|8| Ponakan Tersayang

108 19 1
                                    

Keparat sialan itu yang menghamili.

Tidak tahu bagaimana kejadian malam itu secara persis tapi yang jelas teman saya itu memberitahukan bahwa pacarnya itu hamil tepat sehabis mereka di diskotik malam itu dalam keadaan mabuk keduanya.

Pria itu berusaha untuk merahasiakan nya dari ayah dan ibu, dari yang saya lihat di dalam apotek dan kebetulan juga saat itu saya hendak membeli obat pereda nyeri punggung akibat terjatuh dari trotoar. Dia bersama dengan pacarnya membeli sebuah obat penggugur kandungan.

Anak yang tidak bersalah itu harus digugurkan akibat perlakuan kedua orang tuanya. Yang bisa saya lihat dalam ekpresinya yang dimana mereka tampak nya begitu khawatir, cemas. Jelas mereka takut jika kedua orang tua mereka mengetahui perbuatan tak senonoh itu.

Saya mencoba untuk membuntuti mereka berdua dan mencaritahu, kebetulan kakak saya tinggal di sebuah Apartemen sementara karena kejadian pacarnya yang hamil karena nya.

Semenjak tidak berhubungan dengan keluarga sombong itu saya juga tidak tahu sebenarnya, apakah alasan si bajingan itu tinggal di dalam apartemen. Apa hanya karena dia menghamili pacarnya dan mencoba untuk melindungi pujaan hatinya, karena jika sampai semua orang tahu maka dia akan terkena dampaknya juga.

Anak dari Pengusaha menghamili pacarnya.

Berita memalukan yang mana membuat nama baik dari keluarga itu ikut tercoreng.

Anak yang kalian bangga banggakan itu telah melakukan hal yang begitu sangat memalukan.

Sebegitu penasaran kah saya terhadap si bejat itu. Saya hanya memikirkan bagaimana nasib bayi yang ada di dalam kandungan itu, entah ada rasa apa yang tercipta pada hati akan ketidaktegaan pada janin yang tak bersalah itu.

Tentunya saya tidak ada sangkut pautnya dengan anak itu termasuk pada kedua orang tuanya, saya hanya memikirkan diri sendiri untuk membangun masa depan dan keluarga nantinya bukan memikirkan anak dari orang lain.

Tapi tidak bisa, seolah ada ikatan dekat yaitu saya dengan anak yang ada di dalam kandungan itu. Seolah saya merupakan salah satu dari orang tuanya, perasaan orang tua dan anak.

Memang saya membenci ayah dari anak itu, ibu yang tidak saya kenali sama sekali dan tak ada sangkut pautnya dengan kebencian saya terhadap kekasihnya itu. Yang saya benci hanya ayah dari anak itu beserta keluarganya.

Tidak mau tahu menahu, yang terpenting itu adalah memikirkan diri saya sendiri.

Malam hari, disaat saya pulang kerja dan dengan santainya menonton televisi layar tancap di dalam kontrakan tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu. Ketukan pintu yang mengusik ketenangan saya itu membuat sedikit hati menjadi dongkol.

“siapa?” saya bertanya dan hendak beranjak dari ubin yang saya duduki.

Agak malas ketika menerima tamu malam-malam begini, paling hanya ibu kontrakan yang meminta volume daripada televisi dikecilkan atau kontrakan sebelah yang memberikan sesuatu entah itu kue, minuman, cemilan hangat dan mengembalikan piring yang dipinjaminya, atau semacam itu palingan.

Anak anak dari penghuni kontrakan sebelah yang berbuat usil, palingan hanya begitu.

Memangnya siapa lagi.

Memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur dan kemudian menuju pintu depan guna membuka pintu, jika anak anak nakal yang mengetuk pintu tadi maka saya tidak akan segan segan menegurnya atau bahkan sedikit memarahinya.

Tapi bukan itu. Bagaimana tidak terkejut ketika orang yang tak disangka sangka itu datang menuju ke kontrakan yang saya tinggali ini.

Bukan Ibu pemilik yang datang, bukan penghuni kontrakan sebelah yang sebiasanya memberikan sesuatu pada saya, bukan itu ternyata. Anak anak nakal dari penghuni disini juga tampaknya bukan. 

RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang