Bab 21.

3.4K 219 2
                                    

Happy Reading!!


"Bianca," panggil Arthur, menarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya perlahan. "Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan sebelum aku berangkat ke medan perang," ucapnya dengan nada serius.

Rhea mengernyitkan dahinya, heran dengan ajakan tak biasa dari Arthur. Apakah kepalanya baru saja terbentur sesuatu?

Namun setelah merenung sejenak, Rhea akhirnya setuju dengan permintaan Arthur.

Dan di sinilah mereka berada, di sebuah padang luas yang dipenuhi ilalang dan rumput hijau yang bergoyang lembut dihembus angin. Langit biru membentang tanpa batas, dihiasi awan-awan putih yang melayang pelan. Di kejauhan, bukit-bukit kecil tampak menjulang, melukiskan siluet indah di bawah sinar matahari pagi. Burung-burung berkicau riang, menciptakan simfoni alami yang menenangkan hati. Aroma segar dari tanah dan dedaunan menambah kesejukan suasana, membuat setiap helaan napas terasa lebih dalam dan damai.

Mereka duduk di atas kuda, dengan Arthur yang memegang kendali sementara Rhea duduk di belakangnya, memeluk erat pinggang Arthur. Keberadaan mereka di padang hijau yang luas terasa seolah waktu berhenti, membiarkan mereka menikmati setiap detik bersama.

Kuda itu melangkah pelan, membelah lautan ilalang dan rumput hijau yang berbisik lembut diterpa angin. Di atas punggung kuda itu, mereka merasakan kebebasan dan ketenangan yang jarang mereka temukan di tempat lain, seakan dunia hanya milik mereka berdua.

Namun, momen indah itu tak bertahan lama. Tetesan hujan tiba-tiba turun dari langit yang mendadak mendung. Arthur segera menarik kekang kuda, memacu langkahnya agar berjalan lebih cepat. Mereka mencari tempat berlindung dan akhirnya menemukan sebuah pohon beringin besar yang rindang.

Arthur menghentikan kudanya di depan pohon itu, memutuskan untuk berteduh di bawah naungannya yang lebat. Daun-daun pohon beringin bergemerisik pelan, menahan sebagian besar hujan yang turun, menciptakan perlindungan sementara bagi mereka.

Rhea duduk berjongkok, memeluk tubuhnya sendiri untuk mencari kehangatan, sementara Arthur menggosokkan kedua tangannya agar terasa lebih hangat. Hujan semakin deras, menciptakan irama ritmis yang menenangkan di atas dedaunan pohon.

“Kenapa tiba-tiba hujan?” gumam Arthur pelan.

Rhea mendengus kesal, pria yang menjabat sebagai suaminya itu sangat tidak peka. Apakah dia tidak melihat istrinya sedang kedinginan? Sebagai suami yang baik, Arthur harusnya memberikan jubahnya kepada Rhea.

Seolah dapat membaca pikiran istrinya, Arthur duduk di samping Rhea lalu memakaikan jubahnya ke pundak Rhea. Rhea mendongak menatap Arthur yang sedikit lebih tinggi darinya.

“Terima kasih,” ujar Rhea tak lupa dengan senyuman semanis madunya.

“Tak perlu terlalu percaya diri, aku memberikan jubahku untukmu karena aku takut kau mati kedinginan,” ujar Arthur.

Senyuman Rhea luntur seketika, sikap Arthur selalu berubah-rubah membuat Rhea bingung.

Hening sesaat. “Kau akan pergi ke medan perang besok?” tanya Rhea berusaha memecah keheningan.

“Ya. Tak perlu mengkhawatirkanku, aku adalah pahlawan perang yang kekuatannya tak tertandingi.” Munculah sikap narsis dari pria ini.

“Ya, ya. Berjanjilah bahwa kau akan pulang sebelum peristiwa langka ketika seluruh planet berjajar, dan apa kau tau? peristiwa itu bertepatan dengan hari ulang tahunku!” Ujar Rhea antusias.

Apakah kalian masih ingat perkataan Serena asli waktu itu? Ia menyatakan bahwa sebuah peristiwa langka akan terjadi dalam dua bulan. Namun, ternyata ia keliru, karena peristiwa tersebut akan berlangsung dua tahun lagi.

Di sini, ilmu astronomi telah mengalami kemajuan. Para ahli astronomi menyebutkan bahwa peristiwa ini akan terjadi pada malam hari, tepatnya pada pukul 00.00.

Yang membuat hati Rhea berbunga-bunga adalah kenyataan bahwa peristiwa ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Ia merasa seolah-olah alam semesta turut merayakan hari kelahirannya.

Wajah Arthur berubah sendu. “Aku tak bisa berjanji,” ujarnya.

Obrolan mereka berlanjut dengan Arthur yang selalu berhasil membuat Rhea merasa kesal.

Hingga akhirnya, hujan pun reda. Awan-awan kelabu perlahan mulai menghilang, dan langit yang tadinya suram kini mulai memperlihatkan semburat oranye kemerahan. Cahaya senja pun menghangatkan suasana dengan keindahannya yang menakjubkan.

"Ternyata sudah senja, ya!" kata Rhea. Mereka menyadari bahwa hampir seharian telah mereka habiskan hanya dengan duduk dan bercerita tentang hal-hal acak.

"Mau melihat tenggelamnya matahari bersama?" tawar Arthur.

Bersambung...

Nata udh sembuh guyssss
jdi dah bisa up dehh

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang