[1.] Sekolah Baru.

1K 115 2
                                    

"Dasar anak tak berguna"

"Nyusahin aja kerjaannya"

"Kamu bisanya apa sih?"

"Cowok kok cantik? Bencong itu?"

"Dih? Emang dia adek gue? Najis banget punya adek homo kayak dia"

"Engga, dia bukan kakak gue, dia anak bi Warni, pembantu gue"

"Dasar homo"

"Bikin malu keluarga aja"

"Bodoh"

Hah!

Dengan napas terengah-engah, Caine bangun dari tidurnya, melirik kearah nakas melihat kearah jam weker yang memang sengaja ditaruh di sana. Pukul 02.50.

Caine menghela nafas perlahan. Mimpi buruk. Selalu saja seperti ini.

Setelah dirasa nafasnya mulai normal kembali, Caine bangkit dari kasurnya dan berjalan kearah balkon kamarnya, membuka tirai serta membuka pintu balkon lantas terdiam di sana.

Pikirannya bercabang, rasa takut, kecewa, kesal, marah, sedih, semuanya campur aduk menjadi satu. Dada Caine terasa sesak, sesak yang naik menggondok ke kerongkongan, semakin naik ke pelupuk mata dan menjadikan rasa panas di sana, pandangannya kian mengabur lalu tanpa diperintah, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

Caine lelah, ia ingin beristirahat dari itu semua. Ia ingin melarikan diri sejenak dari dunia yang kejam ini.

Tuhan, bukankah ini tak adil?

Lirihnya berkali-kali. Bintang di malam itu menjadi saksi dari tangisan tanpa isak dan suara dari pemuda manis yang selalu mengharapkan hangatnya pelukan seorang ibu serta dukungan hebat seorang ayah.

Sesulit itukah harapan Caine, Tuhan?

•••

Pagi harinya, Caine terbangun dengan posisi ia terduduk di balkon kamarnya, ini sudah kesekian kalinya ia ketiduran di balkon kamarnya, entah bagaimana kabar kesehatan fisiknya.

Bangun dari duduknya, Caine merasa kepalanya begitu pusing, pandangannya mengabur sebentar, ia menggelengkan kepalanya perlahan.

Setelah dirasa pandangannya mulai normal, Caine pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, sekarang adalah hari pertamanya bersekolah disekolah baru.

Caine harap, ia dapat bersekolah dengan tenang tanpa ada gangguan dari kakak maupun adiknya yang memang sedari SD selalu satu sekolah.

Setelah perdebatan panjang Minggu lalu, akhirnya Caine dapat pindah sekolah dan jauh jauh dari kedua saudaranya itu.

Selesai mandi dan bersiap, Caine pun keluar dari kamarnya menuju dapur untuk sarapan sejenak, dapat dilihat di meja makan sudah ada seluruh anggota keluarganya minus kakaknya yang memang ia sedang berkuliah diluar kota.

"Bodoh! Ayo cepat kemari! Kami menunggumu hampir setengah jam, sialan!" ujar lelaki yang usianya lebih muda 2 tahun dibawah Caine, Roynald.

"Maaf..." lirih Caine, dengan cepat ia segera duduk di bangkunya, sang kepala keluarga yang melihat hal itu lantas menyuruh mereka untuk segera makan karena memang sudah agak telat karena menunggu Caine bersiap.

"Caine, hari ini adalah hari pertama kamu bersekolah disekolah baru, jangan buat papa dan mama malu karena prestasimu nanti" peringat sang kepala keluarga kepada Caine, Caine yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, lalu fokus memakan sarapannya yang padahal seleranya untuk makan sudah tidak ada sejak adiknya berbicara.

Always An Angel, Never A God. [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang