Bab 7. The Torvania

6.2K 381 8
                                    

Rhea memandang keluar jendela, melihat tetesan air hujan yang jatuh dari atas langit. Suara petir menyambar langit dengan gemuruhnya yang menggetarkan, sementara kilat menyinari langit dengan cahaya yang menyilaukan. Seperti pasangan yang saling melengkapi, mereka menciptakan drama alam yang menakjubkan.

Hari sudah semakin larut, namun Rhea tak kunjung mengantuk.

Dunia ini, adalah dunia yang Rhea impikan sejak kecil. Membayangkan tentang dirinya dijemput oleh pangeran yang mengendarai kuda putih, seperti dalam dongeng yang selalu diimpikannya.

Hari ini, adalah hari tersial bagi Rhea. Bayangkan saja, ia berjalan kaki menuju pasar bahkan saat pulang pun ia harus berjalan kaki. Dan sialnya lagi, Baron Fredrin mengetahui hal ini, jadinya ia dan Serena dihukum tidak boleh keluar kamar sampai 3 hari.

Untung saja saat dipasar tadi Rhea sempat membeli beberapa buku. Rhea duduk di kursi yang menghadap ke arah jendela, ia membuka buku yang ia beli tadi. Buku usang dan tua tapi entah mengapa menarik perhatian Rhea.

'The Torvania'

Dari judulnya saja sudah jelas bukan kalau buku ini berisi tentang sejarah Kerajaan Torvania.

Halaman pertama buku menjelaskan awal mula kerajaan Torvania dibangun, beserta Raja pertamanya.

Pada zaman dahulu, hanya terdapat satu kerajaan di benua ini, yang bernama Torvania. Seluruh rakyat Torvania hidup dalam kemakmuran, tanpa kekurangan apapun.

Anak pertama Raja, tanpa membedakan jenis kelamin, akan mewarisi tahta kerajaan. Raja tidak diperbolehkan memiliki selir, kebijakan ini diterapkan untuk menghindari terjadinya konflik perebutan tahta yang bisa berakibat pada kerusuhan internal dan mengganggu stabilitas kerajaan. Dengan membatasi anggota keluarga kerajaan yang berpotensi menjadi pewaris, kerajaan Torvania berupaya memelihara tatanan dan keharmonisan dalam pemerintahannya.

Selama lebih dari 1000 tahun, kerajaan Torvania selalu dipimpin oleh Raja. Seolah-olah Raja lah yang harus memimpin kerajaan. Hingga, setelah 2000 tahun kerajaan berdiri, lahirlah seorang putri sulung. Hal inilah yang selalu ditunggu-tunggu oleh rakyat Torvania.

Atalanta.

Nama Ratu pertama dalam sejarah Torvania.

Namun sayang, rakyat yang sudah menaruh harapan terlalu tinggi kepada Ratu pertama yang memimpin kerajaan Torvania. Nyatanya dibawah pimpinan Ratu Atalanta, kerajaan Torvania berada diambang kehancuran.

Ratu Atalanta malah jatuh cinta dengan Raja dari penyihir hitam, Kyros. Kerajaan Torvania adalah musuh bebuyutan Kerajaan Umbra. Rakyat Torvania mengira jika Ratu Atalanta menikah dengan Raja Kyros, maka kedua kerajaan akan berdamai, karena pada dasarnya rakyat Torvania cinta akan kedamaian.

Semua berjalan sesuai harapan rakyat Torvania, kedua kerajaan akhirnya damai. Namun ternyata kerajaan Umbra berkhianat, disaat kerajaan Torvania lengah mereka menyerangnya.

Kyros membunuh putra pertamanya bersama Atalanta, di depan Atalanta sendiri. Atalanta yang dilanda kemarahan mengutuk seluruh penyihir hitam beserta keturunannya.

"Kau dan rakyatmu beserta keturunannya, setiap malam akan merasakan sakit yang putraku rasakan, semoga dewa mencabut seluruh kekuatan dan sihirmu juga."

Rhea menghentikan aktivitas membacanya, saat kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.

"Hoam, aku sangat mengantuk." Rhea kembali ke ranjangnya dan membaringkan tubuhnya.

***

Sinar matahari yang gemerlap perlahan menyusup melalui celah-celah jendela kamar Rhea, menyapa pagi dengan keceriaan yang melimpah. Di luar, kehidupan telah bergeliat dengan aktivitasnya, terkecuali gadis yang masih bergelung nyaman dengan selimutnya.

Berbeda dengan Rhea yang masih tertidur dengan nyaman, dua orang pelayan di mansion Baron Fredrin tengah dilanda kepanikan. Pasalnya, anak angkat tuannya tak kunjung bangun. Mereka sudah berdiri di depan pintu kamar Rhea sembari mengetuknya, namun sang pemilik kamar tak kunjung membuka pintu kamarnya.

Mereka berpikir, apakah nona muda mereka sedang merajuk karena tidak diperbolehkan untuk keluar kamar selama tiga hari?

Nona muda?🤧

Pelayan yang diketahui bernama, Marie dan Anne itu, sudah berdiri di depan pintu kamar Rhea selama lebih dari satu jam. Makanan yang dibawa oleh Marie bahkan sudah dingin, serta tangan Anne juga sudah terasa kebas karena terlalu lama mengetuk pintu, sembari memanggil nona-nya.

Akhirnya sang empu yang dipanggil nama, membuka pintu kamarnya. Rhea keluar kamar dengan mengucek matanya.

"Kenapa kalian membangunkan aku di pagi buta seperti ini? Aku masih mengantuk tau!" omel Rhea.

"Nona, tapi matahari sudah tepat berada di atas kepala," ujar Marie.

Rhea manggut-manggut dengan mata yang masih merem melek. "Oh..., artinya sudah siang ya?" Rhea membelalakkan matanya kala menyadari sesuatu. "Apa?! Sudah siang? Kenapa kalian tidak membangunkan aku?"

Dasar gadis yang tidak sadar diri! Marie dan Anne sudah berusaha membangunkannya satu jam yang lalu. Marie dan Anne tersenyum seramah mungkin.

"Kami sudah berusaha membangunkan anda selama lebih dari satu jam, nona," ujar Anne seramah mungkin.

Berbanding terbalik dengan ekspresi wajah mereka yang terlihat sangat memaklumi kondisi Rhea, terlintas di otak mereka seperti ingin mencakar wajah Rhea.

Rhea kembali menormalkan ekspresi wajahnya. "Baiklah kali ini aku memaafkan kalian berdua, apakah ini makanan untukku?" Rhea menunjuk nampan yang dibawa oleh Marie.

"Iya nona," jawab Marie dan Anne serempak.

"Kenapa porsinya sangat sedikit?" Makanan yang dibawa Marie sangat sedikit, berbeda dengan porsi makan Rhea (porsi makan kuli).

"Tapi, ini adalah porsi makan nona bangsawan pada umumnya, nona."

Rhea menatap pelayannya dengan tajam. "Persetan dengan porsi makan bangsawan, sekarang ambilkan aku lebih banyak makanan lagi!"

Marie dan Anne menghela napas pelan. Mereka berbalik hendak mengambil makanan untuk nona muda mereka.

Bersambung...

Versi tadi siang itu salah ya guys, ini yang benerr

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang