— Apartment Cornelius
Tiga hari kemudian setelah Jevgar keluar dari rumah sakit, orang yang pertama kali ingin ditemui Jevgar adalah Shea. Laki-laki itu khawatir setengah mati saat Sadewa bilang Shea sudah tidak keluar kamar hampir tiga hari, bahkan gadis itu sampai bolos kuliah.
Hari itu Jevgar mengenakan pakaian hitam senada seperti biasanya, kaos oblong berwarna hitam yang dipadu dengan celana jeans ripped. Tidak hanya Jevgar yang datang ke unit apartemen Sadewa melainkan Armos dan Erza juga ikut datang, mereka berempat kompak membolos jam kuliah demi membujuk Shea agar keluar dari kamarnya.
Meskipun nyatanya, ketiganya hanya asyik dengan dunianya sendiri dan hanya Jevgar yang terlihat seperti pengemis di depan pintu kamar mantannya.
"Shey," panggil Jevgar dengan suara lembutnya.
"Sheana," panggil Jevgar sekali lagi.
"Gue tau lo kecewa tapi dengerin penjelasan gue dulu," ucap Jevgar dengan suara lembutnya dari depan pintu kamar Shea.
"Gak ada yang perlu dijelasin!" ucap Shea dengan cetus.
Jevgar menarik napasnya dalam-dalam. "Gue nggak bener-bener mau tidur sama cewek lain, Shey."
"Tidur bareng juga nggak masalah lagian kita udah putus," ucap Shea masih dengan nada cetus.
Jevgar mencoba untuk tetap tenang dan sabar, walaupun helaan napas sudah berkali-kali terdengar di telinga Sadewa, Armos dan Erza.
"Lo buka atau gue dobrak," ucap Jevgar geram sendiri.
"BERHENTI GANGGU GUE!" pekik Shea dengan nada tinggi.
"Oke, gue dobrak," ucap Jevgar tanpa mendengarkan ucapan Shea.
Sadewa, Armos dan Erza hanya senyum-senyum sendiri sambil menggelengkan kepala mereka layaknya orang yang tengah keheranan, bisa-bisanya cara Jevgar dan Shea bertengkar masih sama seperti dulu.
"Satu," ucap Armos.
"Dua," sambung Erza.
Sadewa menahan senyumnya. "Tiga."
Klek! Pintu kamar itu langsung terbuka dan menampilkan wajah sembab dengan mata yang masih berair.
Shea menatap lekat ke arah Jevgar— Seorang laki-laki yang identik dengan tatapan mata setajam pedang. Hubungan mereka memang sudah berakhir cukup lama, bahkan perasaan Shea sudah mati sejak satu tahun lalu.
Namun, mengapa rasanya masih sesak saat mengetahui Jevgar menyewa seorang perempuan untuk diajak tidur bersama, harusnya ia sudah tidak peduli. Bukankah dari dulu Jevgar memang sebajingan ini?
"Lo nangis?" tanya Jevgar yang langsung masuk ke dalam kamar tanpa meminta persetujuan gadis itu lebih dulu.
Pintu kamar langsung Jevgar tutup rapat dan ia kunci, pandangannya langsung
"Jangan jelasin apapun ke gue!" ucap Shea sambil menatap penuh amarah ke arah Jevgar.
"Gue benci sama lo!" ucap Shea sambil memukul dada Jevgar dengan pukulan yang cukup keras.
Gadis itu memukul Jevgar tanpa henti. Jevgar membiarkan Shea memukulnya hingga gadis itu merasa puas. Saat itu Jevgar hanya fokus menatap ke arah mata Shea yang terlihat begitu sembab seperti habis menangis, dan benar saja saat Jevgar menatapnya setetes air mata meluncur dari pelupuk mata gadis itu lalu disusul tetesan-tetesan lainnya.
Sebenarnya, saat itu Shea merasa takut, ia takut jika perasaannya abadi untuk Jevgar. Shea benci menjadi seseorang yang denial, tapi Shea juga kebingungan mengapa dari banyaknya laki-laki harus Jevgar yang ia cintai hingga sedalam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevgar III : Rainbow After The Storm
RomanceSetelah hubungan keduanya berakhir mereka benar-benar memutus komunikasi selama satu tahun penuh, hingga akhirnya keduanya di pertemukan lagi didalam satu kampus yang sama. Jevgar yang merasa menyesal telah memutuskan Sheana akhirnya mencoba berbag...