Tak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, Hari Kelulusan pun tiba pada akhirnya. Semua wali murid datang ke sekolah untuk menerima surat kelulusan dan nem. Kami para murid-murid hanya menggunakan seragam sekolah biasa berkumpul dan menerima surat kelulusan dan juga nilai nem. Ada Papa di sana dan kali ini Papa mengalah untuk ke sekolah tak perlu di wakilkan oleh kak Tami.
Papa menggunakan stelan jas kantor yang mampu menarik perhatian para orang tua murid lainnya, berdiri dengan berkharisma dengan suara sepatu mahal khasnya ketika ia masuk kedalam kelas melihat adanya para orang tua yang telah berkumpul juga murid lainnya yang telah duduk.
Aku duduk bersebelahan dengan Papa dan merasa jantung ku deg-deg an ketika guru mulai menyebutkan nama satu persatu murid lain membuat keringat ku mengalir deras membasahi pelipis. Dengan sapu tangan Papa mencoba menyeka keringat yang membanjiri area wajah dan menepuk bahu ku pelan supaya aku tidak perlu takut.
Nama Helena sudah terpanggil dan terbukti sebagai murid yang mendapatkan nilai tertinggi ketiga setelah Dava dan William.
Mereka semua orang yang berkumpul di ruangan itu bertepuk tangan dengan keras ketika murid yang mendapatkan nilai tertinggi baris berjejer di depan sembari memegangi sertifikat dan nilai nem mereka. Ada Fotografer dan para orang tua murid juga yang memfoto kan mereka tapi tidak untuk Papa yang hanya memberi tepuk tangan sembari memuji.
Aku tahu, maksud pujian nya bukan untuk menyindir tapi entah kenapa kemampuan otak ku tidak bisa seperti mereka bertiga sampai mendapatkan nilai tertinggi. Padahal saya les dan berharap lebih agar bisa mendapatkan nilai tiga besar.
Tapi Papa mengelus rambut ku, dia tersenyum mencoba untuk meyakinkan,“kamu tidak perlu khawatir, Papa tahu kamu telah berusaha keras”
Aku tahu, aku memang telah berusaha keras dan hasil kerja keras ku ini semoga saja bukan hasil yang mengecewakan. Papa yakin dan aku harus tetap optimis.
Nama ku kemudian di panggil, aku berjalan meninggalkan Papa mengambil nilai nem dan surat kelulusan dalam satu tempat buku biru yang telah di desain sebagai Ijasah. Hanya ada surat lulus dan nilai nem yang baru di bagikan. Ijasah akan di berikan nanti ketika kami sudah SMP selama beberapa bulan Ijasah akan jadi dan dibagikan kepada kami diundang ke Sekolah Dasar.
Ketika nilai ku di buka dan menampilkan sebuah nilai dan surat keterangan lulus. Nilai nem ku yang lumayan katanya bahkan mungkin bisa jadi kalau aku ini rangking empat. Papa tersenyum bangga, dia meletakkan buku biru itu diatas pangkuan nya sembari melihat pembagian nilai murid murid yang lain.
Ketika semuanya sudah selesai mereka bisa di persilahkan untuk pulang menuju ke rumah masing-masing. Dengan hasil ujian selama ini, berbagai ragam ekpresi dan rasa para anak murid serta orang tua, mereka yang ada langsung pulang atau masih mengobrol dengan para wali murid lain.
Rencana nya aku juga mau pulang dan ingin menemani kak Tami untuk berbelanja ke supermarket sedangkan Papa juga akan ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang tertunda.
Tapi sebelum itu, ada hal yang harus menahan lama kami berdua di sekolah, gadis sepantaran ku menyapa sembari melambaikan tangan.
Helena bersama dengan Papa nya datang menghampiri kami berdua, dia menyapa dan melambaikan tangan.
“selamat ya Helena, kamu dapat peringkat tiga” aku mengucapkan selamat untuk nya.
Dia tersenyum sembari membungkuk kan badan,“terimakasih Risa”
“anda Papa nya Risa?” tanya seorang pria di sebelah Helena, Paman Haneishi.
Papa mengangguk dan tersenyum, “iya, saya Papa nya Risa” dia menjawab pertanyaan Paman Haneishi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risa
RandomSebuah harapan kecil yang dimiliki oleh gadis itu. Sembari menitikkan air mata, kedua netranya memandang langit mendung. Duduk di bangku taman sendirian tanpa ditemani oleh seorang teman pun, sendirian tidak ada siapa-siapa terkecuali dirinya. Terl...