Sekarang sudah masuk waktu makan malam, Rion dan yang lainnya sudah pulang sebelum matahari terbenam.
Keluarga Selia ditambah Caine sekarang sedang berkumpul di meja makan, menunggu bundanya Selia selesai menyajikan makanan.
Selia dengan ponselnya, Caine dengan novelnya, Joylynn dengan berkas berkas pasiennya, ayah Selia dengan ponselnya juga.
Rachel, bunda Selia. Memindahkan semua masakannya dari meja kompor ke meja makan.
Secara otomatis, mata mereka semua terarah ke makanan yang baru saja ditaruh di meja.
Wangi masakan masuk ke indra penciuman mereka yang ada disana.
"Wahh! Wanginya ~ " ucap Jefran, ayah Selia.
Setelah menaruh semua makanan yang dimasak, Rachel pun duduk disamping Jefran yang sudah menyendok nasi.
Lauk kali ini sederhana, hanya ayam goreng, tumis kangkung dan nasi panas. Walaupun menu makanannya sederhana, tetapi suasananya sangat mahal.
Duduk bersama di meja makan, makan malam bersama sambil sesekali bercengkrama, mengobrol perihal hari ini ataupun hal lain.
Dari satu obrolan, lompat ke obrolan lain.
Caine menjadi saksi bisu suasana hangat di meja makan, kalau boleh jujur, Caine iri, sangat iri dengan suasana hangat ini.
Ia tak pernah mendapatkannya ketika ia berada dirumah, orangtuanya beranggapan bahwa ketika makan, maka harus diam dan hening, tidak boleh ada obrolan apapun. Beda halnya dengan keluarga Selia.
"Bun, tadi Bu Yulan titip pesan, katanya beliau mau pesen bolu lagi." ucap Selia ditengah kegiatan makannya.
"Oh, iya kah? Yaudah, nanti bunda buat, oh iya, Caine, kamu hari ini masuk ke sekolah Selia, kan? Kelas berapa kamu?" tanya Rachel sambil mengalihkan pandangannya kearah Caine yang sedang mengunyah makanannya.
Selepas mengunyah dan menelannya, Caine pun menjawab. "11 IPS2, bun."
"Oalah, sekelas sama Souta, toh?" Caine mengangguk membenarkan hal itu.
Makan malam kali ini sangat indah, hangat dan menyenangkan bagi Caine. Caine harap, ia dan keluarganya bisa makan malam seperti keluarga Selia, meski itu hanya di mimpinya saja.
Selepas makan malam, mereka semua berpencar melakukan kegiatannya masing masing.
Saat ini, Caine dan Selia berada dikamar Joylynn bersama Joylynn tentunya.
Sedang apa mereka? Entah, mereka hanya duduk duduk di karpet kamar Joylynn, tak saling mengobrol satu sama lain, masing masing sibuk dengan kegiatannya.
Selia sedang mengerjakan tugas sekolahnya, Caine lagi lagi dengan novelnya dan Joylynn tentu saja dengan berkas pasiennya.
Setelah sekitar 20 menit berdiam diri, Selia memecahkan keheningan dengan bertanya pada Joylynn.
"Kak Joy, penyakit paru paru yang pengobatan termasuk lama itu namanya apa?" tanya Selia sambil membolak-balik buku paket sekolahnya.
"TBC atau tuberkulosis, salah satu penyakit paru paru yang termasuk lama dalam hal pengobatan, si penderita harus minum obat selama 6-9 bulan, dan tidak boleh putus, kalo putus minum obat, berarti harus mengulang dari awal." jelas Joylynn, Selia mengangguk anggukkan kepalanya seolah paham dengan penjelasan Joylynn.
Caine menjadi penyimak diobrolan kedua saudari itu.
Selia pun menulis penjelasan Joylynn di buku paketnya, selepas itu Selia menghela napas lega sambil meregangkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always An Angel, Never A God. [RionCaine]
Historia CortaCaine Chana dengan segala struggle kehidupannnya. "Ma, pa, Caine ngga sehebat itu untuk memenuhi ekspektasi kalian." warn! •bxb, homophobic? ngga usah baca! •typo bertebaran •mental health, insecurities. happy reading ~