"No, I'm not. Can I get a hug, Rion?" ucap Caine dengan lirih dan tubuh yang bergetar hebat.
Tanpa basa basi, Rion langsung membawa Caine ke dalam dekapannya dan di detik itu juga, Rion mendengar isakan kecil yang keluar dari mulut Caine.
Isakannya memang terdengar pelan namun sangat menyesakkan.
Caine terus menangis sebagai sarana ia mengeluarkan rasa takut yang membelenggu dirinya sedari tadi.
Rion tak henti henti mengelus punggung rapuh milik Caine, dengan lembut, ia mengelusnya dan tak lama kemudian, tangisan Caine berhenti dan tersisa isak tangisnya yang terdengar lirih.
"Udah? Udah tenang?" tanya Rion lembut sambil terus mengelus punggung Caine.
Caine hanya diam, namun ia merespon kecil dengan menggelengkan kepalanya pelan.
"Ngga apa apa, everything will gonna be okey.. ada aku disini." ujar Rion lagi, namun kali ini, ia mencoba menatap netra indah milik Caine yang memerah karena menangis.
Air mata Caine kembali menumpuk di netra indahnya.
Tak lama, air matanya kembali jatuh tanpa bisa ia tahan. Rion hanya bisa mengusap pelan air mata Caine lalu membawanya kembali kedalam dekapan hangatnya, mengucapkan beberapa kalimat menenangkan.
Caine menangis tersedu sedu di ceruk leher jenjang milik Rion.
Seragam Rion sudah kusut karena digenggam erat oleh Caine, Rion yang sadar akan genggaman tangan mungil pada seragamnya itu pun membawa tangan itu dan mengaitkannya pada tangannya sendiri.
"Pegang tangan aku kuat kuat, Caine. Salurin rasa sakit, marah dan kecewa kamu melalui genggaman ini. Biar aku tahu rasa sakit kamu."
•••
Caine sekarang sudah berada didalam kamar miliknya yang ada dirumah Selia, tadi, ia diantar pulang oleh Rion dan tentunya mengundang banyak pertanyaan di benak Selia.
Saat Selia bertanya, kenapa ia bisa bersama Rion? Caine hanya menjawab. "Tadi sempet ketemu di taman, terus diajakin pulang bareng, yaudah, aku ikut aja."
Caine berbohong, tentu saja.
Kalaupun ia jujur, apakah orang orang akan percaya?
Caine merebahkan tubuhnya di kasur, pikirannya mengawang pada kejadian yang menimpanya tadi.
Menjijikkan.
Caine lantas menggelengkan pelan kepalanya berusaha mengusir ingatan menjijikkan itu dari pikirannya.
Saat sedang asyik melamun, pintu kamarnya diketuk dari luar dan masuklah Selia dengan laptop ditangannya.
"Muka kamu keliatan kayak orang lagi frustasi, kenapa?" tanya Selia sambil mendudukkan dirinya di bangku belajar.
"Novel yang aku cari ngga ada, katanya habis dan belum restock lagi, aku kesel, mau beli online tapi tokonya juga belum open PO. Ngeselin banget." sungut Caine, lagi lagi ia berbohong.
Selia hanya tertawa kecil menanggapi sungutan sepupunya itu, ia lalu membuka laptopnya dan mencari drakor yang sedang hits.
"Dari pada kamu kesel engga jelas, mending nonton drakor sini sama aku." ucap Selia sambil bangkit dari duduknya menuju kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always An Angel, Never A God. [RionCaine]
Short StoryCaine Chana dengan segala struggle kehidupannnya. "Ma, pa, Caine ngga sehebat itu untuk memenuhi ekspektasi kalian." warn! •bxb, homophobic? ngga usah baca! •typo bertebaran •mental health, insecurities. happy reading ~