11. Jeffri dan Kelahiran Jenandra

328 37 4
                                    

Halooo, Maruk is back 👋🏻 sekali-kali double up kali yaaaa?

Jangan lupa buat tekan bintang yang ada di pojok bawah yaaa, sama follow akun ini hihi~

Yippie, akhirnya book ini 1k viewers jugaaa 🤩✊ timaaci yang suda mau membaca cerita iniii, wufyuuu ♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

Enjoy, and happy reading 🕊️






















"Apa aku harus izinin Jenandra buat ikut?"—Jeffri.

































•••••

Hujan telah usai mengguyur bumi tepat dua puluh menit yang lalu. Seorang pemuda dengan wajah putih bersihnya tengah berjalan menuju ke kamarnya.

Kaki jenjangnya itu ia bawa untuk menaiki anak tangga demi anak tangga yang ada. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di depan pintu kamarnya.

Tanpa menunggu waktu lagi, gagang pintu itu ia tarik ke bawah sehingga menyebabkan pintu kamar itu terbuka.

Menampakkan isi kamar pemuda bermata sipit itu. Langkahnya ia bawa untuk memasuki kamar dengan cat berwarna biru langit itu, tak lupa untuk menutup serta mengunci pintu kamarnya.

Bokong tipisnya mendarat di atas kasur empuk yang tersedia di dalam ruangan itu. Pemuda itu menghela napasnya sejenak, dirinya ingin ikut camping itu.

Tubuhnya ambruk ke belakang, kedua tangannya terlentang di atas ranjang. Netranya menatap ke langit-langit kamarnya.

Anak itu merubah posisinya menjadi menyamping menghadap ke tembok.

Decakan pelan lolos dari belah bibir tipis si April, ia kembali merubah posisinya menjadi tengkurap dengan wajah yang ia benamkan di atas bantal dengan sarung berwarna putih itu.

Menatap langit-langit dan tembok membosankan! Anak itu ingin pergi bermain dengan teman-temannya.

Tapi, Marka ada di rumah. Pasti Jenandra tidak diperbolehkan untuk keluar. Terlebih hujan baru saja reda beberapa saat yang lalu.

Anak itu duduk bersila lalu menghela napasnya kasar. Tangannya ia gunakan untuk menarik bantal guling dan meletakkan bantal lonjong itu di pangkuannya.

Ia meraih ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjangnya. Ia menghidupkan ponsel itu, tak lupa untuk menyambungkan ponsel miliknya ke Wi-Fi rumah.

Lantas, notif-notif mulai bermunculan. Pemuda itu tersenyum ketika melihat notifikasi dari sang pujaan hati ikut muncul.

 Pemuda itu tersenyum ketika melihat notifikasi dari sang pujaan hati ikut muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang