Halo all! apa kabar?
Happy Reading!!
Janlup tinggalin jejak yaa😋***
Di sebuah bukit kecil, duduklah dua insan berlainan gender. Mereka duduk di atas rumput yang masih setengah basah akibat hujan yang baru reda, dengan Rhea menyandarkan kepalanya di pundak Arthur.
Senja.
Cahaya matahari yang melemah menyinari awan dengan semburat keemasan, menciptakan lukisan alam yang memesona. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang segar. Suara-suara alam mulai mereda, memberi ruang bagi keheningan yang damai. Senja adalah saat di mana hari berpamitan, dan malam mulai merangkak pelan, memeluk dunia dengan kehangatan lembut yang menenangkan.
Siapa yang tidak menyukai senja?
Rhea memejamkan matanya.
Nyaman. Berada di dekat orang yang ia sayangi, ia merasakan kehangatan dan kedamaian yang tak tergantikan.
Eh apa? Sayangi? tidak, tidak.
“Kau menjadi lebih pendiam dari biasanya,” ujar Rhea.
“Aku sedang malas berbicara,” balas Arthur.
“Aku tidak pernah melihat Duke Blanchard akhir akhir ini, apakah ia sangat sibuk sekali?” tanya Rhea.
“Dia sibuk berlatih.”
Rhea mencibir dalam hati, mendengar jawaban singkat dari suaminya. Keheningan kembali menyelimuti, mereka tampak tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Rhea menutup matanya, menikmati semilir angin yang lembut menerbangkan anak-anak rambutnya. Namun, saat ia membuka mata, pemandangan yang tenang berubah drastis. Ia dan Arthur kini dikelilingi oleh sekelompok orang berpakaian serba hitam, tampak seperti ninja, yang muncul entah dari mana.
“Sial,” umpat Arthur.
Arthur bangkit dari duduknya dengan tenang namun waspada. "Apa maksud kalian mengelilingi kami?" tanyanya dengan suara tegas, matanya tajam menatap setiap orang berpakaian hitam di sekeliling mereka.
"Jika kalian berniat merampokku, ketahuilah bahwa aku tidak membawa barang berharga apapun," kata Arthur.
"Sebenarnya, kami lebih tertarik pada istri manismu itu," ujar salah satu dari sekelompok orang tersebut dengan suara licik, matanya menyala penuh keinginan.
"Baiklah, aku akan menyerahkan istriku ini," kata Arthur, suaranya tenang namun menyembunyikan sesuatu di balik tatapan matanya.
Mendengar jawaban Arthur, Rhea membulatkan matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Arthur menarik tangan Rhea, membantunya berdiri di hadapan para penyergap itu.
"Jadi, apa imbalan yang akan aku dapatkan jika aku memberikan istriku kepada kalian?" tanya Arthur, berusaha bernegosiasi dengan sekelompok orang di depannya.
"Aha! Bagaimana jika kalian memberi aku 500 keping emas, dan aku akan menyerahkan istriku kepada kalian?" tawar Arthur.
“Apa?! Kau menjualku?” protes Rhea.
“Tidak istriku, aku hanya mencoba bertahan hidup, daripada kita berdua mati disini.”
Salah satu dari para penyergap, yang nampaknya adalah ketua mereka, terlihat sedang mempertimbangkan tawaran Arthur dengan cermat.
“Bagaimana jika 250 keping emas saja?” tawar ketua para penyergap.
“Aku keberatan, membiayai istriku selama ini menggunakan biaya yang tidak sedikit.”
Ketua penyergapan itu kembali berpikir keras. Ia tidak ingin rugi!
Melihat sekelompok orang tersebut lengah, Arthur segera menarik lengan Rhea dan membawanya berlari menuruni bukit.
“Kejar mereka!” teriak sang ketua.
Arthur dan Rhea berlari sekuat tenaga. Setibanya di tempat di mana mereka meninggalkan kuda, Arthur langsung membantu Rhea naik ke kuda sebelum dirinya naik sendiri.
Arthur menarik kekang kuda, dan hewan itu melaju dengan cepat. Tanpa disadari, tangan Rhea melingkar dengan lembut di perut Arthur.
Saat Arthur menoleh ke belakang, tidak ada tanda-tanda para penyergap yang tadi ada. Kemudian, dia memperlambat laju kudanya.
“Huft,” Arthur bernafas dengan lega.
“Kenapa kau tidak melawan mereka saja? Kau kan pahlawan perang,” ujar Rhea dengan nada mengejek.
"Hey bodoh, mereka adalah ninja terlatih. Gerakan mereka sangat cepat dan sulit untuk kukalahkan, apalagi sambil membawa satu beban," ujar Arthur.
“Kau menyebutku beban?” protes Rhea.
“Karena kau memang beban,” tegas Arthur.
Rhea terdiam, sibuk mengamati sekelilingnya yang hanya dihiasi oleh pepohonan rimbun dan bisikan suara hewan-hewan. Mereka melintasi jalur hutan yang gelap. Langit malam bertabur bintang di atas mereka, menciptakan pemandangan yang memukau.
Acara berkencannya dengan Arthur berakhir dengan kegagalan total: hujan turun sejak sore hari, disusul oleh upaya perampokan dari sekelompok ninja terlatih. Mereka pulang dalam kegelapan tanpa cahaya di sekitar mereka.
Di sisi lain.
“Sialan itu dua orang, gue lagi sakit malah ditinggal nge-date.”
Bersambung...
21/6/2024Halo pembaca setia MGW
makasih udh mau baca dan support Nataa
ga nyangka, iseng-iseng buat cerita dan Alhamdulillah ramee
KAMU SEDANG MEMBACA
Melintasi Garis Waktu (On Going)
FantasyFOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! Rhea Dhaneswari gadis pengangguran yang hobinya rebahan. Tiba-tiba masuk ke dalam novel yang dibacanya semalam? Bahkan Rhea masuk ke dalam tubuh istri dari pahlawan perang, yang ditakdirkan akan mati dengan tr...