episode 12 𐙚 ˚.

14.2K 1.3K 1.1K
                                    

Selang beberapa hari setelah kejadian di malam itu, hubungan Jevgar dan Shea berjalan dengan semestinya dan baik-baik saja. Bahkan, mereka terlihat bukan seperti Tom and Jerry lagi melainkan sepasang kekasih.

Malam ini apartemen Shea sedang dihuni oleh banyak manusia, ada Armos dan Erza yang datang hanya untuk bermain playstation lima bersama Sadewa di ruang televisi. Anehnya, malam ini tidak ada Jevgar, hal tersebut tentu menjadi pertanyaan besar di benak Shea tentang kemana perginya Jevgar malam ini?

"Bang, temen lo yang satunya kemana?" tanya Shea dengan raut wajah sok tidak peduli.

Sadewa diam sejenak. "Gak tau."

"Kerja kelompok, Shey," celetuk Armos tanpa memalingkan wajahnya ke arah Shea.

Erza terkekeh pelan. "Mau jadi mahasiswa berprestasi kali dia, makanya jadi rajin."

"Jevgar nggak bolos kelas aja udah bersyukur banget kali itu dosen-dosen di kampus," ucap Sadewa yang membuat Armos dan Erza tertawa keras.

Shea yang tadinya duduk di sofa ruang televisi kini langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar. Aneh, mengapa ia merasa hampa malam ini? Apa dengan tidak bertemu Jevgar bisa membuat hidupnya sekosong ini?

Suara musik mengalun pelan di ruangan persegi empat itu, Shea duduk di sofa dekat jendela kamar yang mengarah ke tengah kota. Lagu Bernadya dengan judul untungnya, hidup harus tetap berjalan mengalun indah di ruangan itu.

Mulut gadis itu dengan perlahan mulai melantunkan bait demi bait lirik lagu favoritnya akhir-akhir ini.

Untungnya bumi masih berputar...
Untungnya ku tak pilih menyerah...
Itu memang paling mudah...
Untungnya kupilih yang lebih susah...

Ting! Satu pesan baru masuk di dalam notifikasi ponsel milik Shea. Gadis itu langsung membuka isi pesan tersebut yang ternyata dikirimkan oleh Ciel— teman baiknya. Jemarinya dengan cepat langsung membuka foto yang dikirimkan oleh Ciel, foto itu menunjukan tentang Jevgar yang tengah tertidur di kamar milik Maria.

Melihat foto itu tentu saja emosi Shea langsung meledak-ledak, gadis itu bahkan mengepalkan sepuluh jarinya karena saking kesalnya. Langsung saja tanpa pikir panjang Shea mencari nama kontak Jevgar, saat itu juga jemarinya dengan lihai mengetik panjang kali lebar alias memaki-maki laki-laki itu melalui pesan di whatsapp.

"Memang dasar cowok brengsek!" gumam Shea dengan raut wajah marah.

***

Keesokan harinya, Shea datang ke kampus pukul sembilan pagi karena kelasnya baru akan dimulai pukul sepuluh. Gadis itu datang dengan pakaian yang tidak disukai Jevgar yaitu rok pendek diatas lutut dan cardigan crop top yang pas sepinggang.

Dan, benar saja baru beberapa langkah turun dari mobil Shea sudah dapat melihat Jevgar yang berdiri tidak jauh dari hadapannya dengan tatapan datar dan dingin.

"Shey, gue bisa kasih penjelasan ke lo," ucap Jevgar yang berdiri tepat di hadapan Shea dengan raut wajah paniknya.

Jevgar menarik pergelangan tangan Shea. "Sheana dengerin dulu."

"APA LAGI SIH JEVGAR MAU LO?!" bentak Shea dengan nada tinggi hingga membuat orang-orang yang kala itu berjalan di parkiran menoleh ke arah mereka.

"Dengerin penjelasan gue dulu," ucap Jevgar dengan raut wajah frustasinya.

Shea mendecak kesal. "Minggir. Gue nggak butuh penjelasan lo."

"Dengerin dulu," ucap Jevgar dengan nada serius.

"Percuma gue kasih lo maaf. Percuma gue kasih lo kesempatan. Lo nggak pernah berubah!" ucap Shea dengan tatapan dingin.

"MAKANYA DENGERIN PENJELASAN GUE SEBENTAR!!!" bentak Jevgar yang ikut terbawa emosi.

Jevgar III : Rainbow After The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang