will this relationship end?

13.7K 832 292
                                    

"Kak Jevgar! Shea udah siap berangkat ke kampus bareng," ucap Shea, menerobos masuk ke apartemen Jevgar.

Kemeja hitam menempel sempurna pada tubuh atletisnya, kancing atas kemeja Jevgar sengaja ia lepas. Cahaya lampu jatuh pada rambutnya yang sedikit berantakan, matanya yang gelap berkilau, memancarkan aura dominan kuat.

"Gantengnya pacar Shea," ucap Shea sambil menangkup wajah Jevgar dengan kedua tangannya.

Shea berjinjit dengan ujung kakinya, gadis itu berusaha meraih bibir Jevgar. Jari-jarinya menyentuh wajah Jevgar, menarik sedikit wajah Jevgar agar laki-laki itu menunduk. Ia mengecup bibir Jevgar secepat kilat.

Namun, respon Jevgar pagi ini terlihat sangat cuek seolah tidak menginginkan keberadaan Shea.

"Kok Kak Jevgar diem aja sih?" tanya Shea. Kesal ciumannya tidak berbalas.

Gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Jevgar, namun dengan cepat ditepis oleh laki-laki itu. Setiap kali Shea mencoba mendekat, Jevgar selalu menciptakan jarak diantara mereka.

"Kenapa?" Jevgar menatap Shea dengan tatapan kosong, tepat menusuk hati Shea, "Ayo ke kampus."

***

Udara di dalam mobil terasa menusuk tulang, seolah membekukan setiap kata yang ingin diucapkan.  Jevgar duduk dengan tegak, tangannya menggenggam erat kemudi, matanya lurus ke depan, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Suasana dingin menyelimuti mereka, semakin lama semakin mencekam.

Ketika Shea ingin keluar dari mobil, Jevgar mengunci semua pintu mobil.

"Shey," panggil Jevgar dengan lirih.

Jantungnya berdebar kencang. Setiap kali ia ingin membuka suara, kata-katanya seolah tersangkut di tenggorokan.

"Gue rasa," Jevgar menarik napasnya dalam-dalam, "Kita harus berhenti sampai disini."

Dunia seakan runtuh seketika, jantung Shea berdenyut nyeri, seolah ada yang merobeknya.

"Gue serius— ayo akhirin semuanya," ucap Jevgar. Laki-laki itu tidak main-main, menatap lurus pada sang gadis.

Tangan Shea mengepal erat, urat-urat di tangannya pun ikut menegang. Nafasnya memburu, dadanya terasa sesak. Shea mengabaikan ucapan Jevgar, ia mencoba membuka pintu mobil. "BUKAIN PINTUNYA!"

"Shea mau turun!" ucap Shea, mendesak Jevgar.

Jevgar tetap mengabaikan permintaan Shea, sorot mata laki-laki itu memancarkan kemarahan. Marah pada keadaan yang seolah tak pernah mengizinkannya bahagia lebih lama.

Ia menatap tajam Shea, "Ayo putus!" sentak Jevgar. Laki-laki itu menaikkan nadanya. Berharap Shea paham bahwa saat ini ia bukanlah laki-laki yang baik untuknya.

Shea balas menatap Jevgar lurus, keputusannya juga kukuh. "Kita gak akan putus selama Shea nggak bilang putus."

Jevgar menghela napas panjang, matanya menatap lurus ke depan. Hatinya sakit, namun ia tahu dirinya yang salah. Dengan gerakan lambat, ia membuka kunci pintu mobil.

***

Hujan deras mengguyur bumi, membasahi tubuh Shea. Gadis itu berdiri di halte kampus yang sudah sepi. Angin dingin menerpa kulitnya, menambah rasa dingin yang menusuk ke dalam tulang. Ia memeluk tubuhnya erat-erat, mencoba menghangatkan diri. Mata Shea menerawang jauh, berharap sosok Jevgar akan segera muncul. Namun, yang ada hanyalah deru hujan yang semakin deras.

Ponselnya mati karena kehabisan daya, dan sekarang ia tidak tahu caranya untuk pulang ketika sebuah BMW Coupe berwarna hitam berhenti di depannya. Jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah Draco. Laki-laki itu tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang