Bab 5. Pergi Ke Pasar

6.9K 452 10
                                    

Author's pov

Seluruh rakyat Lysdor digegerkan dengan berita meninggalnya Duchess Bianca, yang diduga karena diterkam serigala. Beberapa dari mereka bersyukur karena dengan meninggalnya Duchess Bianca, tidak ada yang mengusik rumah tangga putra mahkota.

Di kastil Duke Arthur, seluruh pelayan dan pengawal sedang berduka cita. Meskipun nyonya-nya itu mengejar-ngejar putra mahkota dengan tidak tahu malunya, tapi mereka tahu alasan kenapa nyonya-nya memilih mengejar putra mahkota. Ya benar, karena Duke Arthur adalah orang yang menyebalkan.

Saat ini, Arthur sedang berada di kamarnya. Menyesal karena tidak mengejar Bianca yang pergi, ia kira Bianca akan kembali ke kereta mengingat bahwa Bianca adalah anak yang manja.

“Kau bodoh, Arthur. Rencana yang sudah kau susun menjadi gagal.” Arthur merutuki kebodohannya.

Pintu kamar terbuka menampilkan, Jack, asisten pribadi Arthur.

“Tuan Du-” Perkataan Jack terpotong karena Arthur sudah lebih dulu menyelanya.

“Keluar,” titah Arthur.

“Tapi-”

“Apakah kau tuli?”

Jack mencibir dalam hati, kenapa selalu saja dirinya yang kena sembur tuannya. Jack memilih untuk mengalah, ia keluar dari kamar Duke Arthur.

***

Seorang gadis tengah berkutat dengan alat kebun. Coba kalian tebak apa yang sedang ia lakukan? Ya! benar, ia sedang makan. Bercanda~

Kegiatan berkebun sudah menjadi hobi baru Rhea, ia baru tahu ternyata berkebun se-menyenangkan ini.

Sedikit informasi bahwa Rhea sudah diangkat menjadi saudara tiri Serena. Hidup di sini sangat menyenangkan, ada Serena yang slalu mau mendengarkan keluh kesahnya, ada pria tampan di samping rumahnya, dan yang lebih penting dari itu semua, disini tidak ada si menyebalkan Arthur.

“Rhea, ayo sarapan!” Teriakan Serena membuat Rhea menghentikan kegiatannya. Rhea mencuci tangannya terlebih dahulu, lalu berjalan menghampiri Serena sambil tersenyum.

“Ayo!” Serena menarik tangan Rhea lalu membawanya ke ruang makan.

Baron Fredrin sudah duduk manis diatas kursi. Ruang makan dengan meja yang berbentuk persegi panjang. Serena duduk di sebelah kanan Baron Fredrin sedangkan Rhea duduk disebelah kiri, tepat berhadapan dengan Serena.

Para pelayan menyajikan makanan yang sangat menggugah selera Rhea. Tidak tidak! semua makanan sangat menggugah selera makan Rhea.

Tidak ada yang berbicara selama makan, ingat! ini adalah etika bangsawan.

Sarapan telah usai, Baron Fredrin memulai obrolannya.

“Rhea, apakah kau ingin memiliki dayang pribadi? ayah akan mencarikannya untukmu,” tawar Baron Fredrin. Mau bagaimana pun Rhea sudah menjadi anaknya.

Rhea tengah menimang-nimang tawaran Baron Fredrin. Dayang pribadi hanya akan merepotkannya, Rhea juga mandiri, ia bisa mandi sendiri, berdandan sendiri walaupun hasilnya seperti ondel-ondel Betawi, ia juga bisa makan dan minum sendiri.

“Terima kasih atas tawarannya, ayah. Sepertinya aku memang tidak memerlukan dayang pribadi,” tolakku dengan halus.

Baron Fredrin manggut-manggut, jika ini memang keinginan Rhea sendiri, untuk apa dirinya memaksanya?

“Baiklah, ayah akan kembali ke ruang kerja.” Baron Fredrin pergi meninggalkan Rhea dan Serena.

“Rhea, kenapa kau tolak tawaran ayah?” tanya Serena.

“Karena aku memang tidak membutuhkannya, Serena,” balas Rhea.

“Baiklah baiklah. Rhea, ayo kita pergi ke pasar,” ajak Serena dengan antusias.

“Ayo! Tapi kau harus meminta izin kepada ayahmu dulu, Serena.”

Serena menundukkan kepalanya. “Jika kita meminta izin kepada ayah, pasti dia akan menolaknya,” tutur Serena.

“Kenapa?”

Serena membulatkan matanya. “Astaga Rhea, kau tidak tahu?”

Pertanyaan Serena semakin membuat Rhea pusing, anak ini kenapa tidak langsung menjawab pertanyaan Rhea saja. Rhea menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Serena.

“Tepat dua bulan lagi adalah peristiwa dimana seluruh planet di tata surya bersejajar, pada saat itu penyihir hitam akan menjadi kuat.”

“Penyihir hitam? di dunia ini ada penyihir hitam?”

Serena mengangguk. “Kau ingin aku ceritakan tentang penyihir hitam?”

“Ceritakan cepat!” Rhea sangat suka dengan hal-hal yang berbau fantasy. Di dunia Rhea dahulu, ia selalu diceritakan dongeng oleh ibunya.

“Dahulu kala atau lebih tepatnya 1000 tahun yang lalu, penyihir hitam adalah makhluk terkuat di dunia. Sedangkan manusia hanya menjadi budak mereka. Kerajaan penyihir hitam dipimpin oleh seorang ratu, namun karena melihat anak-anaknya yang gila akan kekuasaan, sang ratu menyegel setengah kekuatan dari seluruh penyihir hitam yang ada. Keadaan menjadi terbalik, para manusia menjadi kuat, lalu terjadilah perang yang sangat besar. Manusia lah yang memenangkan peperangan, para penyihir hitam menghilang entah kemana.”

“Tunggu dulu, kenapa ratunya tidak membuka segelnya agar penyihir hitam menang peperangan?” tanya Rhea.

“Kata ayah, setelah menyegel setengah kekuatan penyihir hitam, ratu itu meninggal karena dibunuh oleh seseorang.” Rhea manggut-manggut, oh ternyata di dunia ini ada yang namanya penyihir ya.

“Jadi, kau tidak diperbolehkan pergi ke pasar oleh ayahmu karena ada penyihir hitam?” tanya Rhea.

“Tidak, ayah takut aku akan tersesat saat pergi ke pasar, tentu saja karena aku ceroboh,” jawab Serena dengan wajah polosnya. Sedangkan Rhea hanya tersenyum penuh arti.

'LALU KENAPA KAU MENCERITAKAN TENTANG PENYIHIR HITAM SIALAN ITU, BODOH!' umpat Rhea dalam hati. Ingin sekali Rhea berteriak di depan Serena, namun ia memilih untuk menahannya.

“Jadi ke pasar tidak?” tanya Rhea.

“Ayo!”

Serena dan Rhea membawa beberapa keping emas, mereka berjalan mengendap-endap menuju pintu belakang yang tidak ada penjaganya.

bersambung...

5 Mei 2024

Kira-kira apa rencana yang dimaksud Arthur ya?🤔

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang