlebih saat sampai di rumah sakit dan melihat pakaian Jevgar dipenuhi darah dan tubuh laki-laki itu dipasang banyak alat-alat medis pikiran Shea semakin kacau.

Untungnya, Dokter mengatakan bahwa Jevgar baik-baik saja, meskipun terlihat cukup parah tapi tubuh laki-laki itu bisa menahan semuanya.

"Mbak, ini biaya rawat inap untuk korban perempuannya ya," ucap perawat itu sambil memberikan nota pembayaran yang harus dilunasi malam itu juga.

"Perempuan?" tanya Shea kebingungan.

"Iya, perempuan yang satu mobil sama mas yang tadi," ucap perawat tersebut sambil menunjuk ke arah ruangan Jevgar.

Shea semakin bingung dengan perkataan perawat barusan, karena tidak mau ambil pusing Shea langsung berjalan menuju tempat administrasi.

***

Setelah beres melakukan pembayaran Shea langsung melangkah menuju tempat perempuan itu dirawat, ternyata kamarnya bersebelahan dengan kamar rawat inap milik Jevgar.

Shea membuka pintu ruangan seorang perempuan yang disebut-sebut menjadi korban kecelakaan satu mobil dengan Jevgar. Terlihat perempuan itu terbaring lemah diatas ranjang, namun jika dilihat dari lukanya sepertinya hanya luka ringan saja.

"Biaya pengobatan lo udah gue lunasin," ucap Shea yang sadar bahwa perempuan itu telah sadar.

"Makasih, kak," ucap perempuan itu dengan suara lembutnya.

"Lo siapanya Jevgar?" tanya Shea dengan penasaran.

Perempuan itu diam tidak menjawab, Shea melirik ke arah perempuan tersebut. "Mendadak bisu?"

Shea memutar bola matanya jengah, bisa-bisanya perempuan di hadapannya ini tidak menjawab pertanyaanya. Apa dia harus diberitahu dulu bahwa yang membayar semua biayanya adalah Shea?

"Jawab," ucap Shea menatap dingin ke arah perempuan tersebut.

"Saya perempuan yang dibayar kak Jevgar untuk tidur bareng dia malem ini, kak," ucap perempuan tersebut yang membuat Shea langsung menghela napasnya lelah.

Tidak berubah. Tidak ada yang berubah.

Jevgar tetap bisa menyakitinya bahkan disaat status hubungan mereka sudah bukan lagi pacar. Nyatanya, Jevgar adalah bentuk rasa sakit yang sesungguhnya. Laki-laki itu dasarnya memang brengsek dan bajingan.

Shea langsung keluar dari ruangan itu tanpa mengucap sepatah-kata pun, meskipun pikirannya terasa hampa tapi entah mengapa rasa sesak menyelimuti dadanya. Shea menahan air matanya, ia sadar bahwa matanya sudah berair.

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang