episode 11 𐙚 ˚.

15.1K 1.3K 1K
                                    

Setelah mengantar Ciel pulang ke rumah, Shea langsung melajukan mobil ke arah apartemen, sepanjang perjalanan Jevgar tidak henti-hentinya menatap wajah Shea sambil senyum-senyum sendiri. Gadis itu tampak lebih cantik sekarang, rambutnya yang dulu hanya sebatas siku kini sudah panjang hingga sepinggang.

Jevgar terus memandangi Shea dengan tatapan mata sayu, seolah memandang Shea dapat membuatnya mengantuk. Cantik. Entah harus berapa kali Jevgar mengatakan itu di dalam hatinya.

Sementara itu, Shea yang merasa diperhatikan terus menerus tentu saja merasa gugup hingga salah tingkah sendiri. Sial. Mengapa dari banyaknya manusia dimuka Bumi harus Jevgar yang menjadi tempat berlabuh hatinya?

"Cantik," ucap Jevgar tanpa sadar.

Shea melirik ke arah Jevgar dengan tatapan galak, sementara Jevgar justru tersenyum tengil sambil mengedipkan sebelah mata kanannya.

"Berisik," ucap Shea dengan galak.

Gadis itu kembali fokus menatap ke arah jalanan kota. Katanya jika tidak bisa melupakan manusianya, harus tinggalin kotanya. Tapi, bagaimana jika semua tempat terasa indah kenangannya dan bagaimana jika perasaannya tidak pernah mati meski sudah berkali-kali dibunuh?

Nyatanya, membakar semua kenangan tidak cukup menjamin perasaan ini akan hilang. Shea sudah mencobanya berkali-kali dan selalu gagal, mungkin memang benar perasaannya pada Jevgar telah abadi.

"Kenapa sih liatin gue terus?" ucap Shea dengan nada kesal.

"Cantik soalnya," balas Jevgar yang masih belum memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Liat tuh matahari terbenam," ucap Shea sambil menunjuk ke arah hamparan langit yang luas berwarna jingga karena disana matahari telah tenggelam sebagian.

"Matahari kalah cantik sama lo, Shey," ucap Jevgar yang tetap tidak mau menoleh ke arah lain.

Shea menggigit bibir bawahnya, wajahnya seketika merah seperti tomat. Jevgar menahan tawanya saat melihat perubahan pada warna kulit di wajah gadis itu, setiap kali berada di moment indah seperti ini rasanya Jevgar ingin sekali dapat menghentikan waktu dan berada di moment ini selamanya.

"Jangan digigit nanti berdarah," ucap Jevgar sambil mengulurkan tangannya lalu memegang dagu Shea sementara jari telunjuknya menyentuh bagian bibir bawah gadis itu agar ia berhenti menggigit bibirnya.

Shea menepis tangan Jevgar dengan kasar. "Lo kalo nggak bisa diem gue turunin ya disini?!"

"Memang lo tega?" tanya Jevgar yang kini justru mengerucutkan bibirnya dan bertingkah layaknya anak kecil.

"Tega. Lo aja tega putusin gue," sindir Shea dengan sangat ketus.

Jevgar mendengus kesal, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Diputusin marah tapi diajak balikan nolak."

"Ya karena lo bajingan," celetuk Shea masih dengan nada sangat ketus.

Keduanya saling terdiam setelah pertikaian itu berakhir. Sesampainya di parkiran basement apartemen Shea langsung keluar dari mobil begitu saja dan meninggalkan Jevgar di belakangnya, disisi lain Jevgar yang merasa ditinggalkan langsung berlari kecil dan berjalan membuntuti Shea dari belakang.

Sebenarnya, selama ini Shea sudah sadar bahwa sampai sejauh ini Jevgar selalu ada disisinya. Tidak pernah Shea lupakan kejadian satu tahun lalu memang menyakitkan, namun dibalik itu semua Sadewa, Armos dan Erza mencoba untuk menjadi pengganti Jevgar.

Seperti halnya Sadewa yang selalu memberikan pelukan setiap hari, Armos yang mengajaknya bercanda dan Erza yang selalu membelikan barang-barang lucu atau terkadang bunga mawar yang sering diberikan Jevgar.

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang