|17|

106 19 1
                                    

Papa menggantikan semuanya. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, berbelanja, melipat dan menyetrika, dan lain-lain sebagainya. Tadi dia masak ayam goreng kesukaan ku, bisa kurasakan bagaimana enaknya masakan Papa itu. Aku dulu sempat membuat ayam goreng untuknya tapi dia selalu menilai kalau ayam goreng ku kurang enak, bumbu marinasi yang kurang atau tidak merata tapi beda yang ini.

“bagaimana? Enak nggak?”

“kalau enak nambah ya, masih ada ayam goreng di dapur”

“iya Papa”

Saat ini aku sedang berada di ruang televisi, aku bisa santai santai seperti ini tanpa melakukan apapun dengan menonton televisi akan saluran GTV acara Naruto Shippuden.

Kata Papa aku harus banyak istirahat apalagi untuk menghadapi tryout nanti, aku harus banyak belajar yang membuat otak ku penuh dengan materi. Jadi ku gunakan sisa waktu untuk di rumah bersantai-santai.

Untuk melepas jenuh aku ingin mencoba untuk membantu Papa, entah itu mungkin hanya sekedar membersihkan debu atau membantu mencuci piring tapi Papa mencegahnya.

Hari ini adalah Hari Minggu, Papa memiliki waktu di rumah untuk melakukan pekerjaan ke duanya. Ternyata Papa serba bisa ya, ku kira Papa akan mencari pembantu seperti dulu.

Selama di rumah Papa menyiapkan banyak makanan. Entah itu lauk untuk ku makan pakai nasi atau hanya sekedar camilan, Papa memanjakan ku dan memperlakukan bak seorang putri istana. Papa juga tidak pernah mengeluh dan dengan senang hati ia melakukan nya.

Besok aku sudah mulai bisa sekolah seperti hari biasa namun pesan Papa kalau aku tiba-tiba sakit yaitu minta izin ke dokter untuk pulang hingga Papa nanti yang akan menjemput.

Menyusun buku buku pelajaran sesuai dengan jadwal yang tertera dan kemudian memasukan buku ke dalam tas. Kadang aku mempelajarinya sebentar lalu memasukan nya kembali ke dalam tas. Memeriksa adanya PR atau tidak lalu mengerjakan nya sebentar hingga buku itu di masukan kembali ke dalam tas.

Mengingat sekolah aku jadi rindu dengan teman-teman terutama pada Alice dan Helena.

.

Aku di antarkan oleh Papa menggunakan mobil nya yang mewah, di antarkan sampai kelas ku yang mana membuat ku tersipu malu. Karena Papa takut dan lokasinya yang lumayan jauh dari gerbang sekolah jadi itu yang membuat Papa khawatir. Bisa saja tiba-tiba aku kelelahan lalu pingsan jadi mencegah itu memilih untuk Papa yang mengalah guna mengantarkan aku ke ruang kelas.

Sepasang mata mulai menatap kami berdua, mulai dari anak-anak kecil atau seumuran ku yang berlalu lalang melihat kami berjalan dan pusat perhatian nya adalah pada Papa. Pria yang mengantarku saat ini.

Mereka mulai berbisik-bisik tentang kami lalu kemudian guru yang sedang berjalan sembari membawa buku membungkuk hormat dan memberi sapa dengan sopan. Guru itu yang juga menjengguku saat di rumah sakit, dia berkata agar semoga cepat sembuh lalu masuk ke dalam kelas.

Alice dan Helena yang sedang melaksanakan piket kelas terkejut melihat kami berdua, mereka mulai menanyakan ku saking terkejutnya melihat seseorang yang ada di samping ku ini.

Mereka memberi hormat dan membungkuk lalu salah satu diantaranya yaitu Alice mulai bertanya.

“itu Papa mu Helena?” tanya Alice berbisik, wajahnya memerah menandakan dia tersipu malu, “Papa mu tampan”

Alice tersipu malu ketika melihat Papa, tapi memang Papa memanglah tampan. Helena bilang kalau Papa ku ini persis seperti Papa nya dan aku pun juga mengakuinya, sebab. Papa nya juga ku lihat sama, sama sama seperti Papa ku.

RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang