"Sekalian tunangan ya? Bu, cincinnya." Ucap ayah Elvano, ibunya elvano langsung merogoh tas nya dan mengeluarkan kotak cincin nya.
Ibunya menyerah kotak civin ity ke Elvano dan di terima Elvano, "El, pakai kan." Ucap ibunya dengan senyum yang mengembang lebar.
Elvano dan Humairah berdiri bersebrangan, begitu pula orang tua mereka yang berdiri bersebrangan.
"Tangan mu." Ucap Elvano sambil mengambil cincin nya dari dalam kotak.
"Woy lahhh! Jatung gua abnormal!" Ucapnya dalam hati sakit gugup nya.
Humairah mengulurkan tangan kanannya, Elvano langsung memasangkan cincin itu di jari manis Humairah.Tentu orang tua mereka tidak akan melewatkan itu, mereka langsung mengambil foto dan merekam peristiwa itu.
"Nah, sekarang kalian udah resmi jadi tunangan, dan sudah saling terikat." Ucap Hasan, Ayahnya Humairah.
"Kalian boleh jalan-jalan keluar sana" Ucap ibunya Elvano, dan diangguki Elvano.
"Ayo Humairah." Elvano meraih knop pintu dan membukanya, dia berjalan lebih dahulu dan dibelakang Humairah mengikuti nya.
"Anjirtt! Gua mau dibawa kemana ini? Jangan-jangan gua mau disuruh ganti teh pucuk sama ramen lagi! Ga minta papah dulu lagi tadi" ucap nya dalam hati sambil mengigit bibir bawahnya karna gelisah, sudah kebiasaan nya sejak kecil.
Elvano berjalan menuruni tangga dalam diam, dia mengajarah ke meja kasir.Sesampainya didepan meja kasir dia menoleh kebelakang.
"Pesan." Ucapnya ke Humairah yang menatapnya dengan wajah plongo nya.
"Lucu." Ucap Elvano dalam hatinya.
Kening Humaira berkerut bingun, "Ha? Pesan apa? WhatsApp?"
"Pesan dessert yang kamu suka."
"Ohhh! Ice cappucino plus ice cream vanilla." Ucap Humairah ke kasirnya.
"2" timpal Elvano.
Elvano berjalan kemeja kosong, dia duduk disana dan mengeluarkan ponsel dari saku celana.Humairah mengikuti Elvano dan duduk disebrang Elvano, wajahnya sangat tertekan.
Humairah melirik Elvano yang sedari tadi fokus pada ponselnya, "Pak, mau nanya."
Elvano menodongkan kepalanya, menyimpan ponselnya diatas meja."Hm? Apa?"
"Kenapa bapak nerima perjodohan nya? Kenapa ga bapak tolak aja?"
"Kenapa saya harus nolak?"
"Saya mahasiswi bapak, emang bapak ga malu nikah sama mahasiswi sendiri? Emang ga takut ada rumor-rumor?"
"Kamu terlalu banyak memikirkan."
"Jelas lah-"
"Permisi, pesannya." Ucap barista yang mengatar pesanan mereka, Elvano hanya menganggukkan kepalanya sebagai bentuk konfirmasi ke barista itu. Lalu Barista itu pergi.
Elvano menatap Humairah, "Ada sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya Wahai pemuda, barang siapa yang mampu menikah di antara kalian maka nikahlah. Dalam riwayat lain, barang siapa yang mampu memikul beban keluarga maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah mampu menahan pandangan dan menjaga kehormatan, dan barang siapa yang tidak sanggup menikah maka puasalah, karena puasa merupakan perisai yang dapat meredam syahwat."
Humairah mendengar kan dengan cermat, bahkan dia juga mencari di google saking tidak percaya dengan Elvano, lebih tepatnya takut di bohongi.
"Saya ga akan mengelabui mu, Humairah." Ucap Elvano dengan senyum tipis.
Humairah menyipitkan matanya sambil meminum ice nya dengan sedotan, "Saya baru tau, kalau bapak bisa senyum." Celetuk Humairah yang membuat Elvano tertawa pelan.
"Saya bukan patung yang cuman punya satu ekspresi." Jawab Elvano dengan senyum yang lebih terlihat.
"Lho? Selama ini kan wajah bapak emang patung, datar terus kayak tembok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pak Dosen
Teen Fiction"Ihh cantik nya anak bunda." ucap perempuan yang umurnya sekitar 40 tahunan itu, saat melihat anak gadis nya satu-satunya yang akan menikah hari ini. "Sebentar lagi kamu jadi istri orang, patuhi suami kamu" ucap perempuan itu menasihati putrinya. "I...