Bab 28. Tak Ada Harapan Lagi

268 17 7
                                    

met sore readers!!
apa kabar nieh?
typo tandain dan happy reading!💋



"Malu-maluin aja lu tong," celetuk Serena tak habis fikri.

Namun, seketika ia tersadar akan sesuatu. "Eh, terus nasib gue gimana?" gumamnya, matanya terpaku pada sekelompok pria yang kini mengelilinginya. Dengan nada memelas, ia mencoba merayu, "Maaf ya, Bang. Tolong jangan bunuh gue. Gue anak baik-baik, beneran."

***

Dan Rhea berakhir di tempat ini,

di tempat pertama aku menemukanmu~
Kembali ku datangi tempat ini, tapi ku dengan yang lain~
garing garing

Dan akhirnya, Rhea dan Serena berakhir di tempat ini—di penjara bawah tanah kerajaan Lysdor, sedangkan para warga tetap di bawa mengungsi ke bagian paling utara Lysdor.

Segerombolan pria itu hanya membawa Serena dan Rhea— Ah bukan, mereka menyeret paksa keduanya. Lalu salah satu pria itu memerintahkan nahkoda untuk tetap menjalankan kapal dan segera mengungsikan para warga ke tempat yang aman. Serena lah yang mengatakannya, tentu saja dengan nada dramatis seolah menjadi manusia paling tersakiti di dunia.

Rhea sudah terjaga sejak satu jam yang lalu. Saat pertama kali membuka matanya, ia terkejut mendapati dirinya berada di tempat kumuh yang tidak dikenalnya, dengan Serena duduk di sampingnya. Kebingungan meliputinya—bagaimana bisa mereka sampai di sini?

Rhea mengamati sekelilingnya. Para bangsawan, mulai dari Raja, Ratu, Duke, Duchess, hingga Baron, semuanya disekap di sini bersama mereka. Orang-orang yang biasanya berada di puncak kekuasaan kini tak lebih dari sekadar tahanan, wajah-wajah mereka dipenuhi kecemasan yang tak pernah terlihat sebelumnya.

"Hidup gue isinya diculik mulu, bjir," keluh Rhea dengan nada putus asa, seolah segala nasib buruk selalu menimpanya tanpa henti.

"Udah takdir," balas Serena sambil mengangkat bahu, seolah menerima kenyataan pahit itu dengan pasrah.

Tak lama kemudian, dua orang prajurit menyeret seorang pria dan memasukkannya ke dalam sel penjara. Rhea menatap pria itu dengan saksama, dan ia terkejut saat mengenali wajahnya—Arthur!

"Lah, si Arthur malah masuk penjara. Yaudah lah, terima kenyataan, harapan kita satu-satunya udah masuk penjara tuh," sahut Serena, seolah tak tahu lagi harus berharap kepada siapa.

"Gue nggak mau mati muda, aaa! Padahal baru aja menikmati hidup bergelimang harta," keluh Rhea dengan nada frustasi.

Olivier berjalan ditemani para prajurit di belakangnya, langkahnya tegas dan penuh percaya diri. Ia berhenti di depan sel jeruji milik Arthur, menyeringai sinis.

"Adikku yang manis, kenapa kau bisa berada di sini? Apakah masa-mu sebagai jenderal perang paling hebat sudah habis? Ah, sangat disayangkan," ucapnya, suaranya mengalun lembut namun penuh ejekan. Wajahnya menampilkan rasa puas melihat Arthur terjebak dalam keadaan yang memalukan.

"Karena kau sudah kalah, aku akan mengambil istrimu—ah, ralat, Bianca-ku," ujar Olivier dengan nada mengejek, senyumnya memperlihatkan kepuasan.

"Untung gue Rhea," gumam Rhea dengan santai.

"Prajurit! Bawa Rhea menuju ruanganku! Pastikan ia tidak kesakitan saat kau menyeretnya," perintah Olivier dengan nada dingin, matanya menatap tajam.

Rhea melirik sinis ke arah Olivier. "Aneh. Namanya diseret ya sakit lah, goblok," gumamnya pelan, hanya cukup terdengar oleh Serena yang berada di sebelahnya.

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang