Reaksi Ibu Emmily ketika mengetahui anaknya hamil diluar nikah, anak perempuan yang selama ini ia jaga namun mendengar kabar itu langsung membuatnya hampir pingsan seketika. Saya yang selama ini dianggap sopan dan di percaya untuk melindungi Emmily mendengar penjelasan saya selama ini membuat wanita paruh baya itu tak segan segan menampar wajah saya di hadapan ibu dan ayah.
Hatinya sakit, bisa di gambarkan betapa kecewanya ia pada kami berdua. Saya memandangi Emmily dengan begitu ketakutan bahkan ia menangis ketika sang ibu membentaknya.
Emmily itu bukan orang yang terbiasa di bentak apalagi di marahi dengan alasan sepele. Harus saya akui gadis itu begitu sangat manja bahkan ketika dia di labrak oleh kakak kelas karena pakaian ketat yang digunakan nya bisa saya lihat mata daripada gadis itu telah berkaca-kaca.
Saat itu saya melindunginya dan membawa gadis itu pergi dari kumpulan kakak kelas menjeng dan hobi melabrak adik kelas. Saya bisa tahu saat itu kalau Emmily itu cengeng dan penakut. Dia takut dengan mereka.
Entahlah apa karena Emmily diancam atau tidak, memang dia seperti itu. Saya tidak mengerti.
Dia masih tidak percaya, jantungnya naik turun, dari yang awalnya ia membentak dan memarahi kami berdua habis habisan lalu kalimat akhirnya dia berkata, 'menikahlah'
Ini sudah terjadi bahkan waktu tidak bisa terulangi lagi, saya harus bisa menerima konsekuensinya atas perbuatan zina yang saya lakukan malam ini. Menikahi Emmily dan berjanji akan merawat anak yang ada di dalam kandungan itu hingga lahir. Saya bersedia tanggung jawab.
Pernikahan yang di selenggarakan di kediaman saya, pernikahan dengan dekorasi yang sederhana namun tetap nampak kesan mewahnya tersendiri. Pernikahan itu sebetulnya tertutup dan hanya mengundang dua pihak keluarga dan reekan bisnis ayah dan ibu.
Intinya tidak ada yang tahu tentang perbuatan zina kami, pernikahan yang diselenggarakan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu apalagi yang mengejutkan ketika saya menikahi seorang gadis yang tidak terlalu dikenal.
Untung ayah bisa mengatasinya, dia berkata bahwa saya ingin merahasiakan pernikahan ini karena mencegah sorotan media dan menjadi terkenal satu negri. Tapi alasan itu tidak sepenuhnya bisa di percaya oleh mereka. Dilihat raut wajah mereka yang mengernyitkan dahi dan mulai berbisik-bisik.
Saya mencoba untuk meyakinkan Emmily untuk tetap santai, kami sebagai mempelai wanita dan pria duduk diatas plaminan hampir bisa mendengarkan bisikan jahat dari mereka mengenai kami berdua.
Orang yang tidak datang di pernikahan kami adalah Haris. Haris satu satunya pihak keluarga yang tidak mau datang karena permasalahan keluarga. Saya juga tidak mengharapkan kedatangan nya saat itu terlebih saya tidak tahu dia itu dimana.
Ibu dan ayah katanya mengundang Haris tapi anak itu tidak mau datang sama sekali, ibu dan ayah berusaha untuk membujuk nya namun dengan ancaman yang di katakan Haris membuat mereka terpaksa mengalah.
Saya tahu Haris membenci saya, dia iri dengan saya karena saya yang paling sering di bangga-banggakan oleh ibu dan ayah. Anak itu sering di siksa berkali kali ketika melakukan hal yang sepele, saya juga pernah menyiksanya dan mengejeknya secara langsung. Harga diri nya terinjak-injak membuat dia dendam dan tidak sudi ketika di undang ke pesta pernikahan saya.
Namun pada saat pertemuan keluarga dia dipaksa untuk datang. Kami saling mengobrol di meja makan itu namun tidak untuk Haris, ia hanya diam dan sembari sibuk untuk mengunyahnya. Saya pikir anak itu tidak sopan bahkan ketika ditanya baik-baik oleh ayah respon nya begitu menohok.
Ia masih belum bisa memaafkan kami hingga kematian ayah dan ibu saya tidak yakin apakah anak itu memaafkan perbuatan mereka berdua di masa lalu. Namun dilihat ekpresinya yang sedih tanpa dibuat-buat mungkin ia tulus memaafkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risa
عشوائيSebuah harapan kecil yang dimiliki oleh gadis itu. Sembari menitikkan air mata, kedua netranya memandang langit mendung. Duduk di bangku taman sendirian tanpa ditemani oleh seorang teman pun, sendirian tidak ada siapa-siapa terkecuali dirinya. Terl...