[2.] 11 IPS2.

848 115 4
                                    

Tok

Tok

Tok

"Permisi."

"Iya, sebentar." Terdengar sahutan dari dalam.

"Oh, bapak, ada apa ya, pak?" tanya guru wanita yang sedang mengajar.

"Ini, Bu. Saya ada bawa anak murid baru." jawab kepala sekolah sambil memperlihatkan Caine yang berada di belakangnya.

"Oh, oke. Kamu sini, nak. Siapa namamu?" tanya guru itu.

Caine yang merasa ditanya pun maju selangkah dan menunduk sebentar pertanda hormat pada gurunya itu. "Nama saya Caine Chana, Bu. Panggil aja Caine."

"Oke, Caine. Perkenalkan nama ibu, ibu Yulan, ibu wali kelas dikelas ini." Caine hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sungkan.

"Baiklah, kalau begitu, saya pamit, ya, Bu?" ujar kepala sekolah sambil tersenyum.

"Eh, iya pak" Kepala sekolah pun tersenyum dan membalikkan tubuhnya seraya berjalan kembali menuju ruangannya.

"Ayok, Caine. Kita masuk." Ajak Yulan kepada Caine.

Yulan pun masuk bersamaan dengan Caine, dengan cepat kelas yang tadinya riuh pun menjadi senyap kala mata mereka memandang murid baru dibelakang Yulan.

"Anak anak, kita kedatangan teman baru, ayok, Caine. Perkenalkan dirimu."

"Emm... Halo semua, namaku Caine Chana, panggil aja Caine. Salam kenal." ucap Caine yang berada didepan kelas.

Saat Caine memperkenalkan dirinya, perhatian seluruh murid otomatis tertuju pada Caine, mata mereka tampak menganalisis fisik, terlebih lagi wajah Caine.

Caine ini perempuan atau laki-laki?

Pikir mereka yang berada dikelas itu.

Mereka tampak berbisik satu sama lain, hal ini menyebabkan Caine kurang nyaman, ia hanya bisa berharap situasi ini segera berhenti dan ia dapat duduk dimanapun itu, celana abu abunya sudah agak kusut karena ia remat saat perkenalan tadi.

"Baiklah, anak anak, ada yang ingin ditanyakan pada Caine?" tanya Yulan sambil menatap anak muridnya.

Salah satu siswa mengangkat tangannya, dengan mata menelisik dia bertanya. "Lo cewek?"

Caine yang mendengar hal itu lantas menghela napas pelan, sudah ku duga.

"Engga, aku laki laki." jawab Caine yang membuat kelas itu kembali ricuh.

"Kan bener kata gue, dia itu cocan!"

"Akhirnya ada yang bisa gue bayi bayiin selain Souta."

"HEH? Kok  bawa bawa Souta?!"

"Gila, mulus banget cok! Rion demen nih yang begini."

"Cowok kok cantik? Bencong itu?"

"Diem lo, suminten! Sirik aje jadi human!"

"Gua yang pure cewek insecure banget, cok! Semulus ini, astaga?"

Ya... Kurang lebih seperti itu keadaan kelas saat Caine menjawab pertanyaan dari salah satu siswa.

Caine hanya bisa menyernyit kan dahinya, hei? Secantik itu kah aku? Kenapa mereka begitu heboh? Itu lagi, siapa coba si Rion Rion itu?

"Sudah, sudah. Caine, kamu bisa duduk sama Souta, Souta, angkat tangan kamu, biar Caine tahu kamu yang mana." Mendengar perintah itu, Souta yang berada di bangku kedua dari belakang pun mengangkat tangannya, sebenarnya tanpa disuruh angkat tangan pun, Caine sudah tahu Souta dimana, bukankah mereka sempat bertemu?

Always An Angel, Never A God. [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang