Bab 3. Kedatangan Duke Blanchard

8K 520 14
                                    

Typo tandain!
Happy reading zeyenggg!!!!!

Pagi itu, Rhea tengah terhanyut dalam dekapan mimpi, terlelap di atas ranjang empuknya. Sinar matahari menyelinap lembut melalui celah jendela, sementara irama kicauan burung mengalun syahdu, menambah kedamaian di kamar tidurnya.

Di sisi lain, Emi berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Sudah melebihi waktu yang dijadwalkan, tetapi majikannya masih belum membuka mata. Seorang tamu istimewa, yang tak lain adalah kakak sepupu Duke Arthur, dijadwalkan tiba pagi ini, dan berita telah sampai bahwa kereta kudanya sudah memasuki perbatasan wilayah kekuasaan mereka.

"Biarkan saya yang membangunkannya, Emi." Sebuah suara menginterupsi Emi, pemilik suara itu tiada lain dan tiada bukan adalah Duke Arthur.

"Baik Duke." Emi memilih untuk meninggalkan Duke Arthur, karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Arthur menarik selimut yang membungkus tubuh Rhea dengan sedikit kasar, lalu membuangnya ke sembarang arah. "Hey bangun! Dasar pemalas," ejek Arthur.

"Lima menit lagi Emi, aku masih mengantuk," ujar Rhea dengan mata tertutup.

Arthur menjadi semakin geram saat gadis di depannya tetap tidak juga bangun. Dengan rasa tidak rela, dia menggendong Rhea ke kamar mandi dan menjatuhkannya ke dalam bak berisi air dingin.

Rhea terkejut saat air dingin menusuk tulangnya. Matanya terbuka lebar, dan dia langsung melihat Duke Arthur menahan tawa. Rhea terkejut dan kesal, terutama karena dia sangat tidak suka jika mandi menggunakan air dingin, di dunia aslinya Rhea selalu mandi menggunakan air hangat.

"Pft, Bianca kenapa kau melot-" perkataan Arthur terhenti ketika Rhea menarik tangannya, membuatnya ikut merasakan dinginnya air. Untungnya, bak itu cukup besar untuk mereka berdua.

"Kenapa kau juga basah kuyup sepertiku, Tuan Duke?" tanya Rhea dengan pura-pura polos.

"Sialan," gumam Arthur pelan. "Kenapa kau menarik tanganku? Aku sudah mandi, bodoh," protesnya.

"Kenapa kau menceburkanku ke dalam bak mandi berisi air dingin?" balas Rhea, tidak ingin kalah.

"Karena kau tidak kunjung bangun, dasar kerbau pemalas," jawab Arthur, dengan nada mengejek yang membuat Rhea memicingkan mata.

"Apa yang kau katakan?!" teriak Rhea tidak terima. Gadis secantik dia dibandingkan dengan kerbau?

"Kau. Adalah. Kerbau. Pemalas," tegas Arthur dengan tajam.

"Apa?!" Mata Rhea membulat.

"Apakah kau tuli? Selain pemalas, sepertinya kau juga tuli!" ejek Arthur sambil tersenyum miring.

***

Rhea datang ke ruang tamu untuk menemui kakak sepupu Duke Arthur, dengan Emi yang setia mengekorinya dari belakang.

"Maaf atas keterlambatan saya, Duke Blanchard." Permintaan maaf dari Rhea dibalas dengan lirikan sinis oleh Duke Olivier Blanchard.

"Putri dari bangsawan rendahan sepertimu, memang tidak bisa diharapkan." Perkataan tajam nan menusuk keluar dari mulut Duke Blanchard.

Rhea memaksakan senyumnya. "Terimakasih atas pujiannya, Duke," sarkas Rhea. Rhea melihat Arthur sedang tersenyum mengejek ke arahnya.

Duke Blanchard menoleh mendapati Arthur sedang tersenyum mengejek ke arah Bianca. "Jangan lupakan fakta bahwa kau juga terlambat, Arthur."

"Aku terlambat karena dia, kakak. Dia tidur seperti kerbau, sangat sulit untuk membangunkannya," ujar Arthur membela diri.

"Harusnya kau tidak usah sok meng ide untuk membangunkan ku, Duke Arthur," cibir Rhea.

"Jika bukan aku yang membangunkan dirimu, mungkin saat ini kau belum bangun, Duchess Bianca."

Pertengkaran antara suami dan istri ini berlanjut, membuat Duke Blanchard memijit pangkal hidungnya. Duke Blanchard memilih untuk segera pergi, karena dirinya memiliki janji dengan Raja Henri de Bourbon. Sedangkan Rhea dan Arthur tidak menyadari kepergian Duke Blanchard, mereka masih sibuk dengan pertengkaran un faedahnya.

"Baiklah, aku meminta maaf karena sudah menceburkanmu ke dalam bak mandi berisi air dingin." Arthur memilih untuk mengalah, bertengkar dengan istrinya tidak akan ada habisnya. Arthur mengulurkan tangannya dan disambut dengan baik oleh Rhea.

Rhea tersenyum dan berkata, "aku menerima permintaan maafmu dengan syarat, ajak aku ke pasar di pusat kota."

"Huft, baiklah ayo."

Dengan penuh semangat, Rhea menarik tangan Arthur membuat sang empu yang ditarik tangannya terhuyung.

Rhea dan Arthur berangkat ke pasar dengan tidak membawa pelayan ataupun pengawal, karena menurut Arthur dirinya saja sudah cukup untuk menjaga istrinya. Mereka hanya membawa kusir untuk mengendali kereta kuda.

Sampai di pasar, Rhea berjalan ke sana kemari menghampiri pedangan yang sedang berdagang sedangkan Arthur hanya mengikuti Rhea dari belakang.

"Arthur, lihatlah bukankah gelang ini sangat cantik?" tunjuk Rhea ke arah sebuah gelang.

"Tidak, ternyata seleramu sangat sangat jelek." Jawaban dari Arthur membuat Rhea mendengus sebal.

"Paman, tolong bungkuskan gelang ini untukku," ujar Rhea. Pedagang itu menuruti perintah Rhea, ia membungkus gelang yang ditunjuk oleh Rhea. Rhea membayarnya, ia sedikit melebihkan uangnya.

Pedagang itu tersenyum senang. "Terima kasih banyak nyonya," ujarnya.

Bersambung...

Duke Arthur nggak dingin kok guys☺️

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang