episode 09 𐙚 ˚.

15.4K 1.2K 1.2K
                                    

Dua minggu selang kejadian di rumah sakit Jevgar menghindari Shea, meskipun begitu tindakan dengan apa yang dirasakan hatinya saling bertolak belakang. Selama dua minggu terakhir Jevgar tinggal di rumah Armos, ia bahkan sering membolos kelas dan uring-uringan di kamar milik sahabat kecilnya itu.

Sepertinya memang sudah tidak ada lagi kesempatan untuk Jevgar kembali bersama Shea, oleh karena itu sebisa mungkin Jevgar berusaha ikhlas meskipun rasanya ia seperti hilang arah.

Pukul tujuh malam  Jevgar masih membaringkan tubuhnya di atas ranjang sementara Armos sudah rapi dengan pakaian tidurnya, laki-laki itu segera mengambil laptopnya untuk mengerjakan laporan praktikum yang belum selesai.

"Gar, mau sampe kapan lo kaya gini?" tanya Armos yang merasa jengah sendiri, padahal Armos tahu prodi Teknik Tambang juga sama sibuknya dengan Teknik Sipil.

"Sampe perasaan gue ke Shea ilang," jawab Jevgar dengan singkat.

Armos hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Jevgar selama dua minggu ini, tidak hanya Armos bahkan Erza dan Sadewa pun ikut merasa pusing melihat tingkah Jevgar.

Ting! Suara notifikasi dari ponsel milik Armos. Laki-laki itu melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas nakas dekat meja televisi di kamarnya, ia menyunggingkan senyumnya kala membaca isi pesan yang dikirimkan Shea. Akhirnya, ia mendapatkan pertolongan untuk mengusir Jevgar dari kamarnya.

"Gar, yakin mau move on?" tanya Armos dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Jevgar.

Armos menunjukan layar ponselnya. "Shea bakal hadir di party birthday Draco nanti malem jam sebelas."

"Oh, yaudah suka-suka dia," ucap Jevgar sambil memasang raut wajah datar seperti biasa.

"Di Southbank," celetuk Armos sekali lagi.

Jevgar diam sejenak, ada perasaan yang sulit diartikan. Apakah ini perasaan cemas yang bercampur emosi?

"AH ANJING!!" pekik Jevgar dengan frustasi.

Armos menyunggingkan senyumnya. "Lo mau dateng?"

"Gak," ucap Jevgar singkat. Laki-laki itu tengah berbohong. Tentu saja. Pasalnya, mana mungkin Jevgar membiarkan Shea mabuk di hadapan laki-laki selain dirinya?

Pada akhirnya keduanya seperti orang buta, Shea tidak lagi melihat Jevgar di matanya dan sebaliknya Jevgar justru tidak bisa melihat gadis selain Shea. Mungkin bait lagu yang diciptakan Bapak Sapardi memang benar. "Barangkali hidup adalah doa yang panjang."

***

— Southbank Gastrobar

Draco duduk diatas sofa tempat persinggahan khusus milik dirinya malam ini, disamping itu tangan kanannya memegang segelas wine. Laki-laki itu tengah mabuk. Di sisi lain, Shea duduk di sofa berbeda yang memang tidak jauh dari sofa milik Draco, malam itu Shea menggunakan mini dress berwarna pink  yang membuat gadis itu tampak anggun dan cantik.

 Di sisi lain, Shea duduk di sofa berbeda yang memang tidak jauh dari sofa milik Draco, malam itu Shea menggunakan mini dress berwarna pink  yang membuat gadis itu tampak anggun dan cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang